BAB 5 PEMETAAN ASPEK NON TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2012 Seri : E

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB 5 KONDISI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DKI JAKARTA TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 3 SERI E

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

RETRIBUSI PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

'., 1 "i~' ,} '/' ~%~.' ~.-,...~~.~.'*''? ._~l. «:,J:;;:f?Ij~ .-, /J><:,.::' 'h'l.,:,.(/' vr:~ -..-:>~ "'~J",. 8J~PJ>~Pl5~ ~ d"kkh~

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN BERAU

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 09 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BEKASI KEPUTUSAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Transkripsi:

BAB 5 PEMETAAN ASPEK NON TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA BOGOR 5.1 PARTISIPASI MASYARAKAT Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai partisipasi masyarakat dengan penyebaran kuesioner kepada para responden sejumlah 43 orang untuk wilayah permukiman (pendapatan rendah, sedang, dan tinggi) dan 11 jenis sumber sampah untuk wilayah non permukiman di Kota Bogor selama 8 hari, diperoleh hasil sebagai berikut: 5.1.1 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan proporsi diatas, terlihat bahwa mayoritas jenis pekerjaan para responden adalah karyawan swasta sebanyak 40% dan buruh sebanyak 33%. Gambar 5.1 Prosentase Profesi Masyarakat di Wilayah Pemukiman Adapun status kepemilikan tempat tinggal para responden yakni seperti yang terlihat pada gambar berikut. V-1

Gambar 5.2 Status Kepemilikan Tempat Tinggal Pada gambar di atas, sebanyak 74% responden bermukim di tempat tinggal milik sendiri, sementara sisanya menjawab bahwa tempat tinggal mereka adalah tempat tinggal sewaan. Gambar 5.3 Pengeluaran per Bulan Hasil survey mengenai pengeluaran bulanan responden, sebanyak 40% responden memberikan informasi besar pengeluaran dibawah Rp 1.000.000,00 per bulan. Terhadap kuesioner yang diberikan, tidak satupun responden dengan pengeluaran melebihi Rp. 1.500.000 per bulan. 5.1.2 Pengetahuan Tentang Persampahan Para responden diberikan pertanyaan mengenai pengetahuan mereka dalam hal pemilahan sampah, pengetahuan terhadap 3R, hingga kesediaan dan persepsi V-2

mereka terhadap kegiatan bank sampah. Adapun pada aspek ini, hasil survey juga mencakup informasi yang dikumpulkan dari para responden di wilayah non permukiman. Gambar 5.4 Kesediaan Memilah Sampah Sebanyak 58% responden menyatakan tidak bersedia untuk melakukan pemilahan sampah, walaupun sebanyak 66% responden di wilayah permukiman mengaku mengetahui atau pernah mendengar berita mengenai program 3R dan sebanyak 87% responden di wilayah non permukiman mengetahui kegiatan 3R. Gambar 5.5 Informasi tentang Program 3R di Wilayah Pemukiman V-3

Gambar 5.6 Informasi tentang 3R di WIlayah Non Pemukiman Beberapa sumber informasi utama akan program 3R yang didapatkan oleh para responden disajikan pada kedua gambar di bawah ini. Gambar 5.7 Sumber Informasi Program 3R di Wilayah Pemukiman Sumber informasi mengenai program 3R di wilayah permukiman terutama diperoleh dari media elektronik, yakni televisi, sumber lain, dan surat kabar. Sementara itu, pada wilayah non permukiman, sumber informasi mengenai kegiatan 3R juga diperoleh dari televisi. Namun, sumber informasi lain berikutnya adalah pemerintah dan surat kabar. V-4

Gambar 5.8 Sumber Informasi Kegiatan 3R di Wilayah Non Pemukiman Pertanyaan yang diajukan kepada para responden mengenai kemungkinan kegiatan 3R pada wilayah masing-masing, mendapatkan respon seperti yang disajikan pada gambar 9 dan gambar 10 berikut. Gambar 5.9 Kegiatan 3R di Wiilayah Pemukiman Sebanyak 98% responden memberikan jawaban bahwa kegiatan 3R belum dilakukan di lingkungan sekitar. Adapun jawaban para responden di wilayah non permukiman sebesar 100% menjawab belum terdapat kegiatan 3R di lingkungan sekitar. V-5

Gambar 5.10 Kegiatan 3R di Wilayah Non Pemukiman Responden dari wilayah permukiman dan non permukiman juga memberikan jawabannya terkait informasi yang mereka ketahui mengenai bank sampah. Gambar 5.11 Pengetahuan tentang Bank Sampah di Wilayah Pemukiman Sebanyak 81% atau mayoritas responden di wilayah permukiman menjawab bahwa mereka telah mendengar mengenai bank sampah. Adapun di wilayah non permukiman jumlah responden yang telah mengetahui informasi tentang bank sampah yakni sebanyak 47%. V-6

Gambar 5.12 Pengetahuan tentang Bank Sampah di Wilayah Non Pemukiman Informasi mengenai Bank Sampah di wilayah non permukiman banyak didapatkan dari dari televisi. Sementara itu, responden di wilayah permukiman mendapatkan informasi tersebut dari terutama dari sumber lain. Gambar 5.13 Sumber Informasi Kegiatan Bank Sampah di WIlayah Pemukiman Dari gambar di atas kita dapat melihat, bahwa sumber lain, yakni sebesar 61%, merupakan sumber utama para responden di wilayah permukiman dalam mendapatkan informasi mengenai bank sampah. Adapun para responden di wilayah non permukiman, sebanyak 87% atau mayoritas responden menjawab bahwa televisi merupakan media dimana mereka mendapatkan informasi mengenai bank sampah. V-7

Gambar 5.14 Sumber Informasi Kegiatan Bank Sampah di WIlayah Non Pemukiman Survey juga mengumpulkan informasi mengenai kesediaan para responden di kedua wilayah dalam mengikuti kegiatan bank sampah. Gambar 5.15 Ketersediaan Responden di Wilayah Pemukiman dalam Mengikuti Kegiatan Bank Sampah Berdasarkan gambar diatas, persentase responden di wilayah permukiman untuk mengikuti kegiatan bank sampah cukup tinggi, yaitu sebesar 72%. Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh para responden di wilayah non permukiman, yakni hanya sebanyak 25% dari responden yang bersedia menginisiasi kegiatan bank sampah. V-8

Gambar 5.16 Ketersediaan Responden Wilayah Non Pemukiman dalam Kegiatan Bank Sampah 5.1.3 Pengelolaan Sampah Kuesioner yang dibagikan kepada para responden, baik wilayah pemukiman maupun non pemukiman, mengajukan pertanyaan tentang sistem pengelolaan sampah diwilayahnya. Pertanyan yang diajukan yakni mengenai frekuensi pengangkutan sampah, tipe kendaraan pengangkut, besarnya biaya retribusi, mekanisme pembayaran retribusi, hingga kepuasan responden terhadap pelayanan pengelolaan sampah saat ini. Berdasarkan jawaban para responden wilayah pemukiman, frekuensi pengambilan sampah dilakukan sehari sekali dengan menggunakan alat pengangkut sampah yang berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.17, bahwa sebanyak 100% responden wilayah pemukiman menjawab frekuensi pengambilan sampah pada tempat tinggalnya dilakukan sehari sekali. Gambar 5.17 Frekuensi Pengambilan Sampah di Wilayah Pemukiman V-9

Gambar 5.18 Kendaraan Pengangkut Sampah di WIlayah Pemukiman Sementara itu, tipe kendaraan pengangkut sampah pada wilayah pemukiman bervariasi, dengan mayoritas kendaraan pengangkut berupa Gerobak, yakni sebanyak 74%. Sebanyak 19% sampah responden tersebut diangkut oleh truk dan sebanyak 7% oleh gerobak motor. Berdasarkan kisaran biaya retribusi pada kuesioner yang dibagikan, sebanyak 100% responden dari wilayah pemukiman membayar biaya restribusi diatas kisaran yang diberikan, yakni diatas Rp 7.500,00. Gambar 5.19 Biaya Retribusi di Wilayah Pemukiman V-10

Gambar 5.20 Biaya Retribusi di Wilayah Non Pemukiman Pada Gambar diatas, terlihat bahwa sebanyak 94% responden wilayah non pemukiman tidak mengetahui biaya retribusi sampah. Hanya sekitar 6% yang mengetahui biaya retribusi sampah yang mereka bayarkan, yakni diatas Rp 5.000,00. Pada wilayah pemukiman, seluruh jawaban responden mengenai mekanisme pembayaran retribusi yakni dibayarkan melalui pengurus RT/RW. Seperti yang terlihat pada Gambar berikut. Gambar 5.21 Mekanisme Pembayaran Retribusi di WIlayah Pemukiman Sedangkan pada responden wilayah non pemukiman, sebanyak 69% membayarkan retribusi sampah langsung kepada petugas pengangkut sampah. Sebanyak 31% membayar retribusi sampah melalui cara lainnya. V-11

Gambar 5.22 Mekanisme Pembayaran Retribusi Sampah di WIlayah Non Pemukiman Seperti yang terlihat pada Gambar diatas, sebanyak 61% dari responden wilayah pemukiman tidak puas dengan pelayanan pengelolaan sampah saat ini. Sementara itu, seluruh responden di wilayah non pemukiman menjawab tidak puas dengan pelayanan pengelolaan sampah yang dilakukan saat ini. Gambar 5.23 Kepuasan terhadap Pelayanan Pengelolaan Sampah di Wilayah Pemukiman V-12

Gambar 5.24 Kepuasan terhadap Pelayanan Pengelolaan Sampah di WIlayah Non Pemukiman Adapun jarak TPS dari sumber sampah pada wilayah non pemukiman seperti yang terdapat pada Gambar berikut. Gambar 5.25 Jarak TPS ke Sumber di Wilayah Non Pemukiman Sebanyak 50% responden wilayah non pemukiman memiliki TPS yang berjarak lebih dari 5 meter dari sumbernya. Namun, sebanyak 38% responden tersebut tidak mengetahui jarak TPS tersebut dari sumber sampahnya. 5.2 ASPEK KELEMBAGAAN 5.2.1 Instansi Terkait Kebersihan dan Persampahan Pengelolaan persampahan di Kota Bogor dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Kewajiban dinas tersebut di bidang persampahan meliputi pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan di sumber timbulnya sampah, pemindahan ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), hingga pengelolaan di V-13

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yaitu di TPA Galuga, Desa Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pada pelaksanaan pengelolaan sampah di Kota Bogor, Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga melibatkan beberapa instansi serta pihak terkait dalam mengoptimalisasikan pelaksanaannya. Beberapa instansi tersebut yakni PD Pasar Pakuan Jaya, BPLHD, Kecamatan, dan Kelurahan Kota Bogor. 5.2.2 Tugas Pokok, Fungsi Dan Struktur Organisasi Masing-Masing Instansi Adapun tugas pokok, fungsi, dan struktur organisasi instansi yang terkait dalam pengelolaan sampah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah, yakni: 1) Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan di bidang kebersihan dan pertamanan. Selain itu, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan pertamanan; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kebersihan dan pertamanan; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebersihan dan pertamanan; d. Pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan fungsinya. Struktur organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor terdapat pada Gambar 4.26 berikut. V-14

Gambar 5.26 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Selain itu, UPTD Pengolahan Sampah pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 4.27 berikut. V-15

Gambar 5.27 Struktur Organisasi UPTD Pengolahan Sampah 2) PD Pasar Peraturan Walikota Bogor No. 27 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor menegaskan bahwa PD Pasar Pakuan Jaya merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pengelolaan dan penyewaan sarana dan prasarana pasar seperti tempat berdagang, perparkiran, tempat bongkar muat, pengelolaan kebersihan, Mandi Cuci Kakus (MCK), serta usaha lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pasar. Dimana, dalam menjalankan usahanya, PD Pasar Pakuan Jaya memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a Perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan pengawasan sarana dan prasarana PD Pasar Pakuan Jaya; b Penataan dan pengelolaan PD Pasar Pakuan Jaya beserta fasilitasnya; c Pembinaan pelaku usaha di PD Pasar Pakuan Jaya; d Penciptaan kelancaran distribusi barang dan jasa; e Memberikan pelayanan jasa pelayanan pasar kepada masyarakat; f Menjadikan PD Pasar Pakuan Jaya mampu mengembangkan diri sesuai tugas, sehingga menambah pendapatan daerah secara langsung dan atau tidak langsung; g Membuat laporan penyelenggaraan tugas secara transparan, akuntabel dan bertanggung jawab sesuai dengan prinsip tata kelola yang baik; h Menyampaikan laporan penyelenggaraan dan kinerja kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; i Mempublikasikan laporan neraca dan daftar rugi laba yang telah diaudit V-16

sebagai bentuk transparansi kepada publik. Pada Peraturan Walikota tersebut juga ditegaskan bahwa PD Pasar Pakuan Jaya mengemban fungsi sosial sebagai pendorong dan penciptaan stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok. Sedangkan struktur organisasi PD Pasar Pakuan Jaya yakni terdiri dari: A. Direktur Utama yang membawahkan: 1. Direktur Umum yang membawahkan: a. Bagian Administrasi yang membawahkan: 1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 2) Sub Bagian Hubungan Hukum dan Kehumasan b. Bagian Keuangan yang membawahkan: 1) Sub Bagian Anggaran dan Retribusi 2) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan 2. Direktur Operasional yang membawahkan: a. Bagian Usaha Jasa yang membawahkan: 1) Sub Bagian Pemasaran dan Pengembangan Usaha 2) Sub Bagian Pemberdayaan Pedagang b. Bagian Teknik dan Penertiban yang membawahkan: 1) Sub Bagian Pembangunan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi 2) Sub Bagian Penertiban, Keamanan, dan Kebersihan 3. Kepala Pasar B. Satuan Pengawasan Intern (SPI) 3) BPLHD Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan di bidang lingkungan hidup.dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan lingkungan hidup; 2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup; 3) Pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup; 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Struktur organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup seperti yang terdapat pada Gambar 4.28 berikut. V-17

Gambar 5.28 Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup 4) Kecamatan Kecamatan mempunyai tugas pokok yakni melaksanakan sebagian urusan di bidang pemerintahan.dimana, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kecamatan mempunyai fungsi sebagai berikut: a Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat; b Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; c Pengkoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan; d Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; e Pengkoordinasian penyelenggaraan pemerintahan di tingkat kecamatan; f Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan; g Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya; h Pelaksanaan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota; V-18

i Penyelenggaraan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota. Gambar 4.29 berikut memperlihatkan struktur organisasi Kecamatan di Kota Bogor. Gambar 5.29 Struktur Organisasi Kecamatan 5) Kelurahan Pada Peraturan Daerah Kota Bogor No. 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah hanya terlampir struktur organisasi kelurahan, seperti yang terdapat pada Gambar 4.30 berikut. V-19

Gambar 5.30 Struktur Organisasi Kelurahan 5.2.3 Rencana Pengelolaan Sampah Regional Berdasarkan Laporan Konsep Rencana Pengelolaan Persampahan Kota Bogor Tahun 2005 2010 oleh JWMC (2006), telah direncanakan suatu korporasi Pengelolaan Persampahan yang dimiliki dan melayani Pemerintah Kota dan Kabupaten di wilayah Jabodetabek. Dari total wilayah 8 Pemerintah Propinsi, Kota dan Kabupaten yang ada, direncanakan dibagi menjadi 3 zona yaitu Barat, Timur dan Selatan. Zona Barat melayani Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan DKI. Kemudian Zona Timur melayani Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan DKI; serta Zona Selatan meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok dan DKI. Rencana pengelolaan sampah regional tersebut yang akan segera direalisasikan adalah Zona Selatan, dengan TPST Regional Nambo sebagai bisnis unit yang pertama. Untuk itu TPST Nambo perlu diintegrasikan ke dalam korporasidan dikembangkan sesuai standar korporasi.namun dalam praktiknya TPST Regional Nambo tersebut masih penuh dengan ketidakpastian dan juga untuk mengantisipasi keterbatasan TPA Galuga, maka TPPAS Kayumanis merupakan rencana yang perlu diwujudkan segera sebagai alternatif lokasi pembuangan akhir Kota Bogor. V-20

5.3 ASPEK PENDANAAN 5.3.1 Jenis Anggaran Belanja Pemerintah Daerah beserta Rekapitulasinya Selama periode Tahun Anggaran 2009-2013, dari akumulasi target Belanja Daerah sebesar Rp. 6.061.965.593.634,89 terealisasi sebesarrp. 4.518.826.860.136,00 atau 74,54 persen. Secara lebih terinci, realisasi Belanja Daerah pada Tahun Anggaran 2009-2013 tersebut disajikan pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 5.1 Target dan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009-2013 Tahun Anggaran Target Setelah Perubahan APBD Realisasi % Bertambah/ Berkurang 2009 882.204.026.594,00 776.876.996.002,00 88,06 (105.327.030.592,00) 2010 1.052.577.506.897,89 956.682.804.942,00 90,89 (95.894.701.955,89) 2011 1.183.796.860.955,00 1.074.576.515.295,00 90,77 (109.220.345.660,00) 2012 1.401.329.094.935,00 1.256.205.808.990,00 89,64 (145.123.285.945,00) 2013*) 1.542.058.104.253,00 454.484.734.907,00 29,47 (1.087.573.369.346,00) Jumlah 6.061.965.593.634,89 4.518.826.860.136,00 74,54 (1.543.138.733.498,89) Sumber : Perda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2009 s.d. 2012 *) Perda Sebelum Perubahan APBD TA. 2013 dan Laporan Realisasi s.d Semester Pertama APBD TA. 2013 Belanja daerah terbagi ke dalam dua kelompok yaitu: a. Belanja Tidak Langsung Belanja Tidak Langsung terdiri atas: (a)belanja Pegawai, (b) Belanja Bunga, (c) Belanja Subsidi, (d) Belanja Hibah, (e) Belanja Bantuan Sosial, (f) Belanja Bagi Hasil kepada ke Kelurahan, (g)belanja Bantuan Keuangan kepada Parpol (h) Belanja Tidak Terduga.Selama periode Tahun Anggaran 2009-2013 terealisasi Rp.2.667.750.715.870,00atau 80,72 persen dari target sebesar Rp.3.304.878.820.753,89 disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 5.2 Target dan realisasi Belanja Tidak Langsung Tahun Anggaran 2009-2013 Tahun Anggaran Target Setelah Perubahan APBD Realisasi % Bertambah/ Berkurang 2009 511.934.687.330,00 451.163.091.029,00 88,13 (60.771.596.301,00) 2010 609.312.128.161,89 586.674.384.457,00 96,28 (22.637.743.704,89) 2011 679.221.676.169,00 651.341.702.518,00 95,90 (27.879.973.651,00) 2012 703.569.406.342,00 673.880.506.052,00 95,78 (29.688.900.290,00) 2013*) 800.840.922.751,00 304.691.031.814,00 38,05 (496.149.890.937,00) Jumlah 3.304.878.820.753,89 2.667.750.715.870,00 80,72 (637.128.104.883,89) Sumber : Perda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2009 s.d. 2013 V-21

*) Perda Sebelum Perubahan APBD TA. 2013 dan Laporan Realisasi s.d Semester Pertama APBD TA. 2013 b. Belanja Langsung (BL) Belanja Langsung terdiri atas: (a)belanja Pegawai, (b) Belanja Barang dan Jasa, serta (c) Belanja Modal. Belanja Langsung selama periode Tahun Anggaran 2009-2013 secara akumulasi realisasinya sebesar Rp. 1.851.076.144.266,00 dari target sebesar Rp. 2.757.086.772.881,00 atau 67,14 persen, disajikan pada Tabel4.3. Tabel 5.3 Target dan Realisasi Belanja Langsung Tahun Anggaran 2009-2013 Tahun Anggaran Target Setelah Perubahan APBD Realisasi % Bertambah/ Berkurang 2009 370.269.339.264,00 325.713.904.973,00 87,97 (44.555.434.291,00) 2010 443.265.378.736,00 370.008.420.485,00 83,47 (73.256.958.251,00) 2011 504.575.184.786,00 423.234.812.777,00 83,88 (81.340.372.009,00) 2012 697.759.688.593,00 582.325.302.938,00 83,46 (115.434.385.655,00) 2013*) 741.217.181.502,00 149.793.703.093,00 20,21 (591.423.478.409,00) Jumlah 2.757.086.772.881,00 1.851.076.144.266,00 67,14 (906.010.628.615,00) Sumber : Perda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2009 s.d. 2012 *) Perda Sebelum Perubahan APBD TA. 2013 dan Laporan Realisasi s.d Semester Pertama APBD TA. 2013 5.3.2 Indikator Kinerja Program Kebersihan Salah satu program prioritas Kota Bogor periode 2010 2014 adalah Kebersihan, dengan misi Kota Bogor yang mengamanatkan agar Pemerintah Kota Bogor mampu mewujudkan kota yang bersih dengan sarana prasarana transportasi yang berkualitas. Bersih yang dimaksud dalam misi tersebut adalah bebas sampah, kotoran dan gangguan pandangan. Artinya dalam masa periode 2010-2014 Kota Bogor harus menjadi kota yang bersih dari sampah, memiliki ruang terbuka hijau yang tertata serta penataan ruang yang berwawasan lingkungan. Lingkungan bersih dan berkelanjutan akan dapat dicapai melalui pelayanan persampahan dan pengelolaan TPA, sosialisasi penanganan persampahan berbasis masyarakat, peningkatan upaya konservasi sumber daya alam serta peningkatan fungsi ruang terbuka hijau. Adapun prioritas penanganan kebersihan ditekankan pada peningkatan kapasitas pelayanan persampahan,pengoptimalan TPA Galuga dan persiapan V-22

dukungan pada TPST Nambo serta peningkatan sistem pengelolaan sampah disumber dengan konsep 3R. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor Tahun 2010 2014,indikator kinerja penanganan masalah kebersihan secara keseluruhan adalah rasio jumlah sampah terlayani terhadap jumlah timbulan sampahyang laksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. Tabel 4.4 berikut adalah realisasi pencapaian target RPJMD. Tabel 5.4 Realisasi Pencapaian Target RPJMD TAHUN TARGET (%) REALISASI (%) 2009 70 69,83 2010 70 70 2011 70,1 70,14 2012 70,2 70,21 2013 (Semester 1) 70,3 70,32 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2013 Sedangkan rekapitulasi indikator kinerja keluaran/hasil tiap kegiatan selama beberapa tahun terakhir, dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut. V-23

Tabel 5.5 Rekapitulasi Indikator Kinerja Keluaran/Output tiap Kegiatan V-24

5.3.3 Perbandingan Anggaran Kebersihan Terhadap Total APBD Anggaran Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor terdiri dari beberapa bagian yakni sekretariat, kebersihan, UPTD Pengolahan Sampah, taman, IPAL, PJU, dan makam. Sedangkan anggaran yang berkaitan langsung dengan persampahan adalah kebersihan dan UPTD Pengolahan Sampah. Pada Tabel 4.6 dapat dilihat jumlah anggaran terkait persampahan (bagian yang berwarna hijau) serta realisasinya. Tabel 5.6 Rekapitulasi Realisasi Kegiatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan hingga September 2013 NO. URUT NAMA KEGIATAN JUMLAH ANGGARAN REALISASI PERSEN (%) 1 Pengelolaan Rumah Tangga SKPD 5,664,299,000 0.00% 2 Pengadaan Inventaris Kantor 250,000,000 0.00% 3 Pemeliharaan Rutin/Berkala Inventaris Kantor 121,057,300 0.00% 4 Penyusunan Perencanaan dan Pelaporan SKPD 35,000,000 20,901,132 59.72% 5 Evaluasi Permohonan Hibah dan Bantuan Sosial 10,000,000 9,919,500 99.20% 6 Pelayanan Persampahan 13,500,000,000 8,776,563,940 65.01% 7 Penyediaan, Peremajaan dan Pemeliharaan Sarana Pengangkut Sampah 5,000,000,000 1,975,028,950 39.50% 8 Pemeliharan dan Perbaikan Landasan Container 400,000,000 0.00% 9 Pengelolaan Sampah dengan program 3R dan Revitalisasi Sarana Prasarana 3R 1,300,000,000 0.00% 10 Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan persampahan 500,000,000 0.00% 11 Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pola padat karya 4,400,000,000 0.00% 12 Penunjang kegiatan retribusi kebersihan 350,000,000 0.00% 13 Operasional TPA Galuga 4,553,708,000 2,987,562,545 65.61% 14 Perbaikan sarana TPA Galuga 1,005,000,000 448,660,453 44.64% 15 DED TPPAS Kayumanis 500,000,000 0.00% 16 Composting TPA Galuga 80,000,000 64,652,500 80.82% 17 Pengelolaan Sampah di TPA 1,500,000,000 991,848,058 66.12% 18 Pengadaan Alat Berat dan Kendaraan Operasional 4,000,000,000 3,649,228,600 91.23% 19 Perencanaan Ruang Terbuka Hijau 100,000,000 0.00% 20 FS Lokasi Ruang Terbuka Hijau 50,000,000 0.00% 21 Penyediaan dan Pemutakhiran Data Pertamanan 50,000,000 0.00% 22 Pembangunan Ruang Terbuka Hijau 3,500,000,000 0.00% 23 Revitalisasi Ruang Terbuka Hijau 1,100,000,000 0.00% 24 Pemeliharan Rutin Ruang Terbuka Hijau 3,000,000,000 0.00% 25 Pengadaan Tanah Ruang Terbuka Hijau (Landbanking) 4,500,000,000 0.00% 26 Pengujian Pohon Peneduh Rawan Tumbang 100,000,000 0.00% V-25

NO. URUT NAMA KEGIATAN JUMLAH ANGGARAN REALISASI PERSEN (%) 27 Pengadaan Sarana Pendukung Pemeliharaan Taman 1,500,000,000 0.00% 28 Peningkatan Pelayanan Air Limbah Terpusat 925,000,000 0.00% 29 Pemenuhan Target SR IPAL Tegalgundil 375,000,000 0.00% 30 Pembayaran Rekening PJU 9,000,000,000 7,096,284,404 78.85% 31 Pemeliharaan Panel PJU, Lampu PJU, dan Lampu Hightmas 3,000,000,000 2,206,484,050 73.55% 32 Pemeliharaan Lampu Taman dan Lampu Hias 200,000,000 195,645,250 97.82% 33 Peningkatan Kinerja Pelayanan PJU 500,000,000 442,719,700 88.54% 34 Pemasangan Lampu Highmast 250,000,000 4,878,500 1.95% 35 Pemasangan Lampu PJU di Lingkungan Permukiman 960,000,000 355,527,722 37.03% 36 Pemasangan KWH Meter 500,000,000 128,823,800 25.76% 37 DED Lampu Taman 100,000,000 95,871,000 95.87% 38 Pelayanan TPU 250,000,000 0.00% 39 Penataan TPU 750,000,000 0.00% 40 Sistem Informasi Pelayanan Pemakaman 200,000,000 0.00% Jumlah 74,079,064,300 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2014) 29,450,600,10 4 39.76% Pada Tabel 4.7 berikut merupakan anggaran yang dialokasikan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota bogor Bidang Kebersihan terkait persampahan, yakni meliputi Bidang Kebersihan dan UPTD Pengolahan Sampah. Tabel 5.7 Alokasi Anggaran Dinas Kebersihan dan Pertamanan pada Bidang Kebersihan Tahun Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan 2009 Rp 23,814,070,000.00 2010 Rp 64,442,040,000.00 2011 Rp 50,749,023,250.00 2012 Rp 36,332,379,550.00 2013 Rp 37,088,708,000.00 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2014) Adapun grafik yang menggambarkan kecenderungan penurunan alokasi anggaran bidang kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dalam beberapa tahun terakhir, dapat dilihat pada Gambar 4.31 berikut. V-26

Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan 70,000,000,000 60,000,000,000 50,000,000,000 40,000,000,000 30,000,000,000 20,000,000,000 Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan 10,000,000,000 - Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Gambar 5.31 Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan Maka, perbandingan anggaran kebersihan terhadap total APBD dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut. Tabel 5.8 Perbandingan Anggaran Kebersihan terhadap APBD No Keterangan Jumlah 1 Target Belanja Daerah Rp1,542,058,104,253.00 2 Total Anggaran DKP Rp74,079,064,300.00 3 Alokasi Anggaran Bidang Kebersihan DKP Rp37,088,708,000.00 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2014) 5.3.4 Jenis Objek Retribusi Secara keseluruhan, terdapat beberapa jenis objek retribusi dalam Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor, yakni: a Retribusi Pelayanan Persampahan b Retribusi Penggunaan Pipa Limba Cair c Retribusi Pemakaman d Retibusi Penyedotan Kakus Adapun jenis dan jumlah retribusi tersebut pada tahun 2011, seperti yang terdapat pada Tabel 4.9 berikut. Tabel 5.9 Retribusi pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan per Desember 2011 No Jenis Retribusi Penerimaan 1 Retribusi Pelayanan Persampahan Rp 6,020,125,763.00 2 Retribusi Penggunaan Pipa Limbah Cair Rp 16,365,611.00 V-27

No Jenis Retribusi Penerimaan 3 Retribusi Pemakaman Rp 340,485,500.00 4 Retribusi Penyedotan Kakus Rp 96,090,000.00 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2014) 5.3.5 Rekapitulasi Retribusi dari Berbagai Sumber Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum, struktur dan kisaran tarif retribusi pelayanan persampahan/kebersihan Kota Bogor seperti yang disajikan pada Tabel 4.10 berikut. Tabel 5.10 Rekapitulasi Retribusi Sampah dari Berbagai Sumber No Sumber Retribusi Pelayanan Persampahan Kisaran Tarif 1 Sampah Rumah Tangga: Rumah tinggal biasa Rp 1.500-15.000 0-3 m 3 /bln Rumah tinggal yang mempunyai kegiatan usaha Rp 5.000-30.000 0-3 m 3 /bln Kompleks perumahan/perumahan teratur yang tidak mempunyai kegiatan usaha Rp 3.000-15.000 0-3 m 3 /bln Kompleks perumahan/perumahan teratur yang mempunyai kegiatan usaha Rp 7.500-30.000 0-3 m 3 /bln Asrama Rp 2.500-15.000 0-3 m 3 /bln 2 Sampah Industri: Pabrik Rp 50.000-100.000 0-3 m 3 /bln Bengkel Rp 12.500-15.000 0-3 m 3 /bln Usaha Pertukangan/Pengolahan Bahan Rp 15.000-30.000 0-3 m 3 /bln 3 Sampah Perdagangan dan Jasa: Hotel Berbintang Rp 350.000-550.000 /bln Hotel Melati Rp 200.000-300.000 /bln Wisma/Pondok Wisata Rp 150.000 /bln Restauran/Rumah Makan/Warung/Café/dan sejenisnya Rp 25.000-100.000 0-3 m 3 /bln Toko Rp 22.500-37.500 0-3 m 3 /bln Lembaga Keuangan Rp 50.000-75.000 0-3 m 3 /bln Bioskop Rp 20.000-45.000 0-3 m 3 /bln Grosir/Warung/Kios Rp 7.500-60.000 0-3 m 3 /bln Perkantoran Rp 15.000-22.500 0-3 m 3 /bln Rumah Sakit/Poliklinik/Puskesmas dan sejenisnya Rp 15.000-100.000 0-3 m 3 /bln V-28

No Sumber Retribusi Pelayanan Persampahan Kisaran Tarif Bidang Pendidikan Rp 30.000-50.000 0-3 m 3 /bln Gedung Perbelanjaan Rp 150.000 0-3 m 3 /bln Pedagang kecil yang bersifat sementara Rp 500-1.000 0.01 m 3 /bln Kegiatan usaha penunjang terminal penumpang Rp 750-3.000 0.01 m 3 /bln 4 Sampah tebangan pohon dan/atau bongkaran rumah (puing) Rp 15.000 1 m 3 5 Sampah yang dibuang sendiri ke TPA Rp 7.500-17.500 0-3 m 3 /bln Untuk penghasil sampah, baik sampah rumah tangga, sampah industri, sampah perdagangan dan jasa, sampah tebangan pohon dan/atau bongkaran rumah (puing) dikenakan biaya pengangkutan, dan sampah yang dibuang sendiri ke TPA yang volumenya melebihi 0.10 6 m2/hari (3 m3/bln) biaya tambahan 30% dari tarif dasar Sumber: Peraturan Daerah Kota Bogor No. 4 Tahun 2012 5.3.6 Realisasi Anggaran Program Kebersihan Adapun realisasi anggaran program kebersihan sesuai dengan RPJMD hingga 31 Desember 2013, terutama yang terkait dengan peningkatan pelayanan persampahan, dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut. V-29

Tabel 5.11 Realisasi Anggaran Program Kebersihan V-30

5.4 ASPEK REGULASI 5.4.1 Kebijakan dan Strategi berdasarkan RENSTRA 2015 2019 Di dalam mewujudkan visi dan menjalankan misi, serta mencapai tujuan dan sasaran seperti tersebut di atas, ditempuh melalui 4 (empat) strategi pokok: 1) Strategi Peningkatan Kinerja Pelayanan dan Penambahan serta Pemeliharaan Prasarana Pendukung. Sasaran dari strategi tersebut adalah terwujudnya pengelolaan sampah yang terpadu di Kota Bogor, penambahan taman di lokasi umum dan pemukiman, penambahan PJU di jalan-jalan protocol dan pemukiman 2) Strategi Optimalisasi Fungsi dan Luas Ruang Terbuka Hijau. Startegi ini mempunyai sasaran untuk menciptakan keseimbangan lingkungan yang lestari. 3) Strategi Penambahan dan Pemeliharaan Sarana Prasarana serta Pengawasan Dampak Terhadap Lingkungan Dengan strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan optimalisasi pengelolaan TPA, TPPAST, SPA, penambahan rumah tangga bersanitasi, pembangunan dan penataan Taman Pemakaman Umum. 4) Strategi Penentuan Lokasi 3R dan sosialisasi/pembinaan Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan Sasaran strategi tersebut adalah pengurangan jumlah timbunan sampah dari sumber disemua wilayah Kota Bogor baik diwilayah yang sudah terlayani pengangkutan maupun yang belum terlayani dengan meningkatkan peran serta masyarakat. 5.4.2 Daftar Regulasi Terkait Berikut adalah beberapa regulasi terkait pengelolaan sampah di Kota Bogor: 1) Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga; 3) Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca; 4) Pereturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah; 5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2013 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga; V-31

6) Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah 5.4.3 Pokok Pikiran dalam Regulasi Daerah Perda No 9 Tahun 2012 Dalam mengelola sampah, Kota Bogor mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Perda tersebut tidak hanya menjelaskan ketentuan-ketentuan umum, azas dan tujuan, serta ruang lingkup dalam pengelolaan sampah, namun juga menetapkankebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah serta tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemerintah daerah. Selain itu, Perda tersebut juga mengatur pengelolaan sampah beserta penyelenggaraannya, hak, kewajiban, dan tanggung jawab masyarakat serta pelaku usaha, mekanisme pengelolaan sampah, perizinan, insentif dan disinsentif, kerjasama dan kemitraan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, pembiayaan dan kompensasi, peran masyarakat, penyelesaian sengketa, pengawasan dan pengendalian, larangan beserta sanksi admisnistratif, dan ketentuan-ketentuan lainnya. Berdasarkan Perda tersebut, kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah yang disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, yakni memuat arah kebijakan pengurangan dan penanganan sampah, serta program pengurangan dan penanganan sampah. Kemudian, juga ditetapkan dalam Perda tersebut, bahwa Pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan rencana pengurangan dan penanganan sampah harus memuat beberapa hal utama, yakni: 1) Targetpengurangansampah; 2) Target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA; 3) Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat; 4) Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat; 5) Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan pengguna daur ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir sampah. Selain itu, dijelaskan dalam Perda tersebut bahwa pengurangan sampah dilakukan dengan cara pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah.dimana dalam pelaksanaan pengurangan sampah dilakukan melalui kegiatan pemantauan serta supervisi terhadap pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan produksi ramah lingkungan V-32

yang dilakukan oleh pelaku usaha, dan fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan memanfaatkan hasil produk daur ulang dan guna ulang sampah.sedangkan penanganan sampah oleh Pemerintah Daerah dilakukan dengan cara: 1) Pemilahan yang dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya; 2) Pengumpulan dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat sampah rumah tangga dan/atau dari sumber sampah dan TPS atau TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah, jumlah, dan/atau sifat sampah; 3) Pengangkutan yang dilaksanakan dengan cara: a Sampah rumah tangga dan/atau dari sumber sampah ke TPS atau TPST menjadi tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW; b Sampah dari TPS atau TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah; c Sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri dan kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS atau TPST dan/atau TPA menjadi tanggung jawab pengelola kawasan; dan d Sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber sampah dan/atau dari TPS atau TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. 4) Pengolahan dengan menerapkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan; 5) Pemrosesan akhir sampah, dilakukan dengan pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman dan ramah lingkungan Pada Perda Nomor 9 Tahun 2012, Penyediaan TPS atau TPST dan TPA dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kebutuhan, memenuhi persyaratan teknis sistem pengolahan sampah yang aman dan ramah lingkungan, serta sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bogor. Selain itu, dalam melakukan pengurangan dan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah wajib membentuk lembaga pengelola sampah pada tingkat kelurahan, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya, sesuai dengan kebutuhan. V-33

Adapun mekanisme pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga berdasarkan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2012 yakni: a Sumber sampah wajib menyediakan tempat sampah yang tertutup; b Sumber sampah wajib memilah sampahnya menjadi sampah organik dan sampah anorganik dan menempatkannya dalam wadah yang berbeda; c Sumber sampah berkewajiban mengumpulkan sampahnya ke tempat TPS atau TPST atau mengumpulkannya secara langsung ke TPA; d Pemerintah Daerah berkewajiban mengambil sampah dari TPS atau TPST, untuk kemudian mengumpulkannya ke TPA; e Pengelolaan sampah di TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. V-34