BAB I PENDAHULUAN. informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui televisi akan selalu menjadi salah satu yang mudah diterima khalayak. Ini

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. media atau khalayak menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini manusia sangat bergantung dengan media massa. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan media massa. Pesatnya perkembangan industri media

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. vindonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus Siaran langsung itu masih

BAB I PENDAHULUAN. semua masyarakat memiliki alat atau media massa elektronik ini. Program

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN mulai dinikmati oleh publik Amerika, yaitu ketika berlangsungnya World s

BAB I PENDAHULUAN. satu sumber informasi yang bersifat satu arah, linear communication.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, keinginan, atau motif tertentu yang dirasakan oleh khalayak

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satunya melalui media massa, seperti televisi, radio, internet dan surat kabar.

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. bagian internal dari sistem tatanan kehidupan sosial manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. kita ketahui apabila kita perhatikan lebih jauh lingkungan sekitar kita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan sekarang ini adalah. akan meluaskan cakrawala pengetahuan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang berada di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan sekalipun sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa adalah yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. ke komunikan. Media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. televisi telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Televisi berasal dari kata tele dan vision yang berarti tele yaitu

BAB I PENDAHULUAN. online. Namun dari sekian banyak media masa, televisi merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama dalam penyampaian informasi. mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau prilaku (behavior).

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini teknologi dan informasi berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. komunikasi membuat berbagai macam informasi dan berita bisa dengan mudah. perkembangan teknologi komunikasi yaitu perkembangan media massa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi membuat dunia komunikasi menjadi luas dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Media Massa telah hadir setiap saat tanpa memandang waktu dan jarak,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan karakteristik serta viewing-habbit masyarakat

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia pertelevisian di Indonesia merupakan dunia baru bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Siaran televisi adalah pemancar sinyal listrik yang membawa muatan gambar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

ABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, sudah tak asing lagi kita mendengar kata televisi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pamor Indonesia sebagai salah satu destinasi berlibur favorit wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki sebuah peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam salah satu fungsi media massa sebagai penyebar informasi (Bungin, 2008 : 80). Audiens berharap dengan mengakses media massa, kebutuhan informasi mereka akan terpenuhi. Motivasi inilah yang mendorong audiens untuk mengkonsumsi media massa seperti membaca koran, mendengarkan radio, atau seperti dalam penelitian ini yaitu menonton televisi. Disini, audiens cenderung untuk mengakses media massa yang berguna bagi dirinya. Individu yang berbeda dapat menggunakan media yang sama untuk tujuan yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan informasi mereka masing-masing. Munculnya beragam media massa saat ini, membuat audiens lebih aktif di dalam memutuskan media apa yang akan dipergunakan dalam memenuhi kebutuhannya dan yang sesuai dengan minat mereka. Orang membuka diri pada media yang isinya berkaitan dengan selera mereka. Dalam pengertian ini, audiens mengontrol efek media atas diri mereka (Vivian, 2008 : 478). Dari sekian banyak media yang ada, televisi merupakan salah satu media yang paling banyak diminati, karena dinilai lebih menarik dengan menampilkan paduan gambar dan suara secara bersamaan sehingga pesan yang disampaikan 13

dapat ditangkap dan diinterpretasikan secara jelas oleh audiens. Televisi memiliki daya tarik yang kuat disebabkan oleh unsur-unsur audio yang berupa suara, dan visual yang berupa gambar hidup yang menimbulkan kesan mendalam pada pemirsanya. Selain karena kelebihan tersebut, televisi juga diminati karena adanya beragam pilihan, mulai dari stasiun televisi sampai program-program acara yang dapat di akses dengan mudah dan cepat oleh audiens televisi. (Effendy, 1993 : 177). Beberapa tahun lalu, ketika otoritarisme politik orde baru diwujudkan dalam bentuk monopoli televisi siaran, mungkin orang tidak akan menyangka dunia pertelevisian Indonesia akan berkembang sedemikian pesat seperti sekarang ini. Pergerakan reformasi tahun 1998 silam telah melahirkan euforia desentralisasi yang melahirkan perangkat perundang-undangan yang mengatur desentralisasi politik berupa otonomi daerah (Setiyakarya, 2010 : 76). Akan tetapi, reformasi Mei 1998 rupanya tidak saja membawa angin segar bagi dunia perpolitikan, tetapi juga suasana baru bagi industri media Indonesia. Menurut Morissan (2005 : 8) gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat dengan informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (MetroTV, TransTV, Lativi, dan GlobalTV) serta beberapa televisi daerah. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri. Indonesia selama bertahun-tahun menerapkan sistem siaran televisi secara 14

terpusat (sentralistis) dimana sejumlah stasiun televisi yang berlokasi di Jakarta mendapat hak untuk melakukan siaran secara nasional. Sistem penyiaran terpusat dinilai tidak adil dalam suatu negara demokratis karena tidak memberi peluang kepada masyarakat daerah untuk membuat program dan mengelola penyiaran untuk daerahnya sendiri. Berlatar-belakang keadaan tersebut, Indonesia secara bertahap mengubah sistem penyiarannya menjadi sistem penyiaran berjaringan yang mengakui keberadaan stasiun televisi daerah atau stasiun lokal (Morissan, 2008 : 104). Hal ini ditandai dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002. Undang-Undang tersebut berisikan tentang UU penyiaran yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan (SSB), seperti yang dituangkan dalam Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi atas stasiun penyiaran jaringan dan atau stasiun penyiaran lokal. Berbagai informasi tentang daerah yang tidak terekspos oleh media nasional mendasari kehadiran media televisi lokal di berbagai daerah. Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Hal ini sesuai dengan amanat Undang- Undang Penyiaran No. 32 tahun 2002 yang lebih menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta pemberdayaan institusi lokal. Tujuan UU Penyiaran No.32 tahun 2002 yang mengatur tentang Stasiun Siaran Berjaringan (SSB) adalah untuk meletakkan pondasi bagi sistem penyiaran, 15

yang telah membawa perubahan paradigma dari semula sangat sentralis, menjadi desentralistis. Hal ini bertujuan agar daerah dapat menikmati manfaat yang lebih baik dari ranah penyiaran, baik di wilayah isi siaran (diversity of content) maupun di wilayah bisnis ekonomi penyiaran (diversity of ownship). Makna dari UU ini adalah untuk memberikan keleluasaan untuk pembangunan ekonomi, kesejahteraan masyarakat di daerah. Juga, agar penyiaran tidak terkonsentrasi di pusat (Setiyakarya, 2010 : 78). Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran berlangganan dan lembaga penyiaran komunitas. Penyiaran saat ini tidak lagi menjadi monopoli Jakarta. Fenomena menjamurnya televisi lokal di berbagai daerah dapat dijadikan indikator telah menyebarnya sumber daya penyiaran. Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), sebuah organisasi tempat bergabungnya televisi lokal yang berdiri pada 26 Juli 2002, hingga saat ini telah menghimpun sebanyak 29 industri televisi lokal. Anggotanya tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Asosiasi TV Lokal Indonesia (ATVLI) menyatakan bahwa di wilayah Jakarta sendiri, kurang lebih ada 5 stasiun TV lokal terkemuka, yakni Jak TV, O Channel, B Channel, Elshinta TV dan Da Ai TV. Hampir setiap stasiunnya mengusung tema visi dan misi yang berbeda. Jak TV, sebagai salah satu TV lokal yang cukup dikenal memulai siarannnya pada tahun 2004, dengan mengusung 16

tema nonstop entertainment, education and information yang dikemas secara fresh, intellegent dan inovatif dalam setiap penyiarannya. O Channel mengusung tema pop inspiratif, yang sesuai dengan motto-nya yakni, your inspiring entertainment and lifestyle television. Da Ai TV memfokuskan diri dalam bidang kemanusiaan yang menitikberatkan pada penyebaran cinta kasih lintas agama, suku, bangsa dan negara. B Channel yang mengusung tema pada nilai-nilai keluarga. Dan Elshinta TV yang mengusung tema pemberdayaan kesejahteraan usaha kecil. Dari kelima televisi lokal di Jakarta ini, ada dua yang menonjol, yakni Jak TV dan O Channel. Berdiri dan berkembang sejak tahun 2004, keduanya merupakan pelopor dalam pertelivisian lokal. Hal menjadi daya tarik utama peneliti dalam memilih keduanya. Usia 7 tahun, baik Jak TV dan O channel dianggap mampu bertahan di persaingan industri pertelevisian lokal. Dengan demikian dapat diartikan bahwa selama ini audiens Jak TV dan O Channel mendapatkan kepuasan tersendiri sehingga membuat Jak TV dan O Channel mampu mempertahankan eksistensinya. Kehadiran televisi lokal yang lahir dengan spirit otonomi daerah, sangat dirasakan dampak kehadirannya sebagai warna baru dalam dunia penyiaran tanah air. Berbagai potensi-potensi daerah yang selama ini disadari kurang optimal, sekarang dapat diangkat dalam wujud audio-visual. Kehadiran televisi lokal, dapat menjadi solusi penting untuk hal tersebut. Dibungkus dengan kemasan kedaerahan yang kental, paket tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, 17

ekonomi dan berbagai unsur kedaerahan lainnya, tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat di daerah tersebut. Ada beberapa alasan mengapa televisi lokal memungkinkan memiliki daya tarik, misalnya, karena adanya unsur kedekatan (proximity) emosional setiap program yang ditawarkan dengan kognisi warga masyarakat setempat. Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasinya peristiwa, juga mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupannya dan lingkungannya (Riswandi, 2009 : 109). Tuggle dalam Morissan (2008 : 20) mengatakan one local death is worth -in term of news interest- five elsewhere in the state, twenty elsewhere in the country, and hundreds elsewhere in the world. Kehadiran televisi lokal sangat berpengaruh bagi masyarakat lokal yang memang membutuhkan informasi yang bersifat lokal. Dibungkus dengan kemasan lokal yang kental, televisi lokal berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi masyarakat dengan kearifan lokal yang berbeda-beda. Seperti yang ditegaskan oleh Mantan Menteri Infokom Sofyan Djalil, keberadaan televisi lokal diharapkan menjadi sarana untuk meningkatkan akses informasi masyarakat di daerah. Juga bisa mengembangkan potensi daerah sehingga menjadi lebih maju dan sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat dan meningkatkan pendidikan politik publik (Bali Post, 26 Juli 2005). Dengan banyaknya jumlah stasiun penyiaran televisi, maka semakin banyak pula jenis-jenis program tayangan televisi yang dapat memenuhi beragam kebutuhan masyarakat. Hal ini yang akan menempatkan audiens pada posisi 18

decision maker. Dengan menggunakan pendekatan Uses and Gratification, individu tersebut akan memikirkan apa yang menjadi motifnya dan akhirnya memilih tayangan televisi mana yang ingin ia tonton. Motif audiens tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, yakni berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Dalam hal ini kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat memberikan hiburan. Ketika mengalami goncangan batin, media massa dapat memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Ketika kesepian, media massa berfungsi sebagai sahabat (Rakhmat, 2003 : 207). Kategori motif dan kepuasan audiens dalam menonton siaran televisi lokal, yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah kategori motif dan kepuasan pengkonsumsian media menurut Mc Quail, Blumer dan Brown (McQuail, 1972) yaitu meliputi: motif dan kepuasan surveillance yakni kebutuhan dan kepuasan akan informasi dan eksplorasi sosial; motif dan kepuasan identitas pribadi ditunjukan untuk memperkuat sesuatu yang penting dalam kebutuhan; motif dan kepuasan integrasi dan interaksi sosial yang merujuk pada kelangsungan hubungan individu dengan orang lain; dan yang terakhir motif dan kepuasan pengalihan (diversion) yang meliputi kebutuhan atau pelepasan diri dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. 19

1.2 Rumusan Masalah Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, berikut rumusan masalahnya: Apakah motif-motif audiens dalam menonton TV lokal? Apakah ada kepuasan audiens TV lokal dalam menonton Jak TV dan O Channel? Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan audiens TV lokal dalam menonton Jak TV dan O Channel? 1.3 Tujuan Penelitian Setelah mengetahui rumusan masalah seperti yang disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui motif audiens dalam menonton TV lokal Mengetahui tingkat kepuasan audiens Jak TV dan O Channel Mengetahui perbedaan tingkat kepuasan audiens Jak TV dan O Channel 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini: Signifikasi Teoritis, menambah kajian ilmu komunikasi yang berkenaan dengan penerapan teori Uses and gratification yang meneliti kepuasan khalayak dalam menggunakan media massa pada umumnya dan khususnya dalam hal kepuasan atas pilihan media elektronik dalam hal ini televisi lokal. 20

Diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan serta menambah perbendaharaan kepustakaan bagi fakultas ilmu komunikasi Universitas Multimedia Nusantara. Signifikasi Praktis, sebagai masukan bagi pihak stasiun TV lokal supaya dapat lebih memahami audiens sehingga dapat melakukan evaluasi terhadap programnya supaya dapat lebih memenuhi kebutuhan motif dan kepuasan audiens 1.5 Sistematika Penulisan: BAB I berisi PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II berisi KERANGKA PEMIKIRAN, yang terdiri dari penelitianpenelitian terdahulu, konsep-konsep dasar baik tinjauan pustaka hingga teori-teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini, kerangka pemikiran, serta hipotesis teoritis penelitian. BAB III berisi METODOLOGI, yang terdiri dari pendekatan dan sifat penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel yang diambil oleh penulis, metode pengumpulan data, operasionalisasi konsep, teknik analisis data, serta uji hipotesis, validitas, dan reliabilitas, BAB IV berisi HASIL PENELITIAN dan INTERPRETASI DATA yang memaparkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, serta bagaimana hipotesis yang dibuat oleh penulis sebelumnya dibuktikan kebenarannya. 21

BAB V berisi KESIMPULAN dan SARAN, yaitu pemaparan berbagai kesimpulan yang penulis peroleh melalui penelitian, serta beberapa saran dan masukan yang penulis berikan untuk penelitian lanjutan ataupun untuk para pembaca dan media massa yang terkait. 22