PENGEMBANGAN KONSEP PADA TUNANETRA. Juang Sunanto

dokumen-dokumen yang mirip
Latihan Sensitivitas Proprioseptic Menggunakan Tongkat Beroda pada Anak Tunanetra

SILABUS MATA KULIAH. 4. Pendekatan Pembelajaran Metode : Ceramah, diskusi, dan simulasi Tugas : Analisis kasus Media : Video dan LCD. 5.

TEKNIK PENDAMPING AWAS

MAKALAH KONSEP DASAR ORIENTASI DAN MOBILITAS. Oleh: DJADJA RAHARDJA AHMAD NAWAWI

Kemampuan mobilitas yang tinggi dalam segala aspek kehidupan. merupakan dambaan setiap individu tidak terkecuali mereka yang menyandang

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA SILABUS

terhadap Anak dengan Hambatan Penglihatan yang

ANAK DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN. Juang Sunanto (Dosen di Jurusan Pendidikan Luar Biasa, UPI)

Dampak Ketunanetraan terhadap Fungsi Kognitif Anak

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, termasuk tunanetra. Pendidikan

Drs. Djadja Rahardja, M.Ed.

MEMFASILITASI ANAK TUNANETRA UNTUK MENGORIENTASI DAN MENGEKSPLORASI LINGKUNGAN MELALUI DESAIN PELAKSANAAN ORIENTASI DAN MOBILITAS

MODEL SILABUS. Standar Kompetensi : 1. Memahami gambaran konsep tubuh dengan benar berikut lokasi, dan fungsi serta gerakannya.

DR. Didi Tarsidi, M.Pd., UPI. Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa

PRAKTEK BERGERAK DILINGKUNGAN SEKTAR SEKOLAH DAN UMUM

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2016

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati ABSTRAK

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra melalui Pendekatan Orientasi dan Mobilitas di Malang

PENGGUNAAN MEDIA BLOCK CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMBUAT DENAH PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati, S.

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB III METODE PENELITIAN. yang terjadi antara kondisi ideal dengan kenyataan yang ada di lapangan. Kondisi

KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABI PENDIDIKAN INKLUSI

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa anak berkebutuhan

KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI

IRHAM HOSNI PLB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

MAKALAH ANALISIS MOBILITAS TUNANETRA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

BAHASA DAN KETUNANETRAAN

Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:

ORIENTASI DAN MOBILITAS TUNANETRA INSTRUMEN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Oleh Ahmad Nawawi

Modul Pengajaran Terstruktur Dengan Metode TEACCH (Treatment and. Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children).

PENDAHULUAN. Mengapa Interaksi Manusia dan Komputer (Human Computer Interaction)?

POLA PENERIMAAN SISWA TUNANETRA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPLB. Keywords: reception pattern, blind students, mathematics learning

BAB II PENGAJARAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN TONGKAT OLEH GURU ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M) PADA SISWA TUNANETRA

MASA AWAL ANAK-ANAK. Kuliah 6 Psikologi Perkembangan I

Meningkatkan Kemampuan Berjalan Melalui Latihan Menendang Bola Bagi Anak Cerebral Palsy Kelas Dasar IV di SLB Hikmah Miftahul Jannah Padang

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH BERMAIN BOLA SEPAK TERHADAP KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS SISWA TUNANETRA DI SMPLB A YPAB SURABAYA

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Pengolahan Informasi dan Pengambilan Keputusan. Modul 2 TEORI BELAJAR MOTORIK

PENGGUNAAN MEDIA MOBIL MAINAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

PRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni

ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi obyektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra kelas

KETUNANETRAAN. Oleh: Djadja Rahardja JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

EFEKTIVITAS METODE LATIHAN SENSORIS MOTOR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF (VOKAL) BAGI ANAK TUNARUNGU SEDANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA KELAS V DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA SKRIPSI

ARTIKEL JURNAL. Oleh Erna Wati NIM

PANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling

PERKEMBANGAN KOGNITIF TEORI PIAGET. Farida Harahap, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan untuk digunakan dalam

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Konsep Dasar Individu dengan Hambatan Majemuk

Lutfi Isni Badiah, S. Pd., M.Pd Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling UNIPA Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada saat perjalanan. Rasa aman, nyaman dan terhindar dari bahaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas,

Model Bimbingan Belajar Kolaboratif dalam Pengajaran Membaca Braille Permulaan bagi Anak Tunanetra. Rencana Penelitian untuk Desertasi

EFEKTIFITAS MERONCE BALOK HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indra penglihatan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi

Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

Format Silabus FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI SISWA TUNANETRA. Yuni Astuti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak dengan terjadinya peningkatan jumlah anak yang. mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

Putri Nur Hakiki, Endro Wahyuno. Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang, Malang

BAB II DASAR PEMIKIRAN.

2016 PENGEMBANGAN PROGRAM LATIHAN ORIENTASI DAN MOBILITAS TEKNIK PENDAMPING AWAS BAGI KELUARGA SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA

KONSEP GERAK DASAR UNTUK ANAK USIA DINI

F. Dampak Ketunanetraan Penglihatan merupakan salah satu saluran informasi yang sangat penting bagi manusia selain pendengaran, pengecap, pembau, dan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGANTAR. Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

BNGFMHF3333wdewa cm

KETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION. Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG

KURIKULUM PRA SEKOLAH

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

Prinsip Pembelajaran Adaptif Bagi Anak tunanetra dalam PENDIDIKAN LUAR BIASA. Irham Hosni Jurusan PLB FIP UPI

2016 PENGGUNAAN TEKNIK TEGURAN TERHADAP PERILAKU STEREOTYPE PADA PESERTA DIDIK TOTALLY BLIND DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

Pilihlah jawaban yang paling benar!

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL. ORTODIDAKTIK ANAK TUNANETRA SILABI MATA KULIAH

PENGEMBANGAN PSIKOMOTOR

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KONSEP PADA TUNANETRA Juang Sunanto A. Pendahuluan Menurut Lowenfeld ketunanetraan mengakibatkan tiga keterbatasan yaitu (1) dalam luasnya dan variasi pengalaman (konsep), (2) kemampuan untuk berpindah tempat, dan (3) untuk mengontrol dan berinteraksi dengan lingkungan. Untuk meminimalkan keterbatasan tersebut, tunanetra memerlukan keterampilan khusus yaitu keterampilan orientasi dan mobilitas (O&M). Orientasi adalah pengetahuan tentang dimana posisi seseorang, akan kemana, dan bagaimana cara seseorang menuju tempat tertentu yang diinginkan. Penting sekali seseorang untuk berorientasi dengan lingkunganannya. Penggunaan indera penglihatan adalah cara yang paling mudah dan efektif untuk memperoleh informasi untuk orientasi, karena dengan melihat lingkungan sekitar seseorang dapat mengumpulkan informasi yang terbanyak. Bagi tunanetra untuk dapat berorientasi dengan lingkungannya harus menggunakan indera selain penglihatan yaitu indera pendengaran (hearing), perabaan (touch), dan pembauan (smell) dan juga menggunakan memori untuk memperoleh gambaran ada dimana dirinya dalam hubungannya dengan lingkungan. Mobilitas berarti gerakan atau berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain. Orang yang awas mungkin melakukan kegiatan merangkak, meloncat, berjalan, atau lari untuk bergerak atau berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain yang diinginkan dapat dilakukan sendiri dengan mudah. Bagi tunanetra untuk melakukan kegiatan tersebut memerlukan teknik khusus. 1

Latihan keterampilan O&M akan membuat tunanetra dapat melakukan berbagai kegiatan secara efektif, efisien dan selamat di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Keterampilan O&M mencakup (1) keterampilan sensori (sensory skills), (2) pengembangan konsep (concept development), (3) pengembamngan motorik (motor development), (4) keterampilan orientasi (orientation skills), dan (5) keterampilan mobilitas (mobility skills). Tujuan utama pengajaran O&M pada tunanetra adalah agar mereka dapat melakukan perjalanan secara aman, mandiri, efektif, dan percaya diri. B. Pengembangan Konsep Pengembangan konsep adalah proses penggunaan informasi sensoris (sensory information) untuk membentuk suatu gambaran ruang (space) dan lingkungan. Dalam hal ini konsep dapat disamakan dengan kognitif dalam teori perkembangan kognitif Peaget. Menurut Peaget kemampuan kognitif akan berkembang jika anak berinteraksi dengan lingkungannya. Konsep tentang ruang (spatial) akan berkembang tergantung utamanya pada indera penglihatan. Oleh karena itu, sebagaimana telah dikemukakan di atas, keterbatasan luas dan variasi pengalaman akibat ketunanetraan tersebut perlu dikembangkan melalui program pengembengan konsep. Menurut Peaget pengembangan kognitif memiliki beberapa tahap secara hierarki, yaitu mulai tahap sensori motor, preoperational, concrete operation (operasi konkrit), dan formal operation (operasi formal). Karena tidak memiliki indera penglihatan (visual), tunanetra mengalami kesulitan untuk mencapai tahap konkrit dalam memahami konsep tertentu bahkan ada beberapa konsep yang tidak mungkin dipahami oleh tunanetra seperti misalnya warna, bulan, bintang, mata hari dll. Konsep tentang jarak atau ruang yang secara ideal dapat dipahami melalui indera penglihatan, tunanetra harus memahaminya melalui haptic atau kinesthetic. Konsep tentang ruang atau jarak ini sangat berguna untuk mengetahui atau mengenali hubungan antar obyek. Misalnya benda B terletak lebih jauh di samping kanan benda A, sementara benda C terletak lebih dekat dengan A

dibandingkan dengan B. Untuk mengenal konsep seperti ini tunanetra tidak menggunakan indera penglihatan dan memerlukan teknik khusus. Dalam kehidupan sehari-hari terlalu banyak konsep yang perlu dipahami oleh manusia tak terkecuali tunanetra. Meskipun tunanetra tidak dapat memahami semua konsep yang dapat dipahami oleh orang awas sekurang-kurangnya mereka perlu mengenal beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsep tersebut misalnya nama-nama warna, matahari, bulan, bintang dan lain-lain. Pengenalan istilah ini diperlukan untuk memenuhi sebagai alat komunikasi dengan orang awas. Hill dan Blasch (1980) mengklasifikasi jenis-jenis konsep terutama yang diperlukan untuk keterampilan O&M menjadi tiga kategori besar yaitu (1) konsep tubuh (body concepts), (2) konsep ruang (spatial concepts), dan konsep lingkungan (environmental concepts). Informasi yang diperlukan oleh tunanetra untuk mengenal konsep tubuh mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi atau mengenali nama bagian-bagian tubuh serta mengetahui lokasi, gerakan, hubungannya dengan bagian tubuh yang lain, dan fungsi bagian-bagian tubuh tersebut. Pengenalan tubuh yang baik merupakan modal dasar untuk mengembangkan konsep ruang dan sebagai dasar untuk proses orientasi dirinya terhadap lingkungan yang diperlukan untuk mencapai mobilitas yang baik. Konsep ruang (spatial concepts) mencakup posisi (positional) atau hubungan (relational), bentuk dan ukuran. Sebagai contoh konsep tentang posisi/hubungan melikputi depan, belakang, atas (top), bottom (dasar), kiri, kanan, antara, paralel dsb. Yang termasuk konsep bentuk meliputi bulat, lingkaran, persegi panjang, segi tiga dll. Sedangkan yang termasuk konsep ukuran meliputi jarak, jumlah, berat, volume, panjang, dll. Konsep ukuran dapat berupa satuan 3

seperti: kg, cm, m2 dll di samping itu juga berupa ukuran relatif seperti kecil, besar, berat, ringan, sempit, jauh dsb. C. Pengajaran Konsep Dalam pengajaran atau latihan O&M, konsep sebuah obyek dikenali atau dipelajari melalui tiga hal penting yaitu tujuan, karakteristek, dan fungsi. Misalnya konsep tentang pintu dapat dikenali sebagai berikut 1. Tujuan: untuk memisahkan dua ruang dalam suatu bangunan atau memisahkan antara ruang (indoors) dan luar ruang (outside) 2. Karakteristik: pintu dapat dibuat dari kayu, metal, kaca dll. 3. Fungsi: pintu dapat berfungsi membuka dan menutup dengan menggunakan engsel Di samping penggunaan prinsip tersebut pemahaman konsep sangat terkait dengan pengembangan bahasa. Dalam mengajarkan konsep pada anak-anak, mereka dikatakan telah memahami suatu konsep jika mereka dapat mengikuti perintah-perintah dengan menggunakan kata-kata (word) yang menggambarkan konsep tertentu dan dapat menggunakannya dalam percakapan. Misalnya seorang anak diberikan suatu mainan (bola) di letakkan di samping tubuhnya, kemudian kita tanya ini apa Misalnya dia menjawab bola kemudian ditanya lagi bola ada dimana dia menjawab di samping. Kondisi ini menggambarkan bahwa anak telah memahi konsep bola dan sedikit tentang konsep posisi ( di samping). Daftar Pustaka Scholl, G. T. (ed).(1986). Foundations of education for blind and visually handicapped children and youth: Theory and practice. New York: American Foundation for the Blind Dodson-Burk, B dan Hill, E. W. (1989). An orientation and mobility for families and young children. New York: American Foundation for the Blind

Hill, E. W. dan Blasch, B. B. (1980). Concept development. In. R. L., Welsh dan B. B., Blasch (eds.), Foundation of orientation and mobility (pp. 265-290). New York: American Foundation for the Blind McLinden, D. J. (1981). Instructional for orientation and mobility. Journal Visual Impairment & Blindness, 75, 7, 300-303 Lowenfeld, B. (ed.). (1973). The visually handicapped child in school. New York: The John Day Company 5

PENGEMBANGAN KONSEP PADA TUNANETRA Makalah Disampaikan pada Penataran Guru SLB se-jawa Barat Tanggal 19 Juni 2003 Oleh Juang Sunanto, Ph. D