BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, Dudung. Metode Penulisan Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah.

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia dapat dibedakan dengan makhluk-makhluk lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

I. PENDAHULUAN. pesantren terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2003), 1. 2

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Hadis dan merancang segenap kegiatan pendidikannya. 2. madrasah, yakni pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

Meski siswa SMK pakainnya penuh oli lantaran bergelut dengan mesin otomotif, tetap tunaikan shalat tanpa alasan tanggung kotor.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, kemudian pembaharuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas dalam menghadapi kehidupan modern sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin jauhnya dari ajaran-ajaran suci agama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah

[PONDOK PESANTREN MODERN DI KABUPATEN DEMAK] LP3A BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi tradisi yang selalu melekat pada pesantren. Kitab kuning pada

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

Analisis Deskriptif Pondok Pesantren, Pendidikan Diniyah dan TPQ 2011

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang berupa ajakan, seruan dan sebagai pemberi peringatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak anak-anak kita yang belum dapat

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal di Indonesia. Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk. diperkirakan masuk sejalan dengan gelombang pertama dari proses

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. 1999), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan lagi. Pesantren telah memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang tersebar di Indonesia. Pondok pesantren lahir ditengah-tengah masyarakat, setiap pondok pesantren memiliki ciri khas yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana tipe leadershipnya dan metode seperti apa yang diterapkan dalam pembelajarannya. 1 Perkembangan pesantren dilihat dari sisi sejarahnya dapat disebut sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren dapat menjadi lembaga pendidikan alternative pada saat ini dan masa depan sekaligus sebagai motor penggerak dan pengawal arus perubahan social. 2 Seiring dengan perkembangan zaman, tidak sedikit pesantren yang mencoba menyesuaikan dan bersedia menerima akan suatu perubahan, namun 10.21. 1 http/www.blogerspesantren.co.id. di akses pada hari Jum at, 24 Desember 2015, Jam 2007), h. 16. 2 Abd. Muin, dkk. Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren. (Jakarta: CV. Prasasti, 1

2 tidak sedikit pula pesantren yang memiliki sikap yang tertutup dari segala perubahan-perubahan dan pengaruh perkembangan zaman dan cenderung mempertahankan apa yang telah menjadi keyakinan mereka. Menurut Ramayulis sebagai lembaga (institusi) Pondok pesantren berperan mencerdaskan kehidupan bangsa. Jauh sebelum adanya sekolah, pesantren sudah lebih kurang tiga abad mencerdaskan kehidupan bangsa. Tercatat dalam sejarah pendidikan Nasional, pesantren sudah ada sejak masuknya Islam ke Indonesia mulai dari masa kolonial Belanda sampai sekarang. 3 Oleh karena Pesantren tidak dapat di pisahkan dari kehidupan umat Islam di Indonesia, lembaga pendidikan Islam ini mulai dikenal setelah masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 namun keberadaan dan perkembangannya baru populer sekitar abad ke-16. Hasan Muarif Ambary menyatakan bahwa Pesantren sebagai basis generasi muda masa depan dengan peran pesantren sebagai salah satu sistem dan institusi pendidikan di Indonesia, menata dan mengantisipasi fenomena global tersebut di masa depan. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa pesantren dalam sejarahnya telah memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan masyarakat sehingga peran tersebut menjadi penting terutama mempertimbangkan kecenderungan kuat dunia global terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Pesantren diharapkan muncul sebagai basis 3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 45.

3 pendidikan yang menekankan keutamaan akhlak (imtak), sehingga dapat memberi kontribusi moral kemanusiaan pada dunia iptek. 4 Tujuan dari pendidikan pesantren adalah untuk membentuk para peserta didik atau santrinya menjadi muslim yang takwa yang selalu menyerahkan diri kepada Allah Swt., sesuai dengan Firman Allah Swt., surah Ali Imran ayat 102: Dalam hal ini agama Islam berarti menyerah diri sepenuhnya kepada Allah Swt., yang meliputi segala aspek yang ada dalam dirinya. Sementara itu Dr. Nurcholis Madjid memberikan suatu gambaran sebagai alternatif dari tujuan pendidikan di pesantren sebagai berikut: tujuan pendidikan di pondok pesantren adalah terbentuknya manusia yang memiliki kesadaran yang setinggi-tingginya akan bimbingan agama Islam, weltanschauung yang bersifat menyeluruh, dan diperlengkapi kemampuan setinggi-tingginya untuk mengadakan responsi terhadap tantangan-tantangan dan tuntutan-tuntutan hidup dalam konteks ruang, dan waktu yang ada, Indonesia dan abad sekarang. 5 Pesantren berfungsi sebagai sarana mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Terlepas dari perkembangan 4 Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1998), h. 317. 5 M. Dawam Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah. Cet-1, (Jakarta: P3M, 1985), h. 15.

4 pesantren dari waktu ke waktu tentu mempunyai titik lebih yang dipertahankan dan dikembangkan, serta titik kurang yang harus diatasinya. Abdrurrahman Wahid menyebutkan bahwa di antara kelebihan pesantren adalah terletak pada kemampuaannya menciptakan sebuah sikap universal yang merata yang diikuti oleh semua santri sehingga lebih mandiri. Sebaliknya aspek lain yang disadari sebagai kelemahan pesantren adalah manajemen pengelolaan pondok, kaderisasi pimpinan, disiplin, kebersihan lingkungan pesantren termasuk juga orisinilitas pesantren yang semakin lama semakin menghilang, khususnya pesantren yang mulai menyelenggarakan pendidikan formal. 6 Amin Haedari menyatakan dalam babakan sejarah bangsa tidak lepas dari peran pesantren, karena peran dan konstribusinya sangat baik dibanding komponen bangsa lainnya, ketika mampu mengelola warisan tradisi salafi dan budaya lokal. Ditambah lagi pesantren mampu menjadi kekuatan alternatif sekaligus sebagai counter-culture terhadap budaya hegemonik yang mengacam eksistensi budaya dan tradisi masyarakat Indonesia. 7 Zamakhsyari Dhofier menyatakan bahwa tradisi pesantren sebagai penerus tradisi peradaban melayu nusantara memiliki dasar pandangan keagamaan yang mudah dipadukan dengan modernitas. Tradisi pesantren sebagai ujung tombak pembangunan peradaban melayu nusantara antara abad ke-15 sampai abad ke-18 menjadikan mayoritas penduduk melayu nusantara 6 Husnul Yaqin, Sistem Pendidikan Pesantren di Kalimantan Selatan, (Banjarmasin: Antasari Pers, 2009), h. 1-6. 7 Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernisasi dan Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta: IRD Pres, 2004), h. 6.

5 sekarang ini beragama Islam. Kekuatan bangsa untuk mencerdaskan generasi muda di pedesaan dengan cepat dan merata kini berada di lembaga-lembaga pesantren. 8 Sabilal Muhtadin merupakan yayasan pondok pesantren yang berada di desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten kotawaringin Timur Kalimantan Tengah dan pengasuhnya sekarang adalah KH. Zainuri HB, Lembaga pendidikan tersebut terdiri dari Madrasah Salafiyah (Pesantren), Madrasah Ibtidayah dan Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Muridmurid yang ada di yayasan pondok pesantren Sabilal Muhtadin tidak hanya orang-orang yang dekat saja tetapi juga tempat lain yang jauh dari pesantren tersebut dan mereka bisa menempati asrama yang telah disediakan. Sabilal Muhtadin merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di kecamatan Mentaya Hilir Selatan (Samuda), dan bahkan merupakan pondok Pesantren tertua di Kabupaten Kotawaringin Timur, tepatnya di desa Jaya Karet yang berdiri sejak tahun 1969 hingga sekarang, yang tahun demi tahun memiliki perubahan baik dari segi guru, santri, maupun sarana prasananya yang semakin bertambah, dengan berdiri pesantren Sabilal Muhtadin membuat masyarakat senang karena memberi dampak positif bagi desa tersebut. Peran pesantren sangat penting karena pendidikan di pesantren lebih menekankan keutamaan akhlak kepada peserta didiknya, tempat untuk mendalami ilmu agama dan untuk menjadikan mereka sebagai generasi penerus 8 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Memadukan Modernitas untuk Kemajuan Bangsa, (Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2009), h. 25-30.

6 yang paham, mengerti tentang agama, mengamalkan serta mengajarkan ilmu agama tersebut kepada orang lain. Berdasarkan pada pengamatan sementara bahwa pesantren Sabilal Muhtadin Samuda telah melahirkan guru-guru agama sebagai generasi penerus khususnya Madrasah Salafiyah. Materi pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran agama seperti pembelajaran kitab kuning tetapi lebih diutamakan pembelajaran akhlak dan fiqih untuk penerapan dalam masyarakat serta pembelajaran tambahan seperti matematika dan sebagainya serta dengan adanya didikan dan bimbingan serta kegiatan yang diberikan yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan para peserta didiknya secara maksimal. Sebagaimana pesantren yang sejak dulu sampai sekarang telah banyak melahirkan orang-orang yang memiliki kemampuan dalam ilmu keagamaan untuk mengarahkan, membimbing, dan mendidik orang lain berdasarkan hukumhukum Islam. Untuk melihat keadaan serta peran pesantren Sabilal Muhtadin Samuda sebagaimana peran pesantren yang telah kita ketahui oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peran Pesantren Sabilal Muhtadin dalam melahirkan guru-guru agama di desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Samuda. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah agar penelitian lebih terarah yaitu: Bagaimana Peran Pesantren Sabilal

7 Muhtadin di desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Samuda dalam Melahirkan Guru-guru Agama? C. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul yang dimaksud, maka penulis merasa perlu untuk memberikan pengertian serta penegasan terhadap judul yaitu: 1. Peran adalah kedudukan atau suatu bagian dari tugas dan kewajiban yang harus dilakukan seseorang. Peran yang dimaksud disini adalah kedudukan/keterlibatan lembaga pendidikan Pesantren Sabilal Muhtadin di desa Jaya Karet Samuda dalam melahirkan guru-guru agama yang mampu membimbing, mendidik dan mengajarkan ilmu agama di sekolah maupun di masyarakat khususnya pada peserta didik di Madrasah Salafiyahnya. 2. Menurut Haidar Putra Daulay, Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam awal di Indonesia yang pada tahap awal sebelum masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia semata-mata mengajarkan kitab-kitab klasik yang bertujuan untuk membentuk ulama, kyai yang berkompoten dalam bidang ilmu diniyah. 9 Pesantren Sabilal Muhtadin adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan dan mendidik peserta didiknya ilmu agama serta ilmu umum agar ketika mereka lulus mereka 9 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: kencana, 2004), h. 36.

8 tidak hanya memperoleh ilmu umum saja tetapi mereka juga memperoleh ilmu agama yang lebih mendalam sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan serta agar mereka dapat mendidik orang lain dan mengajarkan ilmu yang telah mereka peroleh dan dalam penelitian ini lebih fokus pada Madrasah Salafiyah yang ada di Pesantren Sabilal Muhtadin yaitu mengenai peranannya dalam melahirkan guru-guru agama dapat dilihat dari pembinaan in put, sistem pendidikan yang diterapkan/digunakan dan hasil dari out put Madrasah Salafiyah tersebut. 3. Guru agama adalah guru yang mengajarkan mata pelajaran agama tetapi juga diartikan sebagai orang dewasa yang memilki kemampuan agama Islam untuk mengarahkan, membimbing, dan mendidik orang lain berdasarkan hukum-hukum Islam. Guru agama yang dimaksud disini bukan hanya guru agama yang mengajar di sekolah tetapi juga yang ada di masyarakat seperti tokoh-tokoh ulama kyai maupun da i yang mampu mendidik dan mengajarkan ilmu agama kepada orang lain yang tidak hanya terfokus di sekolah seperti halnya mengajar mengaji, menjadi imam, menyampaikan khutbah serta kegiatan keagamaan lainnya yang bermanfaat untuk orang lain. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: Peran Pesantren Sabilal Muhtadin

9 di desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Samuda dalam melahirkan guru-guru agama. E. Signifikasi Penelitian Setelah penelitian dilaksanakan semoga memberi manfaat serta berguna untuk sekarang dan nantinya, antara lain sebagai berikut : 1. Sebagai bahan pertimbangan, informasi dan pemahaman untuk pemerintah dan masyarakat serta peneliti agar lebih memperhatikan lembaga pendidikan pesantren karena melihat dari segi perannya yang sangat penting dalam melahirkan guru-guru agama sebagai generasi penerus yang lebih memahami ilmu agama agar mereka dapat mendidik dan mengajarkan ilmu agama tersebut kepada orang lain. 2. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan pembaca tentang peran pesantren yang sangat penting dalam melahirkan guru-guru agama. F. Tinjauan Pustaka Mengenai tijauan pustaka penulis mendapat tiga buku yang memiliki kemiripan dengan judul yang ingin diteliti oleh penulis yaitu sama membahas tentang pesantren tetapi memiliki perbedaan dari segi isi yang ingin dicari penulis yang berjudul Peran Pesantren Sabilal Muhtadin Dalam Melahirkan Guru-guru Agama di Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Samuda yang berisi tentang peran pesantren dalam melahirkan guru-guru

10 agama, sedangkan ketiga buku tersebut yaitu pertama buku yang berjudul Peranan Pesantren dalam Mengembangkan Budaya Damai yang ditulis oleh Nuhrison M. Nuh yang mana dalam pembahasannya tentang peranan pengasuh pondok pesantren dalam mengembangkan budaya damai. Kedua buku yang berjudul Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat yang yang ditulis oleh Choirul Fuad Yusuf dkk yang berisi tentang model yang diterapkan oleh pesantren terkait dengan pengembangan ekonomi, efektifitas dari model pengembangan ekonomi pesantren, dan bagaimana model alternatif pengembangan ekonomi pesantren. Ketiga buku yang berjudul Pesantren dari Transformasi Metologi Menuju Demokratisasi Institusi yang ditulis oleh Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag. yang berisi tentang tranformasi kepemimpinan pesantren, transformasi sistem pendidikan pesantren, transformasi institusi di pesantren, transformasi kurikulum pesantren dan transformasi metode pendidikan pesantren serta faktor yang mempengaruhi transformasi dan impikasinya. G. Sistematika Penulisan Agar mempermudah dalam memahami pembahasan ini, maka penulis membuat sistematika penelitian sebagai berikut : BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, tijauan pustaka, signifikasi penelitian, dan sitematika penulisan.

11 BAB II Landasan Teori yang berisi tentang pengertian dan tujuan pesantren, sejarah pesantren, peran pesantren. BAB III Metodologi penelitian yang berisi tentang sifat dan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data, serta prosedur penelitian. BAB IV laporan hasil penelitian yang berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data, dan analisis data. BAB V Penutup yang berisi tentang simpulan dan saran.