Mengenang Salim Kancil Kaum Tani, Menuju Bangkit dari Keterpurukan!

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pembukaan. Akar Persoalan Lingkungan Hidup

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

SERIKAT PETANI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni

AGENDA PEMBARUAN STRUKTUR AGRARIA DALAM DINAMIKA PANGGUNG POLITIK

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

I. PENDAHULUAN. bukanlah merupakan mereka yang tingkat kesejahteraannya tinggi. Mereka

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Negara Jangan Cuci Tangan

Tiga Komponen Marhaenisme

Warisan Bung Karno Untuk Rakyat Indonesia

Dekade Berbagi Akses Penyediaan Lahan Untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

PROGRAM EKONOMI PDI PERJUANGAN Oleh : Muhammad Islam

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

BAB V KESIMPULAN. Sebelum masuknya program BIMAS di desa, masyarakat desa. masih mampu bertahan dengan mata pencaharian sebagai petani.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

David Ardhian 2. oleh

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB IV PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PROBLEM DILEMATIS INVESTASI. mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperbesar produksi nasional, namun

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

Tanggapan Anda dengan pernyataan Rektor UGM yang menyebut persen aset

BAB VIII KESIMPULAN. Eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota. Surabaya selama paruh kedua abad ke-20, terjadi karena

BAB I PENGANTAR. 1.1.Latar Belakang. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah, sebab tanah

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM EKONOMI INDONESIA: KAPITALISME MEDIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

Bagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik?

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

Landreform dan Aksi Sepihak BTI Mengganyang Setan Desa

Ketika Islam dan Komunis Bersalaman

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB I PENDAHULUAN. tanah dapat menimbulkan persengketaan yang dahsyat karena manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi. Oleh Max Lane. Oldefo vs Nefo

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

La Via Campesina. International peasants movement. Movimiento campesino internacional. Mouvement paysan international. Pergerakan Petani Internasional

KEGIATAN POLITIK DAN KEPARTAIAN DI DAERAH PROPINSI IRIAN BARAT POLITIK DAN KEPARTAIAN DI DAERAH PROPINSI IRIAN BARAT. KEGIATAN.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pidato Politik Pimpinan Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Kaum buruh merupakan klas baru dalam tatanan sosial dengan semangat

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

Gerwani dan Tragedi 1965

III. DESCRIPTION DATA

DEPENDENCY THEORY, GLOBALISASI, DAN PASAR TENAGA KERJA

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

dibidang pangan dan energi yang dirancang secara holistik tanpa mengesampingkan hak-hak manfaat mendasar bagi penduduk lokal/adat didaerah

BAB! PENDAHULUAN. Ekonomi global dapat menjadikan negara sebagai perusahaan publik di mana

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Presiden Jokowi Ungkap Kunci Sukses Kembangkan Pertanian Nasional Kamis, 05 Januari 2017

PERJANJIAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 DI KECAMATAN SOYO JAYA KABUPATEN MOROWALI (Studi Kasus di Desa Bau)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang

KPM 321 Kajian Agraria REFORMA AGRARIA DEPARTEMEN KOMUNIKASI & PENGEMBANGAN MASYARAKAT. FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT USAHA TANI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KUD MASARAN AKUR SRAGEN

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SULTAN BACHTIAR NAJAMUDIN MUJIONO

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

Strategi Pembangunan Pertanian di Indonesia. Sistem Ekonomi Indonesia Hubungan Internasional

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. bermanfaat bagi seluruh masyarakat merupakan faktor penting yang harus

BAB 1 PERAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM LAHAN PERTANIAN ABADI DI KABUPATEN BANTUL PENDAHULUAN

Menawarkan Pancasila Menjadi Ideologi Dunia

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 )

Transkripsi:

Mengenang Salim Kancil Kaum Tani, Menuju Bangkit dari Keterpurukan! 05-12-2016-11:02 Views: 35.21k TIMESINDONESIA, MALANG NASIB kaum tani di negeri ini nyaris lekat dengan keterpurukan. Tak hanya profesi petani sering didiskriminasi dengan citra peyoratif: Dicap tak menjanjikan dan prospektif, miskin, tak berpendidikan. Citra-citra yang ditelorkan oleh alam pikir pembangunan neoliberalistik di Indonesia, tapi ironisnya dienyam oleh kaum terdidik kita. Tetapi juga ruang hidup mereka, lahan-lahan pertanian produktif mereka dirampas, dan kelangsungan kerja mereka terancam, dikorbankan demi mantra Pembangunan itu sendiri. Tidakkah orang yang berpikiran dengan citra peyoratif itu sadar bahwa kaum tani terjebak dalam situasi demikian bukan karena tiba-tiba? Juga bukan karena dari sono-nya kaum tani itu miskin dan tak berpendidikan? Tetapi, terdapat sejumlah faktor yang melatarbelakanginya. Faktor-faktor yang secara sistematis dan bertahap memberi landasan bagi penghancuran kaum tani di Indonesia dan budaya agraris yang dibangun dan dirawat dari budaya pertanian. Pertama, faktor politik. Setelah tragedi kemanusiaan 1965-1966, kaum tani mengalami penghancuran sebagai suatu kelas politik yang berdikari dan berdaulat atas tanahnya sendiri. 1

(Foto: okezone) Hal ini terjadi seiring dengan penghancuran basis massa partai yang saat itu aktif menyuarakan perbaikan nasib kaum tani, Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan organ afiliasi taninya, Barisan Tani Indonesia (BTI). Dari ratusan ribu korban tragedi 1965-1966 yang menimpa kaum komunis dan tertuduh komunis, terdapat ribuan kaum tani yang mulai memiliki kesadaran kelasnya untuk bersatu membangun identitasnya sebagai kaum yang tertindas. Tragedi ini turut menyapu juga kaum tani dari organisasi-organisasi lain yang progresif, yang terpengaruh ajaran Marhaenisme Bung Karno. Tragedi ini memporakporandakan banyak hal, utamanya di pedesaan, mengoyak hubungan sosial di antara sesama warga pedesaan yang rata-rata agraris. Setelah tidak lagi menjadi suatu kelas politik yang memiliki kesadaran maju, kaum tani tercerai-berai menjadi satuan-satuan profesi yang tidak lagi memiliki kesadaran bersama untuk mempersatukan identitasnya. Kedua, faktor kebijakan. Penghancuran kaum tani sebagai kelas segera diikuti oleh pelemahan agenda-agenda kebijakan agraris. Dimulai dari dimacetkannya UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) 1960 sebagai poros kebijakan yang revolusioner warisan pemerintahan Soekarno. (Foto: kompasiana) 2

Undang-undang itu bersemangatkan sosialisme Indonesia, hendak mewujudkan kondisikondisi yang bertahap mendukung kebijakan nasional bagi terwujudnya kesejahteraan bagi kaum tani, namun dalam praktiknya, tidak lagi diterapkan secara holistik tetapi sepotong-potong dan dipelintir sedemikian rupa. Kebijakan nasional Orde Baru Soeharto, alih-alih mendukung kesejahteraan petani, justru bergerak ke arah lain, yaitu rezim "pembangunanisme" (developmentalism). Di dalam rezim ini ekonomi bergerak ke arah industri yang berlawanan dengan budaya agraris. Maka, pemerintah pun getol membangun infrastruktur, mengakibatkan penggusuran secara bertahap lahan-lahan pertanian oleh proyek pembangunan. "Revolusi Hijau" yang dicanangkan Soeharto turut melemahkan kaum tani. Itu berlangsung dari tahun 1970 hingga 1984. Selama periode itu, Orde Baru mendongkrak pertanian dari sistem tradisional ke sistem modern dengan menginjeksikan sistem pasar yang membuat petani bergantung kepada bibit dan pupuk impor. Petani dipaksa membeli bibit dan pupuk impor yang mempercepat produk pertanian, namun dengan risiko jangka panjang perusakan kualitas tanah dan ketidaksuburan di mana-mana. Kaum tani diasingkan dari kedaulatannya mencipta bibit dan pupuk sendiri; dengan iming-iming efisiensi dan kemajuan teknologi, mereka dipaksa membeli bibit dan pupuk buatan korporasi-korporasi besar yang menangguk untung dari kebijakan Orde Baru ini. Puncak "Revolusi Hijau" ini adalah penggerusan sistem pasar ke dalam politik agraris. Setelah 1984, Indonesia dipaksa membuka kerannya kepada pasar dunia. Impor bertambah, Indonesia gagal swasembada beras dan ironisnya dikenal sebagai importir beras, dan kaum tani semakin miskin karena produknya tidak terbeli tinggi. Kebijakan yang membuka keran lebar-lebar bagi kapitalisme berlanjut parah di era Reformasi. Hingga kini, liberalisasi produk pangan terus berlangsung melalui WTO yang menjerat Indonesia tunduk kepada sistem pasar global. Membanjirnya pangan impor menciptakan pasar pangan dalam negeri tidak stabil dan petani merugi. Ketiga, faktor politik tata ruang. Salah urus dan salah kelola pertanian diperparah oleh perkembangan kapitalisme yang tidak saja menghisap melalui sistem pasar global yang tidak adil dan tidak berpihak kepada kepentingan rakyat Indonesia, 3

melainkan juga berkembang dengan dinamika ruangnya yang eksploitatif dan serakah. Wajah kapitalisme abad ke-21 diubah secara mendasar oleh kebutuhan modal pada ruang-ruang baru untuk investasi. Hal ini seiring munculnya kebutuhan pemodal pada lahan-lahan yang meningkat. Pergerakan modal yang masuk ke dalam negeri memaksa pemerintah menyetujui liberalisasi pada sektor-sektor lain, seperti sumber daya alam, infrastruktur, perhotelan, dan lain-lain. (Foto: tempo) Bidang-bidang ini terbuka kepada investasi asing maupun dalam negeri, yang mengakibatkan kebutuhan pada ruang melonjak tinggi. Harga sepetak tanah menjadi semakin bernilai. Setelah kota-kota mengalami ledakan pembangunan di bawah Orde Baru, ideologi "pembangunanisme" itu berkembang merasuk ke pedesaan, di mana lahan-lahan kosong nan perawan menjadi sasaran empuk investor. Dalam perubahan tata ruang yang dahsyat ini, neoliberalisme mengajarkan mantra bahwa tiap ruang adalah bernilai, dan kekayaan diukur dari akumulasi ruang yang mungkin untuk dikapitalisasi. Semakin banyak lahan yang dikuasai, semakin kayalah ia. Semangat feodalisme dan kolonialisme menciptakan racikan mematikan pada kapitalisme. Penguasaan lahan yang timpang pada Orde Baru semakin mengalami ketimpangan di bawah Reformasi. Perburuan lahan oleh pemodal tidak hanya mengancam kaum tani yang semakin terpinggirkan, tetapi juga menghancurkan budaya agraris itu sendiri. Terjadilah 4

peningkatan konflik agraria di mana kaum tani semakin keras berhadapan dengan pemodal dalam mempertahankan lahan dan ruang hidupnya. (Foto: baranewsaceh) Pergerakan pemodal yang difasilitasi oleh negara itu sebenarnya diam-diam akan mengubur neoliberalisme itu sendiri, karena kaum tani semakin muncul sebagai aktor yang sadar atas harga diri dan eksistensinya. Mulai terdapat tanda-tanda kebangkitan di mana-mana pada kaum tani, yang semakin merasakan kebutuhan untuk bangkit melawan sistem yang tidak adil. Pertumbuhan serikat-serikat politik kaum tani meningkat. Kreativitas kaum tani untuk berinovasi dan menciptakan benih dan pupuk sendiri mulai bermunculan. Di sisi lain, kaum tani semakin aktif terlibat perlawanan atas kekuatan-kekuatan pemodal dalam berbagai skala, dari lokal hingga nasional, bahkan global. Di suatu siang yang kelabu, seorang petani mati mempertahankan sepetak sawahnya yang dibuldozer oleh alat-alat berat para penambang pasir di pesisir selatan Lumajang. Namanya Salim Kancil. Ia mati tragis setelah dikeroyok oleh mafia penambang yang bekerja menguntungkan sebuah perusahaan tambang pasir dari China. Keterpurukan petani dilambangkan oleh matinya petani di tanahnya sendiri. Namun, Pak Salim tidak mati untuk kesia-siaan. Kematiannya adalah tanda kebangkitan kaum tani. "Petani itulah penolong negeri", ujar suatu saat ulama besar KH Hasyim Asy ari. Kita sadar bahwa petani hanya akan menjadi penolong negeri, bila ia mampu menolong nasibnya sendiri dan membangun kedaulatannya sendiri sebagai kelas politik yang bangkit merebut lagi tanahnya dan hak-haknya yang puluhan tahun tergadaikan. (*) 5

* Penulis adalah Muhammad Al-Fayyadl adalah Koordinator Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA). -- 6