E-Journal Graduate Unpar Part C Civil Engineering

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI TEKUK TORSI LATERAL BALOK KASTELA BENTANG PANJANG DENGAN ANALISIS KERUNTUHAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Studi Experimental Pengaruh Pengaku Miring Pada Tekuk Torsi Lateral Balok I

PANJANG EFEKTIF UNTUK TEKUK TORSI LATERAL BALOK BAJA DENGAN PENAMPANG I (230S)

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

USU Medan. Abstract. Key word: Beam, Steel, Lateral torsional buckling, stiffener, ABAQUS. Abstrak

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

BAB I PENDAHULUAN. atas dan bawah dengan cara digeser sedikit kemudian dilas. Gagasan semacam ini pertama kali dikemukakan oleh H.E.

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

Jason Pratama Salim 1 dan Johannes Tarigan 2. ABSTRAK

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perbandingan Kekuatan Balok Kastela Dengan Bukaan Dan Tanpa Bukaan

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

ANALISIS TEKUK TORSI LATERAL INELASTIS BALOK I DENGAN PENGAKU SEJAJAR WEB

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

PENGEMBANGAN TABEL BAJA UNTUK PROFIL GANDA SEBAGAI ALAT BANTU DESAIN KOMPONEN STRUKTUR BAJA

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin-

SKRIPSI STUDI PENGARUH SEGMEN BALOK YANG BERSEBELAHAN TERHADAP MOMEN KRITIS BALOK BAJA

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

viii DAFTAR GAMBAR viii

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

ABSTRAK. Kata Kunci : LRFD, beban, lentur, alat bantu, visual basic.

ANALISIS ELASTOPLASTIS PORTAL GABEL BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN STRAIN HARDENING

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISA PERBANDINGAN BERBAGAI PENAMPANG DINDING GESER KOMPOSIT AKIBAT BEBAN LATERAL

Analisis Perkuatan Balok Baja dengan Memperhitungkan Efek Redistribusi Momen

Bab II STUDI PUSTAKA

BALOK PELAT BERDINDING PENUH (GIRDER PLATE BEAM)

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit Menggunakan Response 2000

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup :

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

DINDING GESER PELAT BAJA DENGAN STRIP MODEL YANG DIMODIFIKASI MENGACU PADA SNI , SNI dan AISC 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB II STUDI PUSTAKA

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

KAJIAN FAKTOR PANJANG EFEKTIF UNTUK KOLOM DENGAN SAMBUNGAN SEMIRIGID

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus - menerus

KAJIAN NUMERIK PERILAKU LINK PANJANG DENGAN PENGAKU DIAGONAL BADAN PADA SISTEM RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIS

KEKAKUAN KOLOM BAJA TERSUSUN EMPAT PROFIL SIKU DENGAN VARIASI PELAT KOPEL

MODUL STRUKTUR BAJA II 4 BATANG TEKAN METODE ASD

STUDI TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK I SIMETRI TUNGGAL NON PRISMATIS DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS KERUNTUHAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

KAJIAN PENGARUH PENGAKU VERTIKAL TERHADAP BEBAN KRITIS TEKUK LATERAL TORSI BALOK BAJA BERPROFIL I DISERTASI SRI TUDJONO NIM.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

PEMODELAN INELASTIS PADA ANALISIS PLAT WEB PENAMPANG I

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL. xii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN 1-1

ANALISA SISTEM PENGAKU (STIFFENER) PADA GELAGAR PELAT GIRDER PENAMPANG - I

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam dunia konstruksi, tugas dari seorang civil structure engineer adalah

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis pelat buhul pada struktur baja dengan rangka

Struktur Baja 2. Kolom

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN SNI 1729:2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

32 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

STUDI EKSPERIMEN PERILAKU STRUKTUR RANGKA BATANG COLD FORMED STEEL TERHADAP BEBAN TEKAN

Studi Analisis Tinggi Lubang Baja Kastilasi dengan Pengaku.Ni Kadek Astariani 25

BAB 5 ANALISIS. Laporan Tugas Akhir Semester II 2006/ UMUM

PENGARUH VARIASI PANJANG PELAT PENGAKU FLUSH END PLATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK KE BALOK

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

STUDI NUMERIK PENINGKATAN KINERJA STRUKTUR BAJA ECCENTRICALLY BRACED FRAME TYPE D DENGAN MODIFIKASI PENGAKU BADAN LINK GESER (033S)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

ANALISIS PENGARUH DIMENSI DAN JARAK PELAT KOPEL PADA KOLOM DENGAN PROFIL BAJA TERSUSUN

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

JURNAL TEKNIK SIPIL USU ANALISA PENAHAN TEKUK LATERAL PADA BALOK BAJA PRORIL I

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD

PERILAKU PLATE GIRDER BADAN BERGELOMBANG

PENGGUNAAN BRACED FRAMES ELEMENT SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK. Reky Stenly Windah ABSTRAK

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

Pengenalan SNI 1729:2015. Bambang Suryoatmono Pelatihan Kompetensi MSTB JTSL FT UGM Magelang 18 November 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

E-Journal Graduate Unpar Part C Civil Engineering Vol. 1, No. 1 (2014) ISSN: 2355-4282 ANALISIS METODE ELEMEN HINGGAPENGARUH PENGAKU MIRING TERHADAP PENINGKATAN MOMEN KRITIS TEKUK TORSI LATERAL Victor Hotman Lukman Sibuea victor_lukman@yahoo.com Magister Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Abstrak Pada struktur baja, tekuk torsi lateral adalah salah satu syarat yang menjadi limit state di dalam proses desain. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai momen kritis tekuk torsi lateral adalah dengan memberikan pengaku-pengaku atau disebut juga dengan stiffener. Penelitian ini akan membahas pengaruh pengaku miring pada peningkatan nilai momen kritis tekuk torsi lateral dengan menggunakan metode elemen hingga. Analisis metode elemen hingga ini menggunakan program SAP2000. Pemodelan pada elemen hingga direncanakan agar pemodelan yang telah dibuat dapat dilaksanakan pada percobaan eksperimental. Kemiringan stiffener yang digunakan adalah kemiringan 1 banding 1, 1 banding 2 dan 2 banding 1. Untuk panjang tak terkekang yang digunakan adalah 3800 mm dan 2800 mm. Karena pemodelan elemen hingga ini akan digunakan untuk percobaan eksperimental, maka ditambahkan suatu batang tarik pada tengah bentang balok untuk rangkaian pembebanan. Hasil analisis metode elemen hingga menunjukkan bahwa balok yang diberikan pengaku miring dengan kemiringan 1 banding 2 memberikan peningkatan momen kritis yang paling besar dibandingkan dengan kemiringan lainnya. Besarnya peningkatan momen kritis sebesar 31.78% pada L b = 3800 mm dan 41.62% pada L b = 2800 mm. Kata Kunci: tekuk torsi lateral, pengaku miring, metode elemen hingga. Abstract In steel structures, lateral torsional buckling is one of the requirements that become limit state in the design process. The stiffener will provide an increase in the critical moment. This study will examine the influence of diagonal stiffeners on increasing the value of lateral torsional buckling critical moment using the finite element method. Finite element method analysis using SAP2000. Model on finite element modeling will use on an experimental analysis. 17

As for the slope of the stiffener used is 1to 1, 1 to 2 and 2 to 1. The unbraced length used is 3800 mm and 2800 mm. Due to the finite element modeling will be used for experimental analysis, a pull rod added to the beam at the mid span. The results of the finite element method analysis indicates that given diagonal stiffener beams with slope 1 to 2 provides most increased critical moments than the other slope. On the results of the finite element method the crtical moment slope 1 to 2 increase 31.78% at L b = 3800 mm and 41.62% at L b = 2800 mm. Key Words: lateral tortional buckling, diagonal stiffener, finite element method. PENDAHULUAN Salah satu cara untuk meningkatkan momen kritis tekuk torsi lateral adalah dengan memperpendek L b. L b adalah panjang tidak terkekang. Yaitu panjang antara 2 titik pada balok yang tidak diberikan penahan lateral untuk mencegah lendutan arah lateral pada flens yang tertekan. Cara lainnya adalah dengan memberikan pengaku-pengaku atau disebut juga dengan stiffener. Stiffener secara umum diketahui dapat meningkatkan kekuatan tekuk lateral pada balok. Pada penelitian ini akan mempelajari perilaku balok yang akan diberi pengaku miring seperti ilustrasi gambar 1.1 Gambar 1. Ilustrasi Stiffener Penelitian ini akan membandingkan hasil perhitungan manual menggunakan rumus AISC 2010 dengan hasil dari analisis SAP2000. Pertama dibuat pemodelan balok pada analisis elemen hingga sesuai dengan kondisi AISC. Yaitu balok normal tanpa adanya perkuatan stiffener. Jika hasil pemodelan elemen hingga menunjukkan hasil yang sama dengan perhitungan manual maka pemodelan dilanjutkan dengan menambahkan batang tarik sebagai rangkaian pembebanan pada pengujian eksperimental. Pada kasus yang akan dibahas L p dan L r menggunakan persamaan AISC 2010 sebagai berikut: [AISC 2010] 18

Dimana r y = Jari-jari girasi sumbu lemah y = I y = Momen Inersia enampang terhadap sumbu y A = Luas penampang h 0 = jarak antara tengah-tengah sayap S x = Modulus penampang elastis terhadap sumbu kuat L p = Batas panjang tak terkekang untuk limit batas leleh L r = Batas panjang tak terkekang untuk limit batas inelastik Di dalam chapter F pada AISC 2010 diberikan rumus-rumus untuk menghitung momen kritis pada kondisi tertentu, yaitu: a. Dalam Kondisi Leleh Dimana: F y = Kuat tarik leleh material (MPa) Z x = modulus penampang plastis (mm 3 ) b. Tekuk Torsi Lateral dengan Pengaruh Panjang L b a. Kondisi dimana panjang L p < L b L r b. Kondisi dimana panjang L b > L r Dimana E = Modulus Elastisitas baja (200000 MPa) J = Torsional Constant (mm 4 ) S x = modulus penampang pada saat elastis (mm 3 ) h 0 = jarak antar titik tengah flens (mm) Studi Terdahulu tentang Pengaruh Stiffener Penelitian tentang pengaruh stiffener pada peningkatan momen kritis tekuk torsi lateral sudah pernah dilakukan sebelumnya baik secara analisis ataupun eksperimental. Pada penelitian secara analitis yang telah dilakukan oleh Takabatake (1998) penggunaan web stiffener ataupun 19

batten plate bisa meningkatkan tekuk torsi lateral pada balok. Perbedaan web stiffener dan batten plate dapat dilihat pada gambar 2. Pengaruh dari stiffener dan batten plate ini terlihat pada peningkatan kekakuan torsi dan kekakuan lentur. Penelitian secara numerik juga telah dilakukan oleh Takabatake dan hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan pada momen inersia tidak terlalu signifikan terlihat pada penggunaan web stiffener ataupun batten plate tetapi peningkatan yang signifikan terlihat pada torsional constant (J). Gambar 2 Perbedaan Web Stiffener dan Batten Plate [Takabatake 1991] Hasil yang diperoleh dari eksperimen yang telah dilakukan oleh Takabatake menunjukkan bahwa perpindahan lateral dari balok yang telah diperkuat dengan web stiffener ataupun batten plates menunjukkan perpindahan lateral yang lebih kecil dari balok yang tidak diberi perkuatan sama sekali. Balok yang diberi perkuatan web stiffener ataupun batten plates juga dapat mengurangi perpindahan vertikal. Hasil dari perpindahan vertikal dipengaruhi oleh momen inersia yang dihasilkan oleh web stiffener dan batten plates. Karena dipengaruhi oleh momen inersia maka batten plates menunjukkan hasil peningkatan yang lebih besar dibandingkan web stiffener. Web stiffener dan batten plates menunjukkan berkurangnya nilai perpindahan lateral setelah diberi perkuatan tersebut. Web stiffener dan batten plates mencegah atau menghambat terjadinya perpindahan lateral. Maka hasilnya tentu saja peningkatan untuk nilai momen kritis. Pemodelan Elemen Hingga Elemen cangkang adalah salah satu elemen yang ada dalam program SAP2000. Elemen ini digunakan untuk memodelkan struktur pelat pada sistem 2 dimensi maupun cangkang. Elemen ini adalah elemen dengan 3 atau 4 titik noda yang mengkombinasikan antara kekakuan membran dan kekakuan lentur pelat. Membran mempunyai 2 arah translasi, yaitu translasi dalam arah bidang. Pelat memiliki 1 arah translasi yaitu translasi pada arah tegak lurus bidang dan 3 rotasi dalam ketiga arah sumbu. Kemudian digabungkan sehingga mempunyai 6 derajat kebebasan. Thin-plate adalah elemen yang tidak memperhitungkan deformasi geser sedangkan thickplate memperhitungkan deformasi geser. Untuk analisis tekuk pada SAP2000 yang digunakan adalah analisis tekuk linear. Pada program SAP2000 kita dapat menentukan berapa banyak mode tekuk yang akan dihitung. Perhitungan tekuk di dalam program adalah perhitungan yang dilakukan dengan cara iterasi. Analisis tekuk linear mencari ketidakstabilan mode pada struktur akibat efek dari P-delta akibat pengaruh beban yang bekerja. Persamaan umum dari analisis tekuk adalah: Dimana K adalah matriks kekakuan, G(r) adalah kekakuan geometri (P-delta) akibat vektor beban r, λ adalah bilangan skalar yang disebut dengan eigenvalue atau nilai eigen, dan ψ adalah eigenvector yang merupakan bentuk ragam dari tekuk. 20

Setiap pasangan dari Eigenvalue dan Eigenvector disebut ragam tekuk dari struktur. Ragam tekuk ini diurutkan mulai dari nilai Eigen yang terkecil sampai dengan yang terbesar. Bila struktur mempunyai N derajat kebebasan, maka akan didapat N ragam tekuk. Namun beban kritis diambil dari ragam terkecil. Eigenvalue (λ) disebut juga dengan buckling factor. Eigenvalue adalah faktor skala yang akan mengalikan beban dalam r dan akan menyebabkan tekuk sesuai dengan mode yang diberikan. Untuk data ukuran profil yang digunakan untuk pemodelan elemen hingga adalah profil IWF 150x75x5x7 dengan ukuran-ukuran sebagai berikut. Tinggi profil = 150 mm, Lebar profil = 75 mm, Tebal web = 5 mm, Tebal Flens = 7 mm, Tebal Stiffener = 5 mm. Kemudian untuk panjang tak terkekang dan kemiringan stiffener dilakukan variasi sebagai berikut: 1.Panjang Tak Terkekang (L b ) Digunakan 2 macam panjang L b yaitu: a. L b = 3800 mm b. L b = 2800 mm 2.Panjang L s Digunakan 3 kemiringan stiffener yaitu: a. Kemiringan 1 banding 1 L s = 150 mm atau θ = 45 b. Kemiringan 1 banding 2 L s = 300 mm atau θ = 26.57 c. Kemiringan 2 banding 1 L s = 75 mm atau θ = 63.44 Gambar 3 Dimensi Profil yang digunakan dalam Pemodelan Elemen Hingga Untuk data-data material didapatkan dari pengolahan data setelah dilakukan pengujian eksperimental untuk coupon speciment. Data-data material yang digunakan adalah sebagai berikut: 1.Modulus Elastisitas (E) = 204224.3333 MPa 2.Tegangan Leleh (f y ) = 409.3333 MPa 3.Tegangan Putus (f u ) = 542.8165239 MPa Kemudian model balok dibuat pada program SAP2000 tanpa adanya perkuatan stiffener. Yang hasilnya akan dibandingkan dengan nilai momen kritis yang didapat dari hasil perhitungan dengan rumus AISC. Kemudian dengan pemodelan yang ada ditambahkan batang tarik sebagai rangkaian model pembebanan. Pada gambar 4 dan 5 memperlihatkan gambar skematik untuk pemodelan pada program SAP2000. 21

Gambar 4 Skematik Pemodelan Eksperimental L b = 3,8 meter Gambar 5 Skematik Pemodelan Eksperimental L b = 2,8 meter Untuk gambar pemodelan batang tarik dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini. Gambar 6 Gambar Pemodelan Batang Tarik Untuk jumlah benda uji yang dianalisis dengan metode elemen hingga jumlah keseluruhannya ada 8, yaitu: 1.L b = 3,8 meter a. Tanpa Stiffener atau θ = 0 b. Kemiringan Stiffener 1:1 atau θ = 45 c. Kemiringan Stiffener 1:2 atau θ = 26.57 d. Kemiringan Stiffener 2:1 atau θ = 63.44 2.L b = 2,8 meter a. Tanpa Stiffener atau θ = 0 b. Kemiringan Stiffener 1:1 atau θ = 45 c. Kemiringan Stiffener 1:2 atau θ = 26.57 d. Kemiringan Stiffener 2:1 atau θ = 63.44 22

Gambar 7 Kemiringan Stiffener 1 banding 1 atau θ = 45 ( L s = 150 mm ) Gambar 8 Kemiringan Stiffener 1 banding 2 atau θ = 26.57 ( L s = 300 mm ) Gambar 9 Kemiringan Stiffener 2 banding 1 atau θ = 63.44 ( L s = 75 mm ) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis dari pemodelan SAP adalah sebagai berikut: a. L b = 2800 mm, beban kritisnya adalah P cr = 33.8349 kn b.l b = 3800 mm, beban kritisnya adalah P cr = 17.3949 kn Untuk hasil perhitungan dengan rumus AISC digunakan persamaan 4, 5 atau 6 sesuai dengan kondisi balok. Dengan menggunakan f y = 409.3333 MPa, didapatkan L r sebesar 2.098 10 3. Dengan menggunakan persamaan AISC, untuk L b = 3800 mm didapatkan M n = 15.7781 knm. Maka beban kritisnya sebesar P cr = 16.6085 kn. Untuk L b = 2800 mm didapatkan M n = 22.8331 knm dan beban kritisnya sebesar P cr = 32.6188 kn. Selisih antara perhitungan manual AISC dan pemodelan dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:. Tabel 1 Selisih Beban Kritis Antara AISC dan SAP (%) L b AISC (kn) SAP (kn) %Selisih 2800 32.6188 33.8349 3.59 3800 16.6085 17.3949 4.52 Hasil dari selisih antara AISC dan SAP kurang dari 5%, maka pemodelan pada progran SAP sudah mendekati hasil dari perhitungan AISC. 23

Tabel 2 dan 3 memperlihatkan hasil peningkatan P kritis dari analisis pemodelan elemen hingga dengan menggunakan program SAP2000 dan memperlihatkan hasil peningkatan momen kritis setelah diberikan perkuatan berupa stiffener miring. Tabel 2 Hasil Analisis Momen Kritis Pemodelan Elemen Hingga dengan Batang Tarik (L b = 3,8 meter) Spesimen θ Hasil Analisis SAP %Peningkatan 1A 0 27.13241-1B 45 34.55542 27.36 1C 26.57 35.75521 31.78 1D 63.44 32.84981 21.07 Tabel 3 Hasil Analisis Momen Kritis Pemodelan Elemen Hingga dengan Batang Tarik (L b = 2,8 meter) Spesimen θ Hasil Analisis SAP %Peningkatan 2A 0 52.70173-2B 45 71.53922 35.74 2C 26.57 74.63615 41.62 2D 63.44 66.76629 26.69 Tabel 4 dan tabel 5 dibawah ini menunjukkan hasil perbandingan P kritis balok antara balok yang diberi rangkaian pembebanan batang tarik dan balok yang tidak diberikan batang tarik. Tabel 4 Perbedaan P kritis Pemodelan Elemen Hingga dengan Batang Tarik dan Tanpa Batang Tarik (L b = 3,8 meter) θ Tanpa Batang Tarik (kn) Dengan Batang Tarik (kn) % Beda 0 16.85157 27.13241 37.89 45 20.92572 34.55542 39.44 26.57 21.68704 35.75521 39.35 63.44 19.97813 32.84981 43.52 Tabel 5 Perbedaan P Kritis Pemodelan Elemen Hingga dengan Batang Tarik dan Tanpa Batang Tarik (L b = 2,8 meter) θ Tanpa Batang Tarik (kn) Dengan Batang Tarik (kn) % Beda 0 33.16299 52.70173 37.07 45 44.37967 71.53922 38.97 26.57 46.55547 74.63615 37.62 63.44 41.54597 66.76629 37.77 Berikut ini adalah grafik peningkatan momen kritis dari balok yang telah diberi perkuatan stiffener miring berdasarkan tabel 2 dan tabel 3. 24

Gambar 10 Grafik Peningkatan Momen Kritis L b = 3,8 meter Gambar 11 Grafik Peningkatan Momen Kritis L b = 2,8 meter 25

KESIMPULAN Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pemberian perkuatan dengan menggunakan diagonal stiffener pada balok baja dapat meningkatkan kekuatan momen kritis tekuk torsi lateralnya. Dari gambar grafik 10 dan 11 dapat dilihat bahwa peningkatan terbesar dari momen kritis ada pada kemiringan stiffener 1 banding 2 atau dengan θ = 26.57. Yaitu sebesar 31.78% pada L b = 3,8 meter dan 41.62% pada L b = 2,8 meter. Pada tabel 4 dan tabel 5 terlihat bahwa balok yang diberikan rangkaian pembebanan batang tarik memberikan nilai P kritis yang lebih besar. Hal ini dikarenakan beban tarik yang bekerja pada balok bekerja pada 2 arah. Yaitu arah vertikal dan horisontal. Terbaginya beban pada kedua arah ini dikarenakan adanya perpindahan lateral yang terjadi pada saat tekuk terjadi. DAFTAR PUSTAKA American Institute of Steel Construction, (2010). Specification for Structural Steel Buildings (ANSI/AISC 360-10), Chicago. Computers and Structures, Inc. (2010). CSI Analysis Reference Manual, Berkeley, California, USA. Salmon, C.G. and Johnson J.E. 1996. Steel Structures: Design and Behavior. Second Edition. Harper Collins Colledge Publisher, New York. Takabatake, H., Kusumoto, S., dan Inoue, T., (1990), Lateral Buckling of I Beams Stiffened with Stiffeners, American Society of Civil Engineers (ASCE), June 3203-3215 Tjahjanto, H.H, Wijaya, P.K, and Sibuea, V.H.L., (2013). Diagonal Stiffener Effect on Lateral- Tortional Buckling of Steel Beam: A Numerical Study, The 2 nd Indonesian Structural Engineering and Material Symposium, November T17-1 T17-7. 26