BAB I PENDAHULUAN. batas-batas wilayah dihuni oleh sejumlah penduduk dan mempunyai adat-istiadat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selalu berusaha untuk mencapai kemajuan di segala bidang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Desa merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah

I. PENDAHULUAN. Kedudukan desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diakui sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Desa dan Kedudukannya. kurang 250 Zelfbesturende landschappen dan Volksgemeenschappen, seperti

I.PENDAHULUAN. Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945 Amandemen ke- 4 menyatakan negara mengakui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut sebagai UUD 1945), Negara Indonesia. kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

Dpemerintahan terkecil dan

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah. Karena otonomi daerah itu sendiri adalah hak, wewenang, dan

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang. 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur. 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

CATATAN KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU DESA.

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR PERALIHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN. A. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi jawaban bagi kebutuhan masyarakat desa.

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk yang bertempat tinggal dalam suatu lingkungan, dimana mereka

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 8 TAHUN 2007 TENTANG

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

file:///d:/perda%20onlain/kudus/download-14.htm

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Hal ini dapat dilihat pada

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada orang lain. Berbicara kewenangan memang menarik, karena secara alamia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 10/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. bidang aspek ketatanegaraan. Amademen terhadap UUD 1945 menjadi momok

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN,PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN DESA DI INDONESIA. Ketika masa pemerintahan kolonial atau biasa disebut dengan Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2012 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Indenosia tersebar di desa-desa seluruh Indonesia. diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN. merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 8/Ags/2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 10 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah atau wilayah provinsi dan setiap daerah atau wilayah provinsi terdiri atas

TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DESA LABANGKA BARAT DI KECAMATAN BABULU

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Dalam

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2007 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang dibahas. Pada umumnya, desa dimaknai oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi dan otonomi daerah sangat berkaitan erat dengan desa dan pemerintahan desa. Desa merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-batas wilayah dihuni oleh sejumlah penduduk dan mempunyai adat-istiadat untuk mengelola dirinya sendiri 1. Inilah yang disebut dengan self-governing community. Sebutan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum, baru dikenal pada masa kolonial Belanda. Desa pada umumnya mempunyai pemerintahan sendiri yang dikelola secara otonom tanpa ikatan hirarkhis-struktural dengan struktur yang lebih tinggi 2. Dalam beberapa konteks bahasa, daerah-daerah di Indonesia banyak yang menyebutkan desa dalam ragam bahasa yang lainnya, namun tetap sama artinya dengan desa, misal di masyarakat Padang, dikenal dengan sebutan nagari. Namun, jika dilihat secara etimologis kata desa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu deca, seperti dusun, desi, negara, negeri, negari, naagaro, negory (nagarom), yang berarti tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran, tanah leluhur 1 Rudy. Hukum Pemerintahan Daerah. Bandar Lampung: PKPPUU FH UNILA. 2013. Hlm. 82. 2 Ibid.

2 yang merujuk pada satu kesatuan hidup dengan satu kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas 3. Pada masa masih berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa, kesatuan masyarakat hukum yang telah dijadikan desa itu harus memiliki pemerintahan yang akan melaksanakan kewenangan, hak dan kewajiban desa serta menyelenggarakan pemerintahan desa. Kesatuan masyarakat hukum tidak hanya secara formal dan nomenklatur berganti nama menjadi Desa, tetapi harus secara operasional segera memenuhi segala syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979. Namun demikian penyelenggaraan di tingkat desa dengan pendekatan sentralistik dan keseragaman berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tersebut diatas ternyata telah mematikan otonomi dan hak asal-usul dari tiap desa yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda 4. Bagi masyarakat, terutama masyarakat adat di luar Jawa dan Madura, implementasi undang-undang tersebut menimbulkan dampak negatif. Pemerintah daerah di luar Jawa dipaksa berlawanan dengan masyarakat adat karena harus menghilangkan kesatuan masyarakat hukum yang dianggap tidak menggunakan kata desa seperti nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, gampong di Aceh, huta, Sosor dan lumban di Mandailing. Kemudian kuta di Karo, binua di Kalimantan Barat, negeri di Sulawesi Utara dan Maluku, Kampung di Kalimantan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan, yo di Sentani Irian Jaya, 3 Didik Sukrino.Pembaharuan Hukum Pemerintahan Desa. Malang: Setara Press. 2012. Hlm 59. 4 Moch. Solekhan. Penyelenggaran Pemerintahan Desa. Malang: Setara Press. 2012. Hlm 33.

3 dan lain-lain 5. Pada tahun 1998, dengan didahului oleh gerakan reformasi ketatanegaraan yang luar biasa, terjadilah perubahan pendekatan sentralistik kearah desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Desentralisasi dan otonomi daerah kemudian mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap konsepsi desa, otonomi desa, dan perkembangannya dalam bingkai ketatanegaraan Indonesia. Pengaruh tersebut dapat diuraikan ke dalam pengaruh terhadap 6 : 1. Derajat kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan; 2. Demokratisasi lokal; 3. Sistem admistrasi pemerintahan desa yang partisipatif; Desa yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai unit terkecil dalam stuktur ketatanegaraan Indonesia desa menjadi arena politik paling dekat bagi relasi antara masyarakat dengan pemegang kekuasaan. Di satu sisi, para perangkat desa menjadi bagian dari birokrasi negara, yakni menjalankan birokratisasi di level desa, melaksanakan program-program pembangunan, memberikan pelayanan administratif kepada masyarakat. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asalusul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa harus memenuhi syarat: 5 Ibid. 6Rudy. Hukum Pemerintahan Daerah. Op.Cit. Hlm 84.

4 a. Jumlah penduduk; b. Jumlah wilayah; c. Bagian wilayah kerja; d. Perangkat; dan e. Sarana dan Prasarana pemerintahan. Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan desa. Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung. Dalam wilayah desa dapat dibentuk dusun atau sebutan lain yang merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa. Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa pemerintah desa bersama Badan Permusyawratan Desa dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat 7. Desa yang berubah menjadi kelurahan, Lurah dan perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil. Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota 8. Berawal dari munculnya sistem pemerintahan yang baru, desentralisasi membagi kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan pemerintah daerah itu sendiri merupakan bagian dari desentralisasi tersebut. Tumbuhnya desentralisasi disebabkan karena adanya pembangunan yang sepenuhnya tidak 7Ibid. Hlm 85 8Ibid.

5 dapat dikendalikan oleh pemerintah pusat, sehingga membuat pemerintah pusat memberikan wewenang atau otonomi kepada pemerintah daerah untuk mengendalikan dan merencanakan pembangunan daerah. Tidak jarang ditemukan permasalahan dalam pengelolaan aset desa tersebut. Pengelolaan aset desa dilakukan ketika pemerintah desa telah membaginya dalam beberapa bidang, seperti pembagian untuk kesejahteraan masyarakat, pendidikan, kesehatan, dan mungkin juga untuk perekonomian, namun hal tersebut belum tampak pada desa. Dengan kebutuhan yang dimiliki oleh suatu desa, pemerintah desa perlu mengetahui bagaimana cara untuk mengelola aset desa yang baik dengan menggunakan pedoman yang ada, sama halnya dengan masyarakat desa yang ingin mengetahui bagaimana pengelolaan aset desa yang dilakukan oleh pemerintah desa 9. Sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 salah satu tugas kepala desa ialah memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa. Kekayaan desa atau yang biasa disebut aset desa merupakan harta yang dimiliki oleh desa dan hal itu yang membedakan antara desa dengan kelurahan. Beberapa macam aset desa yang telah disebutkan merupakan hak milik atas desa yang dapat dikelola oleh desa itu sendiri. Pemerintah daerah hanya memberi bantuan dana sesuai kebutuhan desa yang sering disebut dengan dana alokasi desa yang kemudian nantinya akan membantu proses pembangunan desa. Suatu aset desa akan sangat berguna jika dikelola sangat baik pula oleh pemerintah desa 10. Pengelolaan aset desa yang baik 9Jimly Asshidiqie. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca sarjana. Jakarta: Sinar Grafika. 2010. Hlm 33. 10 Ibid.

6 dilakukan ini berdasarkan pada peraturan yang berlaku dan memiliki pedoman dalam pengelolaannya. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri R. I. Nomor 4 Tahun 2007, pengertian dari pengelolaan itu sendiri adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Pengelolaan aset desa dilakukan berdasarkan peraturan yang sesuai yang disebutkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri R. I. Nomor 4 Tahun 2007. Dalam pengelolaannya sangat penting bagi desa untuk mengacu pada pedoman pengelolaan aset desa dalam mengelola aset desa. Pengelolaan aset desa adalah salah satu cara bagi desa untuk dapat melakukan suatu pembangunan. Pengelolaan yang baik tentu menggunakan pedoman dalam pengelolaannya. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menuangkan penelitian yang berbrntuk skripsi yang berjudul: KEWENANGAN KEPALA DESA DALAM PENGELOLAAN ASET DESA PADA DESA TEGAL GONDO, KECAMATAN PURBOLINGGO, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kewenangan kepala desa dalam pengelolaan aset desa pada Desa Tegal Gondo, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur?

7 2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat kewenangan kepada desa dalam pengelolaan aset desa pada Desa Tegal Gondo, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Kewenangan Kepala Desa Dalam Pengelolaan Aset Desa di Desa Tegal Gondo, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Desa dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Berpedoman dari Peraturan Menteri Dalam Negeri R. I. Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa. 1.4 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. 4. 1 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pokok bahasan diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: (a) Untuk mengetahui kewenangan kepala desa dalam pengelolaan aset desa pada Desa Tegal Gondo, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur (b) Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pengaturan kewenangan kepala desa dalam pengelolaan aset desa pada Desa Tegal Gondo, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur.

8 1. 4. 2 Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut: 1 Kegunaan Teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memperluas juga memperdalam ilmu hukum termasuk di dalamnya Hukum Administrasi Negara yang berkaitan dengan Hukum Administrasi Daerah. 2 Kegunaan Praktis a. Upaya peningkatan dan perluasan pengetahuan bagi penulis dalam bidang hukum. b. Bahan kajian bagi penulis maupun pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan fungsi Kepala Desa dalam pengaturan kewenangan pengelolaan aset desa. c. Sumbangan pemikiran dan bahan bacaan serta sumber informasi bagi yang membutuhkan.