PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

BAB I PENDAHULUAN.


BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

1

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini terbukti dengan masih ditemukannya kasus gizi kurang dan gizi

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Lata

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

HUBUNGAN ANTARA ASI EKSKLUSIF DENGAN PERTUMBUHAN BAYI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Kedokteran

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama rohani dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. ASI memelihara pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, sistem kekebalan dan faal tubuh secara optimal. Menyusui menyebabkan pengeluaran hormon pertumbuhan, meningkatkan perkembangan mulut yang sehat dan membangun hubungan saling percaya antara ibu dan bayi (Depkes RI, 2002). Menurut WHO/UNICEF, cara pemberian makan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai 6 bulan bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Karena Asi merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Mentri Kesehatan nomor : 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada bayi di Indonesia.(Depkes RI, 2007). ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulanbulan pertama setelah kelahiran, ASI mengandung semua zat gizi untuk

2 membangun dan penyedian energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi saluran cerna dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal. (Pudjiadi,2005) ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Air putih juga tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI 2004), Air susu ibu merupakan makanan terbaik bagi bayi dan merupakan makanan alamiah yang didapat melalui proses alamiah menyusui. ASI mengandung seluruh kebutuhan dan semua zat gizi yang dibutuhkan pada awal kehidupan anak. Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan tiga sampai empat kali lebih besar terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI (Depkes RI,2005). Kajian WHO atas lebih dari 3000 peneliti menunjukkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bagi bayi untuk bertahan hidup selama 6 bulan pertama, mulai dari hormon, antibodi, faktor kekebalan sampai antioksidan. Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah kematian balita sebanyak 13%. Pemberian makanan pendamping ASI pada saat dan jumlah yang tepat dapat mencegah kematian balita sebanyak 6% sehinggga pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan dengan pemberian ASI bersama

3 makanan pendamping ASI yang tepat dapat mencegah kematian balita sebanyak 19% (Suradi, 2008). Jika sebagian besar bayi usia 0-6 bulan hanya diberikan ASI tanpa ada cairan lain atau makanan lainnya, maka diperkirakan paling sedikit 1,2 juta nyawa anak dapat diselamatkan setiap tahunnya. Jika bayi terus diberikan ASI sampai usia dua tahun atau lebih, kesehatan dan perkembangan jutaan anak akan meningkat secara bermakna. Anak yang tidak diberi ASI, memiliki resiko yang semakin meningkat untuk sakit, dan dapat menghambat pertumbuhan bahkan meningkatkan resiko mati atau cacat. Bayi yang disusui akan menerima perlindungan (kesehatan) terhadap berbagai penyakit (Depkes RI,2010). Selama dalam kandungan janin mendapat makanan langsung dari tubuh si ibu melalui plasenta. Perlindungan dalam rahim akan terputus apabila bayi telah lahir. Perlindungan itu dapat dilanjutkan dengan pemberian ASI atau segera disusukan. Bayi yang mendapat ASI sedini mungkin akan mengurangi gangguan pernafasan dan penyakit lain dan bisa menurunkan kematian, infeksi usus tertentu (Suharyono, 1992). Di Indonesia pemberian ASI eksklusif masih memprihatinkan. Fakta menunjukan bahwa 95% ibu di Indonesia menyusui bayinya (SDKI 2007). Namun ibu yang menyusui bayinya pada 1 jam pertama kelahiran hanya 41,8% bahkan dibeberapa daerah menunjukan angka yang jauh lebih rendah. Angka ini akan lebih rendah lagi bila digunakan kriteria ideal yakni membiarkan bayi mencari sendiri puting susu ibunya segera pada hari 1

4 kelahiran. Capaian ASI eksklusif yang pada SDKI 2002-2003 sebesar 39,5% dari keseluruhan bayi, pada SDKI 2007 menurun menjadi 32,8%. Bayi usia 6-9 bulan yang mendapat MP-ASI menurut SDKI 2007 adalah sebesar 75%. Data Susenas (2007-2008) cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia menunjukan penurunan dari 62,2 % (2007) menjadi 56,2% (2008).Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008). Pemberian ASI eksklusif ditannyakan pada Riskesdas 2010, tetapi tidak ditanyakan pada Riskesdas 2007. Bayi dibawah 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif jika saat pengumpulan data ibunya menyatakan bahwa bayinya masih mendapatkan ASI, belum pernah mendapatkan MPASI, dan dalam 24 jam yang lalu tidak mendapatkan makanan selain ASI. Pemberian ASI eksklusif secara keseluruhan pada umur 0-1 bulan 45,4%, 2-3 bulan 38,3%, dan 4-5 bulan 31,0%. ASI eksklusif lebih tinggi di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaaan. Di Indonesia walaupun anjuran pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan sudah merupakan program Nasional dengan SK MENKES 2004 tetapi berdasarkan data yang diperoleh dari system Surveilens Gizi Indonesia 2002 ternyata hanya 27-40% bayi berusia 4-5 bulan yang mendapatkan ASI dan hanya 1% yang diberi ASI sampai usia 6 bulan (Umniyati, 2005) Sebaliknya bayi yang mendapatkan susu formula menjadi 27,9% dari angka sebelumnya (SDKI 2002-2003) sebesar 16,7% praktek pemberian MPASI sangat dini masih terjadi. Dari data SDKI menunjukan 30% bayi usia

5 dibawah enam bulan selain ASI juga diberi makanan, 18% ASI dan susu formula, 9% ASI dan air putih serta 20% ASI dan juice (Kementriaan Kesehatan, 2010). Cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di kota Serang hanya menunjukan angka 30,5% dari 80% target yang harus dicapai. Dari 2876 bayi yang ada dikota Serang yang mendapat ASI eksklusif hanya 878 bayi. Sehinga tarjadilah kesenjangan dalam pemberian ASI eksklusif sebesar 49,5% (laporan tahunan DKK Serang 2012) Puskesmas Walantaka melayani 9 desa dengan jumlah penduduk 44.483 orang. Berdasarkan data profil Puskesmas Walantaka tahun 2012 menunjukan bahwa dari 492 bayi sasaran yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 49 bayi atau pencapaian programnya hanya 10,0% dibandingkan targetnya yaitu 80%. Menurut teori Skinner (1938) seperti yang di kutip oleh Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Menurut Green (1980), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Perilaku kesehatan ditentukan oleh tiga faktor yaitu Predosposing factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan karakteristik demografi), Enabling factors (ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan pelayanan kesehatan, keterampilan petugas kesehatan, komitmen masyarakat/pemerintah), dan Reinforcing factors (teman sebaya,guru guru, petugas kesehatan, dll)

6 Tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang pemberian PASI mengakibatkan bayi diberikan susu formula bayi dan makanan tambahan seperti pisang. Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayinya dikarenakan kurangnya informsi dan pengetahuan yang dimiliki oleh ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Selain itu, kebiasaan ibu yang bekerja terutama yang tinggal diperkotaaan juga turut mendukung rendahnya tingkat ibu menyusui. Demikian juga halnya dengan kekhawatiran ibu yang mengganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan makanan bayi. Anggapan ini masih sering menjadi kendala bagi ibu yang akhirnya mencari alternatif lain dengan memberi susu pendamping manakala bayi lapar (prasetyono, 2005). Kurangnya pengertian dan keterampilan ibu menyusui tentang keunggulan ASI serta manfaat ASI menyebabkan mereka mudah terpengaruhi oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai pengganti air susu ibu sehinggga dewasa ini semakin banyak ibu menyusui memberikan susu formula yang sebenarnya merugikan mereka (Depkes, 2005). ASI tidak cukup merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa asinya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi asinya. Selebihnya ibu dapat menghasilkan ASI cukup untuk bayinya (Roesli, 2000).

7 Air susu ibu diciptakan oleh Tuhan dengan sedemikian rupa, kenyataan menunjukan bahwa sebelum terbentuk ASI yang sebenarnya payudara membentuk kolostrum yang berupa cairan kekuningan yang dikeluarkan payudara selama hari-hari ke 2-4 sesudah persalinan. kolostrum mengandung protein jauh lebih banyak dan mengandung lemak dan karbohidrat lebih sedikit dibandingkan ASI. Memberikan ASI eksklusif dan MPASI merupakan kewajiban bagi ibu dengan dukungan keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan. Umumnya ibu memahami bahwa perempuan akan menyusui bayinya tetapi praktek tentang ASI eksklusif masih belum memadai. Pemahaman yang rendah mengakibatkan munculnya pendapat bahwa asinya tidak cukup, menyusui mengurangi keindahan tubuh dan lain-lain yang mendorong untuk tidak memberikan ASI eksklusif.dalam hal ini yang saangat penting adalah dukungan kepada ibu-ibu tersebut. namun belum semua keluarga,petugas kesehatan memberi dukungan memahami dengan benar tentang pemberian ASI dan MPASI yang tepat (kementrian kesehatan,2010). B. Identifikasi Masalah Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu bayi, sikap, dan karakteristik ibu bayi. Sedangkan variabel dependennya adalah perilaku pemberian ASI Eksklusif.

8 C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini karena keterbatasan,waktu, biaya, peralatan dan tenaga maka peneliti membatasi masalah pada variabel yang diteliti, yaitu hanya faktor pengetahuan, sikap dan karakteristik yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, perumusan masalah penelitian ini dapat diajukan dalam pertanyaan mengenai Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap, dan karakteristik ibu tentang ASI Eksklusif dengan prilaku pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Walantaka Kota Serang Banten. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, karakteristik ibu dan sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif diwilayah kerja puskesmas Walantaka tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik ibu ( Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan ) di wilayah kerja puskesmas Walantaka. b. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang Asi eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Walantaka.

9 c. Mengidentifikasi gambaran sikap ibu tentang pemberian Asi eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Walantaka. d. Mengidentifikasi gambaran prilaku ibu tentang pemberian Asi eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Walantaka. e. Menganalisa hubungan karakteristik ibu ( umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan ) dengan prilaku pemberian Asi eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Walantaka. f. Menganalisa hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian Asi eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Walantaka. g. Menganalisa hubungan sikap ibu dengan perilaku pemberian Asi eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Walantaka. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Kesehatan Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan perencanaan maupun implementasi program kesehatan ibu dan anak. 2. Bagi Masyarakat Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang ASI Eksklusif terutama bagi para ibu mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayinya dengan cara penyuluhan kepada ibu.

10 3. Bagi Peneliti Dapat mengembangkan wawasan penelitian dan pengalaman berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian. 4. Bagi Fakultas Ilmu ilmu Kesehatan Menambah bahan referensi atau bacaan untuk mengembangkan studi atau penelitian lebih lanjut. Dan menambah kepustakaan Universitas Esa Unggul.