HUBUNGAN POPULASI NGENGAT PENGGEREK BATANG PADI YANG TERTANGKAP PERANGKAP LAMPU DENGAN INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI DI SEKITARNYA

dokumen-dokumen yang mirip
commit to users I. PENDAHULUAN

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

Erlinda Damayanti, Gatot Mudjiono, Sri Karindah

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS

RANCANG BANGUN ALAT PERANGKAP HAMA TANAMAN PADI MENGGUNAKAN ARDUINO MEGA 2560

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN HAMA TERPADU DAN KONVENSIONAL TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI DAN MUSUH ALAMI PADA TANAMAN PADI

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.)

POPULASI DAN SERANGAN Cnaphalocrosis medinalis (LEPIDOPTERA; PYRALIDAE) PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

IDENTIFIKASI HAMA PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI MENGGUNAKAN SENSOR TCS3200 Gunawan Rudi Cahyono 1, Nurmahaludin 2

PREFERENSI PENGGEREK BATANG PADI PUTIH Scirphopaga innotata Walker (Lepidoptera : Pyralidae) PADA TIGA VARIETAS PADI GOGO

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

Kelimpahan Populasi dan Serangan Penggerek Batang Padi pada Tanaman Padi di Kabupaten Tabanan

J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

TEKNIK PENDUKUNG DITEMUKANNYA PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SEBAGAI INANG ALTERNATIF BAGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (SCIRPOPHAGA INNOTATA)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH :

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGENDALIAN TERPADU HAMA PENGGEREK BATANG PADI DI KELURAHAN PENATIH, KECAMATAN DENPASAR TIMUR, KOTA DENPASAR

BIOMA, Juni 2015 ISSN: Vol. 17, No. 1, Hal. 9-15

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PADI TRANSGENIK MENGEKSPRESIKAN GEN cryia(b) UNTUK KETAHANAN TERHADAP PENGGEREK BATANG DI LAPANG TERBATAS TERHADAP SERANGGA BUKAN SASARAN

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

PERKEMBANGAN POPULASI SIPUT SETENGAH CANGKANG (Parmarion sp.) DAN UMUR TANAMAN TERHADAP KERUSAKAN DAN PRODUKSI KUBIS BUNGA

KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID TELUR YANG BERASOSIASI DENGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI KUNING PADA PERTANAMAN PADI DI KABUPATEN TABANAN

KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID Trichogramma sp DAN SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI BERBAGAI TIPE LAHAN SKRIPSI OLEH : ANNA SARI SIREGAR AGROEKOTEKNOLOGI

Serangan Penggerek Batang Padi dan Peran Musuh Alami dalam Mengendalikan Populasinya pada Persawahan Tanam Serentak dan Tidak Serentak

STATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Mengenal Tikus Sawah

PENGARUH PENERAPAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) TERHADAP POPULASI PENGGEREK BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Wlk.

Keragaman dan Kelimpahan Populasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi di Kabupaten Tabanan

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

Populasi Penggerek Batang Padi pada Ekosistem Sawah Organik dan Sawah Anorganik. Abstract

DINAMIKA WERENG COKLAT TANAMAN PADI DI WILAYAH INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Tanaman Padi Transgenik Balitbio terhadap Hama Penggerek Batang

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

TINJAUAN PUSTAKA Keragaman Iklim

Uji Beberapa Bahan Aktif Insektisida Untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga Incertulas)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Serangga Hama dan Arthropoda Predator yang Terdapat pada Padi Lebak di Desa Pelabuhan Dalam Kecamatan Pemuluatan Provinsi Sumatera Selatan

Bioasai Lanjutan Tanaman Padi Transgenik Putatif CryIA(b) Generasi T1, T2, dan T3

Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Abdul Hamid 1) dan Herry Nirwanto 2) 2). UPN Veteran Jawa Timur ABSTRACT

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

MANIPULASI HABITAT SEBAGAI SOLUSI TERJADINYA OUTBREAK WERENG COKLAT

HUBUNGAN INTENSITAS SERANGAN DENGAN ESTIMASI KEHILANGAN HASIL AKIBAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(1):35-45, 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

IDENTIFIKASI ARTHROPODA HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA GUDANG BERAS PERUM BULOG DAN GUDANG GABAH MITRA KERJA DI KABUPATEN JEMBER

PENGARUH BEBERAPA JENIS TANAMAN PENDAMPING TERHADAP HAMA Phyllotreta striolata F. (COLEOPTERA: CHRYSOMELIDAE) PADA BUDIDAYA SAWI HIJAU ORGANIK

PENGGUNAAN PERANGKAP WARNA TERHADAP POPULASI HAMA LALAT PENGGOROK DAUN (Liriomyza huidobrensis) PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna unguiculata (L.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengorok Daun Manggis

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

HASIL DAN PEMBAHASAN

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

HASIL DAN PEMBAHASAN

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

POPULASI DAN INTENSITAS SERANGAN HAMA PUTIH (Nymphula depunctalis Guene) PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

Keragaman Jenis dan Kelimpahan Populasi Penggerek Batang Padi dan Serangga Lain Berpotensi Hama Pada Ekosistem Sawah Organik

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

TINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

Transkripsi:

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 88 HUBUNGAN POPULASI NGENGAT PENGGEREK BATANG PADI YANG TERTANGKAP PERANGKAP LAMPU DENGAN INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI DI SEKITARNYA Evana Nuzulia Pertiwi, Gatot Mudjiono, Rina Rachmawati Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT The data of pest captured by light trap can be utilized to monitor pest attack in an area, so it can be determined early when the pest will attack that area. This research was conducted to determine the relationship of amount stem borer moths which captured by light trap with the attack intensity in field. The effectivity of light trap capture started on 7 pm until 10 pm. The highest population of stem borer moth were on 4 week after planted of plant (WAP) and decreased on the next week. The highest attack intensity were on 5 WAP (3,33%). The more population of stem borer moth which captured by light trap, the bigger percentage of attack intensity that happened in field with determination coeficiency is 0,789. Correlation coefficient (0.888) indicated a very strong relationship level. Keywords: stem borer, light trap, attack, effectivity, correlation. ABSTRAK Data OPT hasil tangkapan perangkap lampu dapat digunakan sebagai bahan dalam memonitoring serangan hama dalam suatu kawasan sehingga dapat diketahui kapan terjadinya serangan OPT sejak dini. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari hubungan jumlah ngengat penggerek batang padi yang tertangkap perangkap lampu dengan intensitas serangan yang terjadi di lapang. Penggunaan perangkap lampu yang paling efektif dimulai pada pukul 19.00 sampai 22.00. Puncak populasi ngengat penggerek batang padi terjadi pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) dan menurun pada minggu berikutnya. Intensitas serangan penggerek batang padi tertinggi (3,33 %) terjadi saat tanaman berumur 5 MST. Semakin banyak populasi ngengat yang tertangkap perangkap lampu, semakin besar persentase intensitas serangan penggerek batang padi yang terjadi di lapang dengan koefisien determinasi R 2 = 0,789. Koefisien korelasi r yaitu 0,888 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat. Kata kunci : penggerek, perangkap lampu, serangan, efektif, korelasi PENDAHULUAN Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditi utama sebagai bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini beras masih merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi oleh sekitar 90 persen penduduk Indonesia. Salah satu kendala yang berhubungan erat dengan peningkatan produksi adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Pertiwi et al, Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi Dengan Intensitas Serangan 89 Terdapat enam jenis penggerek batang padi di Indonesia, dua di antaranya dominan yaitu penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata Wlk.) dan penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Wlk.) (Mulyaningsih et. al, 2009). Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan penggerek batang padi ada dua macam, yaitu sundep pada fase vegetatif dan beluk pada masa generatif (Pathak dan Khan, 1994). Perangkap lampu umumnya sangat efisien digunakan untuk menangkap serangga terbang malam khususnya golongan famili Lepidoptera. Data OPT yang diperoleh dari hasil tangkapan perangkap lampu dapat digunakan sebagai bahan dalam memonitoring serangan hama dalam suatu kawasan sehingga dapat diketahui kapan terjadinya serangan OPT sejak dini (Anonymous, 2008). Terkait dengan pemanfaatan perangkap lampu yang telah banyak dilakukan dan merupakan metode yang efisien dalam memerangkap ngengat, maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan jumlah ngengat penggerek batang padi yang tertangkap perangkap lampu terhadap intensitas serangan yang terjadi di lapang. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung dan Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Tulungagung (LPHPTPH). Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Mei 2013. Alat dan bahan yang digunakan adalah perangkap lampu tenaga surya (terdiri dari lampu neon berdaya 20 Watt, tiang, panel solar, aki, corong, penangkap petir, dan baskom) alkohol 90%, air, dan detergen. Metode Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu 1) tingkat populasi ngengat penggerek batang padi dan 2) intensitas serangan penggerek batang padi. Penelitian dilaksanakan di beberapa daerah endemis serangan penggerek batang padi di Kabupaten Tulungagung yang berlokasi di dua desa di Kecamatan Kauman, yaitu Desa Pucangan dan Desa Karanganom. Di areal persawahan setiap desa itu telah dipasang sebuah perangkap lampu oleh LPHPTPH. Perangkap lampu digunakan untuk melakukan percobaan 1. Setiap desa ditetapkan enam petak contoh sawah di sekitar perangkap lampu. Petak-petak tersebut digunakan untuk melakukan percobaan 2. Setiap petak contoh berukuran 10 meter 10 meter. Lampu perangkap dipasang pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah. Energi yang digunakan untuk menyalakan lampu berasal dari panel surya yang telah dihubungkan dengan aki. Perangkap lampu telah didesain untuk menyala secara otomatis pada malam hari dengan lama nyala 9 jam. Pengamatan jenis serangga yang terperangkap dilakukan setiap hari selama 7 hari dimulai pada pukul 18.00 sampai 05.00 dan dihitung jumlah serangga yang terperangkap berdasarkan perannya kemudian diidentifikasi. Pengamatan populasi penggerek batang padi menggunakan perangkap lampu dilakukan seminggu sekali selama delapan minggu pengamatan. Pengamatan tingkat serangan penggerek batang padi pada petak 1 sampai 6 dilakukan seminggu sekali dimulai saat tanaman berumur 3 MST sampai 10 MST. Setiap petak ditetapkan sembilan titik pengamatan dengan menggunakan metode

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 90 sistematis. Satu titik pengamatan ditetapkan empat rumpun tanaman padi. Jumlah rumpun yang diamati di setiap desa adalah 216 rumpun. Kerusakan yang disebabkan oleh penggerek batang padi dihitung dengan rumus I= 100% yang I adalah intensitas serangan mutlak (%), a adalah banyak contoh (rumpun tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak, b adalah banyaknya contoh yang tidak rusak (tidak menunjukkan gejala serangan) Analisis Data Data percobaan yang diperoleh dianalisis dengan uji regresi dan uji korelasi. Uji regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara populasi ngengat penggerek batang padi yang terperangkap pada perangkap lampu dan intensitas serangan di sekitarnya. Analisis korelasi digunakan untuk menjelaskan derajat hubungan parameter. Tabel 1. Kriteria penilaian korelasi parameter pengamatan di Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung (Sugiyono, 2003) Interval Koefisian Tingkat Hubungan 0.00 0.199 Sangat Rendah 0.20 0.399 Rendah 0.40 0.599 Sedang 0.60 0.799 Kuat 0.80 1.000 Sangat Kuat HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Arthropoda yang Diperoleh pada Perangkap Lampu Serangga-serangga hama dan musuh alami yang diperoleh pada perangkap lampu selama fase vegetatif berperan antara lain sebagai predator, herbivora, parasitoid, detrivora, dan vektor. Nilai persentase tertinggi adalah serangga yang berperan sebagai predator yaitu 48,50 % dari total jenis serangga yang diperoleh (Tabel 2). Boror (1996) menyatakan bahwa serangga-serangga predator memegang peranan penting dalam menekan populasi serangga hama. Oleh karena itu, nilai persentase spesies predator yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah musuh alami di lahan pengamatan tergolong memadai. Nilai persentase serangga yang berperan sebagai herbivora adalah 8,68 %. Keberadaan herbivora pada lahan pengamatan tidak menimbulkan permasalahan yang serius karena populasi herbivora sedikit dan dapat diimbangi dengan keberadaan musuh alaminya, yaitu populasi predator dan parasitoid yang lebih tinggi sehingga dapat menekan populasi serangga herbivora. Sedangkan nilai terendah adalah serangga yang berperan sebagai parasitoid yaitu 7,5 %. Nilai persentase serangga lain seperti serangga detrivora dan vektor adalah 27,70 %. Tabel 2. Komposisi Spesies Serangga Predator, Herbivora, Parasitoid, dan Serangga lain Fauna Jumlah Famili Persentase (%) Predator 11 48,50 Herbivora 8 8,68 Parasitoid 3 7,54 Serangga lain 6 27,70

Pertiwi et al, Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi Dengan Intensitas Serangan 91 Tinggkat populasi serangga (ekor) 60 50 40 30 20 10 0 53.89 35.53 12.88 11.53 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 Waktu pengamatan Predator Herbivora Parasitoid Serangga lain Gambar 1. Jumlah spesies serangga yang tertangkap perangkap lampu pada setiap jam mulai pukul 18.00 sampai 05.00 Populasi serangga yang tertangkap meningkat mulai pukul 19.00 dan menurun secara fluktuatif sampai pukul 05.00, kecuali serangga lain yang terdiri dari serangga detrivora dan vektor dengan puncak populasi tertinggi pada pukul 23.00 (Gambar 1). Serangga detrivora berfungsi sebagai serangga pemakan tanaman maupun tumbuhan yang telah mati dan membusuk. Selain itu, serangga detrivora merupakan sumber makanan alternatif bagi serangga predator. Mahrub (1997) menyatakan bahwa jumlah populasi predator yang tinggi juga dapat dipengaruhi oleh tingginya keberadaan serangga detrivora yang dapat berfungsi sebagai sumber pakan alternatif predator. Predator pada umumnya bersifat polifag, yaitu mampu bertahan hidup tidak hanya dengan memangsa golongan herbivora saja. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa penggunaan perangkap lampu yang efektif adalah sejak pukul 19.00 dan diakhiri pada pukul 22.00 sehingga dapat mencegah tertangkapnya lebih banyak serangga bermanfaat seperti predator, parasitoid, dan serangga lainnya. Jumlah Ngengat Penggerek Batang Padi yang Terperangkap Rerata populasi ngengat penggerek batang padi pada awal pengamatan 3 MST adalah 3,5 ekor/perangkap dan populasi tertinggi terjadi pada minggu kedua (4 MST) yaitu 6 ekor/perangkap (Tabel 3). Populasi meningkat pada awal tanam sampai awal muncul malai dan setelah itu menurun hingga tanaman berumur 10 MST menjadi 0,5 ekor/perangkap. Jenis penggerek batang padi yang banyak tertngkap adalah penggerek batang padi kuning S. incertulas.

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 92 Tabel 3. Jumlah Ngengat Penggerek Batang Padi yang Terperangkap Perangkap Lampu. Minggu ke- Jumlah (ekor/perangkap) Pucangan Karanganom Total Rerata 1 3 4 7 3,5 2 8 4 12 6,0 3 7 4 11 5,5 4 5 3 8 4,0 5 2 2 4 2,0 6 2 1 3 1,5 7 1 0 1 0,5 8 1 0 1 0,5 Persentase Serangan Penggerek Batang Padi pada Pertanaman Padi Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata persentase tertinggi serangan penggerek batang padi di lapang mencapai 3,33 % pada minggu ketiga (5 MST) (Tabel 4). Serangan dari larva penggerek batang padi meningkat dari minggu kedua ke minggu ketiga dan menurun secara signifikan setelah tanaman berumur 5 hingga 10 MST (Gambar 2). Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi terhadap Persentase Serangan Dari hasil analisis regresi korelasi terhadap populasi ngengat dan persentase serangan penggerek batang padi diperoleh nilai persamaan Y t = - 0,298 + 0,468 X t-1 dengan koefisien determinasi R 2 = 0,789 (F = 18,727; P < 0,05). Nilai koefisien determinasi menyatakan bahwa pengaruh populasi ngengat penggerek batang padi pada minggu t-1 dalam menentukan intensitas serangan pada minggu t sebesar 78,9 % dan 21,1 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain (Gambar 3). Koefisien korelasi memiliki nilai r = 0,888 (t = 4,327; P < 0,05). Berdasarkan kriteria penilaian korelasi, nilai r menunjukkan tingkat hubungan yang sangat kuat.. Tabel 4. Persentase Rerata Serangan Penggerek Batang Padi pada Petak Pengamatan Minggu Petak ke- 1 2 3 4 5 6 Total (%) Rerata (%) 1 0,11 3,64 1,90 0,71 0,38 0,00 6,74 1,12 2 1,43 0,40 1,15 1,95 0,42 0,65 6,00 1,00 3 1,91 2,89 4,33 3,11 2,38 5,35 19,97 3,33 4 1,96 1,50 2,56 1,31 1,72 2,63 11,66 1,94 5 1,69 1,07 0,63 0,52 0,91 0,75 5,58 0,93 6 0,49 0,59 0,92 1,87 0,71 1,29 5,88 0,98 7 0,21 0,36 0,42 0,35 0,31 0,38 2,03 0,34 8 0,12 0,09 0,17 0,31 0,07 0,20 0,96 0,16

Pertiwi et al, Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi Dengan Intensitas Serangan 93 intensitas serangan (%) 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 3.33 1.94 1.12 1 0.93 0.98 0.34 0.16 1 2 3 4 5 6 7 8 waktu pengamatan (minggu) Gambar 2. Persentase rerata serangan penggerek batang padi pada petak pengamatan Intensitas serangan (%) 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0-0.5 Yt = - 0,298 + 0,468 Xt-1 R² = 0,7898fdxbxdvdfvd 0 1 2 3 4 5 6 7 Populasi imago (ekor) Gambar 3. Grafik regresi linier populasi ngengat terhadap persentase serangan Pembahasan Ngengat penggerek batang padi sudah terperangkap sejak tanaman padi berumur 3 MST. Populasi dapat ditemukan lebih awal apabila perangkap lampu diamati lebih awal karena penggerek batang dapat menyerang tanaman mulai dari persemaian sampai tanaman stadia matang. Penggerek batang yang terdapat di persemaian dapat terbawa ke pertanaman padi dan dapat menyebabkan serangan hama yang berkelanjutan. Populasi ngengat meningkat pada awal tanam sampai muncul malai mencapai 6 ekor/perangkap dan menurun pada fase berikutnya. Jenis penggerek batang padi yang banyak ditemukan di pertanaman adalah penggerek batang padi kuning (S. incertulas). Menurut Hendarsih dkk. (2000), ngengat penggerek batang ini memliki sayap berwarna kuning dengan titik hitam pada kedua sayapnya sehingga mudah untuk diidentifikasi. Intensitas serangan penggerek batang padi meningkat pada awal tanam dan menurun pada fase generatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusdiaman dan Kurniawati (2007) bahwa tingkat serangan

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 94 penggerek batang pada 3 MST menunjukkan tingkat serangan yang tinggi di atas ambang kendali yaitu 6,62 % sampai dengan 20,6 % dan pada 5 sampai 11 MST tingkat serangan penggerek batang cukup terkendali. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (2002), menetapkan ambang kendali penggerek batang padi berdasarkan kerusakan tanaman pada stadia vegetatif sebesar 6% dan pada stadia generatif 10%. Semakin banyak populasi ngengat penggerek batang padi di lapang, maka semakin banyak juga persentase serangan yang disebabkan oleh larva. Pada penelitian ini didapatkan data korelasi dengan koefisien determinan yang cukup tinggi dan tingkat hubungan yang sangat erat antara jumlah populasi ngengat dengan persentase gejala di pertanaman yaitu R 2 = 0,789. Koefisien determinan tersebut memiliki nilai yang hampir sama dengan nilai koefisien determinan dari model peramalan luas serangan penggerek batang padi kuning sebesar R 2 = 0,72 (BBPOPT, 2004). KESIMPULAN Serangga predator memiliki populasi yang lebih besar (48,50 %) dari pada jenis serangga lainnya. Penggunaan lampu perangkap yang paling efektif dimulai pada pukul 19.00 sampai 22.00 sehingga dapat mencegah tertangkapnya lebih banyak lagi serangga bermanfaat seperti predator, parasitoid, dan serangga lainnya. Puncak populasi ngengat penggerek batang padi terjadi pada saat tanaman berumur 4 MST dan menurun pada minggu berikutnya. Intensitas serangan penggerek batang padi tertinggi (3,33 %) terjadi pada saat tanaman berumur 5 MST. Semakin banyak populasi ngengat yang tertangkap perangkap lampu, semakin besar persentase serangan penggerek batang padi yang terjadi di lapang. Terdapat korelasi yang sangat erat antara hubungan populasi ngengat penggerek batang padi dengan intensitas serangan di lapang (r = 0,888). DAFTAR PUSTAKA Altieri, M. A., Nichols, C. I. 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystem, Second Edition. Food Products Press. New York. 185 hlm. Anonymous. 2008. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindugan Tanaman Pangan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta BBPOPT. 2004. Pedoman Pengembangan dan Operasional Peramalan Organisme Penggaggu Tumbuhan. Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan. 42 hlm. Borror, D. J., C.A Triplehorn dan N. F. Johnson, 1996 Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1083 hlm. Cherian, M. C., Subramaniam, C. K. 1940. Tetrastichus ayyari Rohw. A Pupal Parasite of Some Moth Borers in South India. Agricultural Researcch Institute. Indian J. Ent., II (1) : 75-77. Hendarsih, S., Kertoseputro D., Usyati N. 2000. Pemetaan Spesies dan Parasitoid Penggerek Batang

Pertiwi et al, Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi Dengan Intensitas Serangan 95 Padi di Pulau Jawa. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Padi. 30 hlm. Kusdiaman, D., Kurniawati N., 2007. Kajian Pengendalian Penggerek Batang Padi dengan Monitorig Lampu Perangkap dan Pelepasan Parasitoid Telur. Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Hlm 383-392. Mahrub, E. 1997. Struktur Komunitas Arthropoda Pada Ekosistem Padi Tanpa Perlakuan Insektisida. dalam Kumpulan Prosiding Konggres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi. Bandung, 24 26 Juni 1997. Bandung Mulyaningsih, Enung S., D. Puspita, dan L. Salmet. 2009. Dampak Padi Transgenik Mengekspresikan Gen cryia(b) untuk Ketahanan terhadap Penggerek Batang Padi di Lapang Terbatas terhadap Serangga Bukan Sasaran. Jurnal HPT Tropika. Vol. 9, No. 2: 85-91 Pathak, M. D. dan Z. R. Khan. 1994. Insect Pest of Rice. IRRI. Manila. 89 hlm. Sugiyono,2003. Metodologi Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. 540 hlm.