BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
IV-138 DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

KEDARURATAN LINGKUNGAN

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manfaat Minum Air Putih

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Sistem Ekskresi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

2

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

Mitos & Fakta Mengenai Hidrasi Hal yang Perlu di ketahui Dokter

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C.

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

ANALISIS TINGKAT IKLIM KERJA DI DALAM RUANG KERJA PT. KHARISMA RANCANG ABADI KECAMATAN SAMBUTAN. Oleh : KHIKIE PRATIWI NIM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 9. Ciri-Ciri Makhluk Hidup Latihan Soal 9.1

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

SISTEM EKSKRESI LKS IPA TERPADU -SMP KELAS IX/1 1

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB II LANDASAN TEORI

Pusat Hiperked dan KK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

Matahari memungkinkan adanya siklus hujan,penentu cuaca dan iklim.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Melakukan Uji Protein Urin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan produksi panas oleh tubuh (Suma mur, 2009). b. Sumber Panas Lingkungan Kerja. dan peningkatan produktivitas.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

METABOLISME ENERGI DAN TERMOREGULASI ABSTRAK

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dehidrasi 1. Pengertian Dehidrasi Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan elektrolit tubuh 9. 2. Tingkatan Dehidrasi Tingkatan dehidrasi dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkatan yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat. Dalam melakukan penilaian dehidrasi dapat diketahui dari warna urin. Dalam melakukan penilaian dapat digunakan dengan indikator warna urin semakin pekat warna urin semakin tingginya tingkatan dehidrasi. Hilangnya cairan menyebabkan berkurangnya volume darah, tekanan darah dan bisa menyebabkan penderita pingsan. Kelainan ini dapat dipercepat pada kondisi kurang minum, berkeringat banyak, muntahmuntah, diare atau penyebab lain yang mengakibatkan pengeluaran air berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan volume urin berkurang, karena cairan tubuh banyak keluar melalui keringat. Asupan air atau intake air pada tubuh kurang akan mengakibatkan dehidrasi 10. 3. Patogenesis Dehidrasi Air dalam tubuh mengikuti keseimbangan dinamis berdasarkan tekanan osmotik dan tonisitas. Normalnya terjadi keseimbangan cairan antara yang masuk dan dikeluarkan tubuh. Asupan air yang tinggi akan menurunkan osmolitas plasma dan peningkatan volume arteri efektif sehingga menyebabkan regulasi osmotik dan regulasi vilume teraktivitasi 11. http://digilib.unimus.ac.id Page 8

Kekurangan cairan atau air minum dapat meningkatkan konsentrasi ionik pada kompertemen ekstrakuler dan terjadi pengerutan sel sehingga menyebabkan sensor otak untuk mengontrol minum dan mengontrol ekskresi urin. Pada stadium permulaan water depletion, ion natrium dan chlor ikut menghilang dengan cairan tubuh, tetapi kemudian terjadi reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga ekstraseluler mengandung natrium dan chlor berlebihan dan terjadi hipertoni. Hal ini menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus. Selain itu timbul perangsangan terhadap hipofisis yang kemudian melepaskan hormon antidiuretik sehingga terjadinya oligura. Hal ini menimbulkan rasa haus, air liur kering, badan terasa lemas dan berhalusinasi 4. Mekanisme Penyaluran panas tubuh kepada lingkungan a. Konveksi Proses konveksi menyangkut penyaluran panas dari kulit ke udara di lingkungan. Kecepatan hilangnya panas oleh konveksi bergantung atas beberapa faktor seperti temperatur udara, kecepatan angin, dan jenis pakaian yang dipakai. Apabila udara lebih panas dari kulit, perpindahan arah berlawanan dari lingkungan ke kulit dapat terjadi. 12 b. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus. 12 http://digilib.unimus.ac.id Page 9

c. Evaporasi Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan. Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi. Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual (yang dapat diukur) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan. 12 d. Radiasi Panas yang disalurkan oleh inframerah atau radiasi panas menyangkut aliran energi panas dari permukaan yang lebih panas ke permukaan yang lebih dingin. Kulit yang telah hangat oleh karena aliran panas dari inti tubuh menyalurkan panas ke lingkungan. Apabila lingkungan termasuk permukaan atau sistem seperti sumber panas atau ketel uap yang mana secara signifikan lebih panas dari permukaan kulit, aliran panas radiasi dapat berlangsung arah berlawanan yaitu dari lingkungan ke tubuh, yang akan menambahkan jumlah kapasitas panas total tubuh. Kecepatan aliran panas oleh radiasi adalah sebagaimana fungsi dari tipe permukaan yang terlibat dan perbedaan temperatur antara mereka. http://digilib.unimus.ac.id Page 10

Arah aliran panas radiasi adalah tetap dari permukaan yang lebih panas ke permukaan yang dingin. Kemampuan permukaan untuk menyerap dan menyalurkan panas adalah fungsi utama dari warna dan tekstur permukaan tersebut. Pemakaian pakaian berwarna terang bermaksud untuk menghambat atau menurunkan efek panas radiasi 12. 5. Batasan batasan Dehidrasi a. Batasan karakteristik Keluaran jumlah urin bervariasi sangat banyak atau sedikit, warna juga berbeda air urin bisa berwarna kuning tua atau kuning jernih dan berat jenis naik atau turun 13. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dehidrasi Kejadian dehidrasi merupakan gangguan keseimbangan cairan atau air yang disebabkan oleh lebih banyaknya pengeluaran air ketimbang pemasukan (minum), kejadian tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain 14. a. Lingkungan yang terlalu panas Lingkungan kerja yang terlalu panas akan mengakibatkan proses metabolisme pada pekerja berjalan lebih cepat karena pekerja akan mudah berkeringat sehingaa apabila hal ini tidak di perhatikan akan mengakibatkan dehidrasi pada pekerja. b. Diare Diare merupakan gangguan kesehatan yang akan mempengaruhi pengeluaran cairan pada tubuh sehingaa hal ini juga akan mempengaruhi keadaan dehidrasi pada pekerja. c. Muntah Muntah adalah keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Isi muntahan dapat berupa cairan bercampur makanan atau cairan lambung saja http://digilib.unimus.ac.id Page 11

d. Penggunaan obat deuretik yang mengakibatkan ginjal mengeluarakan sejumlah besar air dan garam melalui urin e. Kurangnya asupan air / cairan Kurangnya asupan yang di minum akan berpengaruh dengan kondisi cairan di dalam tubuh karena cairan dalam tubuh melakukan metabolisme sehingga dengan adanya proses metabolisme harus diimbangi dengan pembaharuan cairan yang ada di dalam tubuh dengan minum. 7. Pengukuran Dehidrasi Dalam penelitian yang akan dilaksanakan pengukuran dehidrasi akan menggunakan warna urin untuk mengetahui tingkat dehidrasi pekerja,semakin pekat warna urin semakin tinggi tingkat dehidrasinya. warna urin untuk mengukur tingkat dehidrasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini 15. Gb. 2.1 indikator warna urin http://digilib.unimus.ac.id Page 12

Dari gambar diatas dapat di nilai indikator nomor 1,2, dan 3 tidak terjadi dehidrasi. indikator 4,5, dan 6 terjadi dehidrasi sedang. Indikator warna 7 dan 8 merupakan dehidrasi berat. Dalam melihat sampel warna urin yang harus diperhatikan adalah sampel urin yang digunakan bukan urin pagi, mide stream urin, gunakan sinar lampu warna putih/ neon, dan bisa dilihat di bawah sinar matahari. 8. Urin Dehidrasi a. Pengertian Urin Urin adalah cairan sampah sebagai hasil pengeluaran dari ginjal dan terjadi sebagai hasil produksi proses filtrasi dari darah. Sampah ini dikeluarkan oleh tubuh dalam proses urinasi. Komposisi urin adalah terdiri atas cairan sampah metabolisme seperti urea, garam-garam terlarut dan material organik lain. Cairan dan material mengalami penyaringan di ginjal, untuk menghasilkan urin, yang berasal dari darah atau cairan antar sel 16. Komposisi urin disesuaikan dalam proses reabsorbsi apabila ada molekul yang dibutuhkan kembali oleh tubuh, seperti glukosa, akan diserap kembali ke dalam aliran darah melalui molekul pembawa. Sisa cairan mengandung konsentrasi urea yang tinggi dan beberapa zat yang memiliki potensi racun akan dikeluarkan dari tubuh melalui urinase. Komponen lain termasuk beberapa variasi garam inorganik seperti sodium chloride (Natrium Khlorida), ph urin mendekati netral (7), tetapi secara normal dapat bervariasi antara 4.5 sampai 8. Keadaan asam atau basa yang terlalu kuat dapat menjadi acuan sebagai gejala penyakit tertentu. Jumlah urin diproduksi bergantung atas beberapa faktor termasuk tingkat hydrasi, aktifitas, faktor lingkungan, ukuran tubuh, dan kesehatan. Pada manusia dewasa produksi rata-rata urin berkisar 1-2 liter per hari. b. Zat yang mempengaruhi warna urin http://digilib.unimus.ac.id Page 13

Warna urin yang terkandung dalam urin dapat dipengaruhi oleh bahan makanan atau bahan minuman yang dikonsumsi oleh manusia sehingga dalam warna urin yang seharusnya berwarna jernih atau kekuningan dapat berubah warna. Bahan makanan yang dapat mempengaruhi warna tersebut : 1. Makanan yang mempunyai kandungan vitamin B dan karoten sering menyebabkan urin seseorang menjadi kuning cerah. Makanan ini berasal dari biji-bijian, selain makanan suplement vitamin juga dapat mempengaruhi. 2. Warna kecoklatan dapat dipengaruhi dari minuman teh. 3. Warna oranye dapat dipengaruhi zat makanan dari wortel dan labu dan dari suplement vitamin C dan B kompleks. 4. Warna merah dapat dipengaruhi dari makanan boysen beriies, dan sereal buatan, dan minuman yang mempunyai zat pewrna merah seperti sirup dan minuman sachet. c. Pengambilan Sampel Urin Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar 17. 1) Jenis sampel urine : Urine sewaktu/urine acak (random) Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk http://digilib.unimus.ac.id Page 14

pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus. Sampel urin yang digunakan dalam pengukuran dehidrasi merupakan sampel urin setelah 4 jam kerja dan 8 jam kerja. 2) Wadah Spesimen : Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine. 3) Pengambilan spesimen Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar. Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram selsel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine. Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. http://digilib.unimus.ac.id Page 15

B. Lingkungan Kerja 1. Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana tenaga kerja melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para tenaga kerja untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi tenaga kerja. Jika tenaga kerja merasaka kenyamanan pada lingkungan kerja, maka tenaga kerja tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja tenaga kerja juga tinggi. Lingkungan kerja yang bertekanan suhu panas yang tinggi akan berpengaruh terhadap tenaga kerja kerja dan akan mempengaruhi metabolisme tenaga kerja sehingga akan beresiko dehidrasi 18. Temperatur yang dianjurkan di tempat kerja adalah 24-26º C (suhu kering) pada kelembaban 85% - 95% dan suhu basah antara 22-30º C, suhu tersebut merupakan suhu nikmat di Indonesia. Batas toleransi untuk suhu tinggi adalah 35ºC-40ºC, kecepatan gerakan udara 0,2 m/detik, kelembaban udara 40%-50% dan perbedaan suhu permukaan 40ºC. Sehingga suhu optimal dari dalam tubuh untuk mempertahankan fungsinya adalah 36,5ºC-39,5ºC 5. Dalam standar nasional indonesia didapatkan indeks suhu basah dan bola (ISBB) tidak diperkenankan melebihi untuk beban kerja ringan : 30,0 C, beban kerja sedang 26,7 C dan beban kerja berat 25,0 C. http://digilib.unimus.ac.id Page 16

2. Faktor pada lingkungan kerja Ada beberapa faktor yang terdapat dalam lingkungan kerja yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja diantaranya 19. a. Faktor fisik Adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang didalamnya meliputi Iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan medan magnet b. Faktor kimia Faktor kimia adaalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang dalam keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia. c. Faktor biologi Faktor biologis ditempat kerja biasanya dikenal dalam bentuk microorganisme seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, kutu, pinjal, tumbuhan dan juga dalam bentuk microorganisme seperti binatang berbisa, binatang buas dan lain-lain. d. Ergonomi Faktor ergonomi merupakan bentuk kesesuaian adesaign alat kerja dengan pekerja sehingga pekerja saat melakukan pekerjaanya merasakan nayaman dan terhindar dari penyakit akibat kerja dan kecelakaan lerja e. Faktor Faktor psikologi dalam lingkungan kerja psikologi meliputi hubungan tenaga kerja dengan tenaga kerja lainya, tenaga kerja dengan atasan ataupun bawahan. http://digilib.unimus.ac.id Page 17

3. Tekanan Panas a. Pengertian Tekanan Panas Tekanan panas disuatu lingkungan kerja merupakan perpaduan antara suhu udara, kelembaban, radiasi, kecepatan gerakan udara dan panas metabolisme sebagai aktifitas dari seseorang, serta (beban panas metabolik dari aktivitas fisik maupun kimia), yang dapat mengakibatkan kelelahan, panas kram dan stroke panas. 19 b. Nilai Ambang Batas Tekanan Panas Menurut ketetentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang berkaitan iklim kerja, Peraturan Mentri tenaga Kerja dan Transmigrasi republik Indonesia : Nomor Per/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas faktor lingkungan fisik dan Nilai Ambang Batas untuk faktor kimia 20. Ditetapkan Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat (NAB) adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/ inntensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerja sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Nilai ambang batas iklim kerja suhu basah dan bola (ISBB) yang diperkenankan Tabel. 2.1 Nilai Ambang Batas Tekanan Panas Pengaturan waktu kerja setiap jam ISSB Beban Kerja Ringan Sedang Berat 75% - 100% 31,0 28,0-50 % - 75% 31,0 29,0 27,5 25 % - 50% 32,0 30,0 29,0 0% - 25% 32,2 31,1 30,5 http://digilib.unimus.ac.id Page 18

Keterangan : Indeks suhu basah dan bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi : ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 Suhu kering Indeks suhu basah dan bola untuk di alam atau diluar ruangan tanpa panas radiasi : ISBB= 0,7 suhu asah alami + 0,3 suhu Indek bola Catatan : Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 2000 kilo kalori/ jam Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 200 Kilo kalori/jam Dari peraturan mengenai nilai ambang batas faktor lingkungan fisik salah satu di dalamnya merupakan iklim kerja dengan pengaturan waktu kerja 75% - 100 % dengan kondisi beban kerja sedang indeks suhu bola basah yang diperkenakan adalah 28 C c. Cara Ukur Tekanan Panas Pengukuran tekanan panas dapat digunakan alata yang bernama Heat Stress Monitor yang mengukur indek suhu basah dan bola (ISBB) dan memperhatikan beban kerja yang dilakukan oleh pekerja,beban kerja ringan 30,66 C, beban kerja sedang 28,0 C, dan beban kerja berat maksimal 25,9 C. Tekanan panas diukur menggunakan heat stress monitor pada proses produksi berlangsung yaitu lebih dari jam 10 WIB 5. http://digilib.unimus.ac.id Page 19

d. Dampak Tekanan panas pada lingkungan Kerja Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis akibat gangguan tekanan panas, dibagi atas 4 yaitu: 1) Milliaria Rubra (Heat Rash) Sering dijumpai dikalangan militer atau pekerja fisik lainnya yang tinggal di daerah iklim panas. Tampak adanya bintik papulovesikal kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini terjadi sebagai akibat sumbatan kelenjar keringat dan terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan. Kelainan ini dapat mengganggu tidur sehingga effisiensi fisiologik menurun dan meningkatkan kelelahan kumulatif. Keadaan ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya faktor yang lebih serius. Adanya kelainan kulit mengakibatkan proses berkeringat dan evaporasi terhambat, sehingga proses pendinginan tubuh terganggu 19. 2) Kejang Panas (Heat Cramps) Heat Cramps (Kram Karena Panas) adalah kejang otot hebat akibat keringat berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Heat cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam (termasuk natrium, kalium dan magnesium) akibat keringat yang berlebihan, yang sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Heat cramps sering terjadi pada pekerja manual, seperti pekerja di ruang mesin, pekerja pengolah baja dan pekerja pertambangan. Heat cramps seringkali secara tibatiba mulai timbul di tangan, betis atau kaki, terasa sangat nyeri. Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan. Heat cramps bisa dicegah atau diobati dengan http://digilib.unimus.ac.id Page 20

meminum minuman atau memakan makanan yang mengandung garam 19. 3) Kelelahan Panas (Heat Exhaustion) Heat Exhaustion (Kelelahan Karena Panas) adalah suatu keadaan yang terjadi akibat terkena/terpapar panas selama berjam-jam, dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Suhu yang sangat panas bisa menyebabkan hilangnya banyak cairan melalui keringat, terutama selama melakukan kerja fisik atau olah raga berat. Bersamaan dengan cairan, garam (elektrolit) juga hilang sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan fungsi otak. Gejala utama adalah kelelahan, kelemahan dan kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena berkeringat. Jika berdiri, penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas. Denyut jantung menjadi lambat dan lemah, kulit menjadi dingin, pucat dan lembab, penderita menjadi linglung. 19 4) Sengatan Panas (Heat Stroke) Sengatan panas adalah suatu keadaan darurat medik dengan angka kematian yang tinggi. Pada kelelahan panas, mekanisme pengatur suhu bekerja berlebihan tetapi masih berfungsi, sedangkan pada sengatan panas, mekanisme pengatur suhu tubuh sudah tidak berfungsi lagi disertai dengan terhambatnya proses evaporasi secara total. Suhu tinggi biasanya berkaitan dengan berbagai penyakit seperti di atas yaitu pukulan panas, kejang panas, kegagalan dalam penyesuian terhadap panas, dehidrasi, kelelahan tropis dan miliari. Dalam pengalaman, penyakit-penyakit tersebut jarang http://digilib.unimus.ac.id Page 21

ditemukan pada tenaga kerja Indonesia. Sampai saat ini tidak ada kasus kejang panas melainkan diare kronis pada tenaga yang berada dalam cuaca panas yang tinggi. Namun begitu, terdapat kesan bahwa suhu ditempat kerja bertalian dengan kenaikan angka-angka sakit seperti masuk angin, influensa, dan sebagainya. Tekanan panas yang berlebihan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan dipehitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan, dapat menyebabkan beban fisiologis, misalnya kerja jantung menjadi bertambah Tekanan panas yang berlebih juga dapat mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia serta dapat mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan kerja sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja 19. 4. Hubungan Tekanan panas dengan Dehidrasi Tekanan Panas pada lingkungan kerja selain mengganggu kenyamanan, juga dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hal ini disebabkan oleh proses metabilosme tubuh yang mengakibatkan ekskresi melalui keringat dan urin. Hal ini disebabkan karena perubahan pada kelenjar keringat yaitu meningkatnya jumlah kelenjar keringat yang aktif serta meningkatnya sekresi kelenjar keringat sehingga keringat yang dikeluarkan akan berlebih apabila tidak di imbangi dengen aktivitas minum air putih yang cukup akan menyebabkan dehidrasi. Aktifitas fisik pada lingkungan panas dan lembab mengeluarkan keringat lebih banyak dibandingkan dengan aktifitas fisik pada lingkungan yang dingin dan kering. 21 http://digilib.unimus.ac.id Page 22

5. Beban kerja a. Pengertrian Beban Kerja Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia. 22 b. Cara Mengukur beban kerja Dalam pengukuran beban kerja menggunakan jumlah denyut nadi per menit untuk mengetahui beban kerja pekerja. 23 Tabel. 2.2 Beban kerja dengan denyut nadi Jenis beban kerja Denyut nadi per menit Ringan 75-100/menit Sedang 100-125/menit Berat 125-150/menit Sangat Berat 150-175/menit Sangat Amat Berat >175/ menit http://digilib.unimus.ac.id Page 23

c. NAB beban kerja dengan tekanan panas Beban kerja yang dibolehkan di tempat yang mempunyai tekanan panas pada lingkungan kerja dengan waktu kerja 75% - 100% dengan menghitung denyut nadi pekerja, beban kerja ringan denyut nadi 75-100/menit tekanan panas yang diperkenakansebesar 31,0 C, dan beban kerja sedang denyut nadi 100-125/menit tekanan panas pada lingkungan kerja yang diperkenankan sebesar 28,0 C dan beban kerja berat denyut nadi 125-150/menit tidak diperkenankan terpapar oleh pekerja. C. Kerangka Teoritik Sumber Panas Gambar. 2.3 Kerangka teori Aliran Panas Faktor Fisik Tekanan Panas Aklimatisasi Pekerja Asupan Cairan Ekskresi Cairan tubuh Muntah Diare Keseimbangan Cairan Volume keringat Konsumsi obat Volume urin Dehidrasi http://digilib.unimus.ac.id Page 24

D. Kerangka Konseptual Variabel Bebas Tekanan Panas pd Lingk Kerja Gambar. 2.4 Kerangka Konsep Variabel Terikat Kejadian Dehidrasi pada Tenaga Kerja *1. Diare *2. Muntah *3. Konsumsi obat *4. Asupan cairan Variabel Pengganggu *. Dilakukan pengukuran E. Hipotesa Ada hubungan antara tekanan panas pada tempat kerja dengan kejadian dehidrasi pada pekerja dengan mengontrol variabel diare,muntah,penggunaan obat dan asupan cairan http://digilib.unimus.ac.id Page 25