PERILAKU LEKATAN TULANGAN ULIR TERHADAP MATERIAL SCC (067M)

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU LEKATAN WIREMESH TERHADAP MATERIAL SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

STUDI LEKATAN TULANGAN DEFORM PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN ADDITIVE SUPERPLASTICIZER

PEMERIKSAAN TEGANGAN LEKAT BETON DENGAN VARIASI LUAS TULANGAN

KUAT LEKAT TULANGAN PADA BERBAGAI VARIASI MUTU BETON NORMAL

METODE RETROFIT DENGAN WIRE MESH DAN SCC UNTUK PENINGKATAN KEKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TINJAUAN PANJANG LEKATAN ANTARA BETON NORMAL DENGAN TULANGAN AKIBAT BEBAN STATIK

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.

JURNAL TUGAS AKHIR VARIASI CURING TERHADAP LEKATAN ANTARA TULANGAN DAN BETON YANG MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN PASIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

PERILAKU MEKANIK BETON BERONGGA MENGGUNAKAN AIR LAUT

PEMERIKSAAN TEGANGAN LEKAT ANTARA BAJA DAN BETON DENGAN KUAT TEKAN BETON 40 MPa

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

DAKTILITAS KURVATUR PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG TERKEKANG CINCIN BAJA

STUDI PENGARUH SERAT POLYPROPYLENE (PP) TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

Kuat Lentur dan Daktilitas Balok Beton Bertulang Self Compacting dengan Agregat Kasar dan Halus Daur Ulang

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BETON DENGAN TANAH POZOLAN TULAKAN DAN KAPUR SEBAGAI PENGGANTI SEMEN. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

KUAT LEKAT (BOND STRENGTH) ANTARA TULANGAN DENGAN BETON BUSA (FOAMED CONCRETE) (120M)

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

PENGGUNAAN SERAT POLYPROPYLENE UNTUK MENINGKATKAN KUAT TARIK BELAH BETON

Analisis Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Tampang T Menggunakan. Response-2000

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

NILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI

ANALISIS DAN PENGUJIAN PERILAKU DARI VARIASI LUBANG PADA BATANG ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PENAMPANG PERSEGI TERHADAP BEBAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN LEBIH DARI SYARAT SNI TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG TULANGAN BAJA ULIR

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PENGUJIAN MORTAR MUTU TINGGI SEBAGAI BAHAN PERKUATAN BETON

Augustinus NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEGANGAN LEKAT PADA BETON YANG MENGANDUNG AIR LAUT DAN SERAT BAJA

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

PENGARUH TULANGAN CRT DAN TULANGAN BJTD PADA KOMPONEN LENTUR DENGAN MUTU BETON F C 24,52 MPA (182S)

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PAKU (252M)

BAB 1 PENDAHULUAN. beton. Sebenarnya masih banyak alternatif bahan lain yang dapat dipakai untuk

PENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG

PERILAKU ELEMEN BETON SANDWICH TERHADAP PENGUJIAN GESER MURNI (036S)

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU GESER BALOK PADA SAMBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG ABSTRAK

PEMANFAATAN BETON SERAT ANYAMAN KAWAT SEBAGAI PERKUATAN METODE PREPACKED CONCRETE PADA BALOK BETON BERTULANG (161S)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON TERHADAP KUAT TARIK BELAH. DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH INKLUSI BAJA TERHADAP PERILAKU MORTAR-INKLUSI ABSTRAK

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

ABSTRAK. : kolom, sengkang, spiral, rectangular, kuat tekan

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

PERBANDINGAN UJI TARIK LANGSUNG DAN UJI TARIK BELAH BETON

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. baja sehingga menghasilkan beton yang lebih baik. akan menghasilkan beton jadi yang keropos atau porous, permeabilitas yang

Pengaruh Penambahan Admixture Jenis F dan Substitusi Silica Fume terhadap Semen pada Kuat Tekan Awal Self Compacting Concrete

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

PERILAKU KEKUATAN LEKATAN ANTARA TULANGAN BETON DENGAN PCM SHOTCRETE

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA 4D DRAMIX TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK BELAH, DAN LENTUR PADA BETON

PENGARUH PANJANG PENYALURAN BAJA TULANGAN ULIR (DEFORMED) DENGAN BENGKOKAN TERHADAP KUAT LEKAT ANTARA BETON DAN BAJA TULANGAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PECAHAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

PENGARUH PANJANG PENYALURAN BAJA TULANGAN PADA BETON TERHADAP KUAT LEKATNYA

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

ANALISIS KEKUATAN LENTUR DAN DAKTILITAS PADA PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG, KOLOM BAJA DAN KOLOM COMPOSITE DENGAN SOFTWARE XTRACT

Gambar 1 PENGARUH KONFIGURASI BAJA DAN FAKTOR KELANGSINGAN TERHADAP KAPASITAS TEKAN KOLOM

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TARIK BELAH BETON YANG MENGGUNAKAN TERAK NIKEL SEBAGAI AGREGAT KASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kolom memegang peranan penting dari suatu bangunan karena memikul

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN TULANGAN BAJA POLOS TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK KANTILEVER BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

STUDI EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN KOLOM-KOLOM PADA SISTEM BETON PRACETAK DENGAN MENGGUNAKAN SLEEVES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH DENGAN VARIASI KUAT TEKAN BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KONFIGURASI SENGKANG PADA DAERAH TEKAN BALOK BETON SERAT BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus

KAJIAN SIFAT MEKANIKA BETON STYROFOAM. Arusmalem Ginting Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT ALAM TERHADAP KEKUATAN GESER BALOK BETON MUTU TINGGI

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

Transkripsi:

PERILAKU LEKATAN TULANGAN ULIR TERHADAP MATERIAL SCC (067M) A. Arwin Amiruddin 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245 Email: a.arwinamiruddin@yahoo.com ABSTRAK Salah satu persyaratan dalam struktur beton bertulang adalah adanya lekatan antara tulangan dan beton, sehingga apabila pada struktur beton tersebut diberikan beban tidak akan terjadi slip antara baja tulangan dan beton, asalkan tersedia panjang penyaluran dan diameter tulangan yang cukup. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental laboratorium. Pada penelitian ini digunakan baja tulangan ulir yang ditanam pada benda uji kubus dengan variasi dimensi 150x150x150 mm, 180x180x180 mm, 195x195x195 mm, variasi baja tulangan ulir yang digunakan berdiameter ulir 10 mm, 12 mm, 13 mm dan variasi panjang penyaluran 100 mm, 120 mm, 130 mm, terhadap beton normal (NVC) dan beton Self Compacting Concrete (SCC). Masing-masing benda uji di uji dengan metode Bond Pull-out Test. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tegangan lekat masing-masing diameter baja tulangan. Dari tegangan lekat tersebut dibutuhkan suatu panjang penyaluran (l d ) untuk diameter baja tulangan D10, D12, dan D13 berturut-turut adalah 108,8012 mm, 113,4586 mm, dan 138,8582 mm. Kata kunci: Variasi tulangan ulir, Variasi panjang penyaluran, SCC, Benda uji kubus, Pull-out. 1. PENDAHULUAN Self-Compacting Concrete (SCC) telah dikembangkan untuk pertama kalinya di jepang. self-compacting concrete adalah beton yang memiliki fluiditas cukup tinggi dengan penambahan water-reducing superplasticizer dan memiliki kuat tekan tinggi bila dibandingkan dengan dengan Normal-Vibrated Concrete (NVC). Menurut Okumura dan Ouchi (1999), self-compacting concrete dapat mengurangi kerja konstruksi karena adanya knock-on yang dapat berefek pada ketahan (durability) beton dan menguragi sejumlah skill pekerja. Untuk mendapatkan tegangan lekat diperlukan persyaratan tertentu seperti kuat tekan beton, jenis tulangan, panjang penyaluran yang tertanam di dalam matriks beton dan diameter tulangan yang digunakan. Menurut Nawy (2009), ada tiga jenis percobaan yang dapat menentukan kualitas lekatan elemen tulangan, yaitu pull-out test, embedded rod test dan beam test. Yang perlu diperhatikan pada percobaan pull-out adalah bahwa gaya tarik yang digunakan adalah gaya tarik aksial dan tegangan lekat yang terjadi tentunya tegangan lekat aksial. Percobaan pull-out test dapat memberikan perbandingan lekatan yang efisien terhadap berbagai variasi permukaan tulangan dan panjang tulangan yang tertanam di dalam beton. Ada 4 tahapan dalam proses lekatan tulangan terhadap beton. Tahap pertama, lekatan yang terjadi adalah lekatan adhesive yaitu kemampuan awal tulangan melawan beton. Tahapan kedua, terjadi displacement pada tulangan di dalam beton (slip) dimana terjadi interlocking dan menghasilkan retak radial pada beton. Tahapan ketiga, tegangan lekat dan kekakuannya di tahan oleh ulir tulangan di sepanjang panjang penyaluran di dalam matriks beton. Tahapan keempat, terjadi dua bentuk kegagalan lekatan seperti terlihat pada Gambar 1. komponen gaya tulangan resultan gaya beton retak dalam komponen gaya beton tulangan ditarik bidang slip (a). splitting bond failure (b). pull-out bond failure Gambar 1. Deformasi disekitar tulangan. (a). splitting bond failure (b). pull-out bond failure (sumber: fib, reinforced concrete, 1999.) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 47

2. PROGRAM EKSPERIMEN 2.1 Benda Uji Benda uji yang dibuat dalam pengujian pull-out terdiri dari 12 benda uji untuk NVC dan 12 benda uji untuk SCC (Gambar 2). Benda uji ini dibedakan berdasarkan dimensi dari diameter (D) tulangan ulir-nya, yaitu ukuran 5D (150 x 150 x 150 mm), 10D (80x180x180 mm), dan 12D (195x195x195 mm). Diameter tulangan yang digunakan adalah 10 mm, 12 mm, dan 13 mm. Pada material blok dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian yang tidak dilekatkan dengan beton (menggunakan pipa PVC) sebesar 5D dan selebihnya adalah panjang penyaluran (l d ). Tulangan spiral D6 mm digunakan sebagai efek pengekangan pada material blok NVC dan SCC, serta berfungsi untuk meningkatkan daktilitas material blok. Untuk lebih jelasnya benda uji yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Benda uji pull-out Type Benda Uji Ukuran (mm 3 ) Jumlah (benda uji) NVC CC 150 x 150 x 150 3 180 x 180 x 180 3 195 x 195 x 195 3 150 x 150 x 150 3 180 x 180 x 180 3 195 x 195 x 195 3 (a) Dimensi benda uji (b) Tulangan sengkang spiral D6 mm (c) Benda uji NVC dan SCC Gambar 2. (a) Dimensi benda uji, (b) Tulangan spiral, dan (c) Benda uji pull-out Tegangan lekat (bond strength) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : P τ = ----------- (1) π. D. l d (Sumber: Edward G. Nawy, Reinforced Concrete, 2009.) M - 48 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

dimana : τ = Tegangan Lekat (MPa) P = Beban Tarik (N) D = Diameter Tulangan (mm) l d = Panjang Penyaluran (mm) 2.2 Set-up Alat Pada percobaan pull-out yang dilakukan, pengujiannya menggunakan alat Wood Testing Machine kapasitas 4 ton dan alat Universal Testing Machine kapasitas 20 ton. Beban yang diberikan pada benda uji setiap kenaikan 1kN, kemudian dicatat dan menghasilkan grafik beban-displacement. Pemberian beban menghasilkan 3 fase, pertama fase elastis, kedua, fase beban maksimum, dan ketiga, fase pull-out. Beban setelah melewati fase elastis, kemudian dilanjutkan sampai beban maksimum, dan selanjutnya beban dilanjutkan sampai tulangan ulir tercabut dari material blok-nya. Adapun alat-alat pengujian beserta pengujian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. (a) Wood Testing Machine (b) Universal Testing Machine Gambar 3. Alat Pull-Out Test (a).wood Testing Machine dan (b).universal Testing Machine (Sumber: Foto-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipi dan Metalurgi Jurusan Mesin FT-UH, 2013.) Kuat Tekan (MPa) NVC SCC Waktu Curing (Hari) Gambar 4. Hasil Pengujian Kuat Tekan NVC dan SCC (Sumber: Hasil Pengujian-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH, 2013.) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kuat Tekan NVC dan SCC Beton segar yang ditambahkan bahan Admixture yaitu berupa superplasticizer dapat meningkatkan kuat tekan awal beton yang cukup signifikan bila dibandingkan beton tanpa penambahan bahan admixture, namun setelah berumur 28 hari akan diperoleh kuat tekan maksimum dan peningkatan kuat tekan yang kecil. Pada Gambar 4 diperlihatkan Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 49

bahwa pada umur 3 hari kuat tekan SCC yang diperoleh lebih besar dari kuat tekan NVC dengan deviasi sebesar 16.40 %, pada umur 7 hari kuat tekan SCC yang diperoleh lebih besar dari kuat tekan NVC dengan deviasi sebesar 22.22 % dan setelah kuat tekan SCC dan NVC berumur 28 hari memiliki deviasi kuat tekan sebesar 7.34 %. Hal tersebut disebabkan oleh karena molekul-molekul superplasticizer akan diserap oleh partikel-partikel semen pada saat pencampuran. Molekul ini akan memberi muatan ion negatif ke partikel-partikel semen sehingga partikelpartikel semen ini akan saling tolak-menolak. Dengan adanya gaya tolak-menolak antar partikel semen menyebabkan tidak terjadi penggumpalan partikel semen. 3.2. Kuat Tarik Baja Tulangan Ulir Pengujian kuat tarik tulangan ulir ini dilakukan untuk mengetahui nilai tegangan tulangan ulir pada saat mengalami kondisi leleh dan maksimum, pada Gambar 5 terlihat hubungan tegangan leleh baja tulangan terhadap variasi diameter tulangan. Pengujian dilakukan dengan alat UTM (Universal Testing Machine). 3.3. Tegangan Lekat (Bond Strenght) Pada Gambar 6, tegangan lekat untuk NVC dan SCC D10 diperoleh nilai tegangan lekat sebesar 8.63 MPa dan 64 MPa, untuk NVC D12 diperoleh nilai tegangan lekat sebesar 9.21 MPa dan untuk SCC D12 diperoleh nilai tegangan lekat sebesar 9.12 MPa, dimana pada saat pull-out test yang terjadi adalah tulangan putus, hal tersebut disebabkan karena adanya adhesi, friksi dan interlocking beton terhadap tulangan ulir yang cukup besar hingga melewati beban maksimum baja tulangan serta adanya efek Confinement (efek pengekangan) sengkang spiral dan efek gripping beton yang menambah kekuatan beton terhadap tulangan ulir. Untuk tegangan lekat rata-rata NVC dan SCC D13 diperoleh masing-masing nilai tegangan lekat rata-rata sebesar 11.68 MPa dan 12.01 MPa, perbedaan tersebut terjadi sebab nilai kuat tekan SCC lebih besar dibandingkan dengan NVC yang dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pada saat pull-out test yang terjadi adalah tulangan tercabut (slip) dari matriksnya. 3.4. Panjang Penyaluran (l d ) Dari Gambar 7 dapat disimpulkan bahwa semakin besar panjang penyaluran maka tegangan lekat yang terjadi akan semakin besar pula atau dengan kata lain hubungan antara tegangan lekat dan panjang penyaluran adalah berbanding lurus (membentuk garis linier). Tegangan Leleh (MPa) D10 D12 D13 Variasi Diameter Tulangan Ulir Gambar 5. Tegangan Leleh Vs Variasi Diameter Tulangan Ulir (Sumber: Hasil Pengujian-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH, 2013.) M - 50 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Tegangan Lekat (MPa) NVC SCC 8,63 8,64 9,21 9,12 11,68 12,01 Diameter Tulangan (mm) Gambar 6. Tegangan Lekat Rata-Rata NVC dan SCC (Sumber: Hasil Perhitungan-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH, 2013.) Tegangan lekat rata-rata (Mpa) Tegangan lekat rata-rata (Mpa) Panjang penyaluran (mm) (a) NVC Panjang penyaluran (mm) (b) SCC Gambar 7. Hubungan Tegangan Lekat dan Panjang Penyaluran NVC dan SCC. (Sumber: Hasil Perhitungan-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH, 2013.) 3.5. Tegangan Lekat dan Displacement Gambar 8 terlihat bahwa tegangan maksimum untuk NVC D10 dan SCC D10 berturut-turut sebesar 8.63 MPa dan 8.64 MPa, sedangkan untuk NVC D12 dan SCC D12 berturut-turut sebesar 9.21 MPa dan 9.12 MPa. Berbeda dengan NVC dan SCC D13 hasil yang diperoleh adalah tulangan tercabut (slip). Ini menunjukkan bahwa kuat lekat adhesi, friksi, iterlocking yang terjadi disepanjang panjang penyaluran tulangan ulir dan efek gripping (pengekangan) beton serta efek confinement sengkang spiral yang menambah kekuatan beton dan mencegah terjadinya retak (splitting failure) pada beton serta efek kuat tekan beton untuk menahan tulangan yang tertanam di dalam matriks NVC dan SCC lebih kecil dibandingkan dengan tegangan lekat tulangan ulir. Hasil yang diperoleh dari pull-out test D13 adalah tegangan lekat SCC rata-rata lebih besar dari tegangan lekat NVC rata-rata yaitu sebesar 12.01 MPa dan 11.68 MPa. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar diameter dan panjang penyaluran tulangan serta kuat tekan beton yang diperoleh, maka akan semakin besar pula tegangan lekat yang didapatkan, namun hal tesebut mempunyai batas maksimum tertentu. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 51

14 Bond strenght (MPa) 12 10 8 6 4 Ended Bars Pull-Out Failure Ended Bars NVC rata-rata (D10) SCC rata-rata (D10) NVC rata-rata (D12) SCC rata-rata (D12) NVC rata-rata (D13) SCC rata-rata (D13) 2 0 0 12 24 36 48 60 72 84 96 108 120 132 144 Displacement (mm) Gambar 8. Tegangan lekat terhadap displacement specimen NVC rata-rata dan SCC rata-rata (D10, D12, dan D13) (Sumber: Hasil Pengujian-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH, 2011.) Tulangan ulir putus Tulangan ulir putus Slip pada permukaan tulangan dan material blok (a) D10, putus (b) D12, putus (c) D13, slip Gambar 9. Tipe kegagalan specimen NVC dan SCC (D10, D12, dan D13) (Sumber: Hasil Pengujian-Laboratorium Struktur & Bahan Jurusan Sipil FT-UH, 2013.) 3.6. Tipe Kegagalan Benda Uji Pada Gambar 9 terlihat bahwa pada benda uji dengan D10 dan D12 mengalami tulangan putus, artinya bahwa tulangan dan permukaan material blok memilki kemampuan lekatan yang baik untuk menghindari terjadinya slip. Sementara untuk D13 terlihat mengalami tulangan yang slip, artinya tidak terdapat kemampuan lekatan yang cukup antara tulangan dan permukaan material blok sehingga terjadi slip. M - 52 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian diperoleh beberapa keseimpulan, diantaranya: (1) Kuat tekan rata-rata yang diperoleh saat pengujian umur 28 hari yaitu untuk NVC sebesar 34.03 MPa dan SCC sebesar 39.42 MPa dengan deviasi kuat tekan sebesar 7.34%. Perbedaan itu disebabkan karena penambahan admixture superplasticizer kedalam material SCC. (2) Hasil pull-out test pada variasi tulangan dan panjang penyaluran tulangan yang tertanam dalam specimen NVC dan specimen SCC memperlihatkan bahwa kuat lekat specimen NVC D10 lebih kecil dari specimen NVC D12 dengan deviasi sebesar 3.25% (tulangan putus) dan lebih kecil dari specimen NVC D13 dengan deviasi sebesar 11.82% (tulangan slip) dan kuat lekat specimen SCC D10 lebih kecil dari specimen SCC D12 dengan deviasi sebesar 3.25% (tulangan putus) dan lebih kecil dari specimen SCC D13 dengan deviasi sebesar 13.68% (tulangan slip). Hal tersebut menunjukkan bahwa kuat lekat akan meningkat dengan variasi tulangan dan panjang penyaluran dan efek confinement dan efek gripping beton serta kekuatan beton. DAFTAR PUSTAKA Akkas, Abdul Madjid (1996). Rekayasa Bahan / Bahan Bangunan. Makassar: Jurusan Sipil. American Standard for Testing and Material (2003). Annual Book of ASTM. Concrete and Aggregates. Volume 04.02. US and Canada. 2003. Binsar, G. Salmon Charles, Wang Chu-Kia (1993). Desain Beton Bertulang. Edisi ke Empat. Jilid 1. Maranatha, Universitas Kristen (2010). Jurnal Teknik Sipil. Volume 6 Nomor 1. Mulyono, Tri (2003). Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi. Murdock, J.L, Brook, M.K (1991). Bahan dan Praktek Beton, Edisi keempat, Terjemahan Ir. Stephanus Hendarko. Erlangga. Jakarta. Nawi, Edward. G (1998). Beton Bertulang. Jilid 1. Bandung : Refika Aditama. Nugraha, Paul, Antoni (2007). Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi. Nurliya, Madjid Akkas, M. Noris, S. Sariman, B. Yamin, Yulius S. ( 2002). Tugas Makalah Analisa Tegangan Eksperimental. Pasca Sarjana Unhas. Okumura, H. Ouchi, M (2003). Self Compacting Concrete. Journal of Advanced Concrete technology, Vol 1, No 1, 5-15. Paulay. T., Park. R. (1975), Reinforched Concrete Structures. A Wiley-Interscience Publication. USA. Supriadi. T, Ismail (2005). Studi Karakteristik Self Compacting Concrete Yang Menggunakan Semen Portland Komposit. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar. Universitas Hasanuddin. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 53