ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

III. METODE PENELITIAN. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan data sekunder.

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta dalam beberapa tahun terakhir sedang melakukan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PDB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Perekonomian

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

PROFIL KABUPATEN / KOTA

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan adanya perubahan struktur ekonomi. Salah satu sektor di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Disusun oleh: I S K A N D A R B 300 060 013 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses berkala dan terus-menerus berubah kearah yang lebih baik. Untuk itu, pada setiap proses dibutuhkan dana, biaya dan sumber daya yang cukup, agar pembangunan bisa menyentuh setiap lapisan masyarakat. Namun demikian sumber-sumber yang ada tidak cukup untuk membiayai semua jenis kegiatan. Maka kepada daerah-daerah, diwajibkan untuk menggali sendiri sumber pembiayaan, mengingat terbatasnya biaya tersebut. Bagi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sumber penerimaan bagi pendapatan daerah, berasal dari sumber sumber daya alam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya daerah persawahan, kehutanan, kelautan dan pertanian. Sudah menjadi ciri tersendiri bahwa struktur di daerah perkotaan lebih cenderung kepada perdagangan, transportasi dan komunikasi. Untuk itu, sumber penerimaan yang potensial dan strategis adalah dari pajak daerah yang dipungut. Sehingga meningkatnya potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Nanggoe Aceh Darussalam berdasarkan faktor produksi sektoral. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), adalah pajak dan retribusi daerah merupakan penyumbang terbesar, sehingga muncul anggapan bahwasanya Pendapatan Asli Daerah (PAD) identik dengan pajak dan

retribusi Daerah. Hal tersebut diperkuat dengan komposisi pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 : Komposisi PAD Propinsi Tahun 2000, 2001, dan 2002 (Dalam jutaan rupiah) Tabel 1.2 : Komposisi PAD Kab/Kota Tahun 2000, 2001, dan 2002 (Dalam jutaan rupiah) Komposisi PAD Propinsi 2000 2001 2002 Jumlah Proporsi Proporsi Proporsi Jumlah Jumlah % % % Pos Pajak 3.304.234,91 83,59 8.458.663,60 85,23 8.586.984,2 9 84,25 Daerah Pos Retribusi Daerah 222.630,91 5,63 486.126,95 4,90 616.782,91 6,05 Pos Laba 109.664,11 2,77 143.905,03 1,45 266.160,03 2,61 BUMD Pos Lain- 316.211,89 8,00 835.602,78 8,42 721.648,54 7,08 Lain Pend. Jumlah PAD 3.952.741,82 100,00 9.924.298,36 100,00 10.188.575,77 100,00 Propinsi Rata-rata PAD Prop. 158.109,67 342.217,18 351.330,20 Sumber : APBD diolah DJPKPD (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah) Komposisi PAD Propinsi 2000 2001 2002 Jumlah Proporsi Proporsi Proporsi Jumlah Jumlah % % % Pos Pajak 741.312,58 50,94 2.268.455,30 43,36 2.365.504,60 41,36 Daerah Pos Retribusi Daerah 1.213.368,89 35,49 1.749.516,51 33,44 2.139.114,87 37,40 Pos Laba 94.960,63 2,78 109.641,61 2,10 165.457,07 2,89 BUMD Pos Lain- 368.859,30 10,79 1.103.665,40 21,10 1.049.271,28 18,35 Lain Pend. Jumlah PAD 3.418.501,40 100,00 5.231.278,82 100,00 5.719.347,83 100,00 Propinsi Rata-rata PAD Prop. 10.920,98 15.852,36 16.921,15 Sumber : APBD diolah DJPKPD (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah)

Komposisi tabel di atas terlihat bahwasanya pajak dan retribusi daerah merupakan elemen dominan penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik untuk daerah propinsi maupun Kabupaten/Kota dilihat dari numerik maupun prosentasenya. Untuk propinsi prosentase pajak terlihat sangat timpang dibandingkan perolehan prosentase elemen lainnya yang mencapai kisaran diatas 80%. Untuk kabupaten/kota prosentase antara pajak dan retribusi agak berimbang dimana hasil pencapaian retribusi daerah memperlihatkan trend meningkat di tahun 2002. Satu hal yang agak memprihatinkan adalah prosentase pencapaian Laba BUMD dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang tidak pernah melebih angka 5% setiap tahunnya baik di propinsi maupun kabupaten/kota (depkeu). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nominal NAD tahun 2008 tercatat sebesar Rp 75,05 triliun yang merupakan total pendapatan atau produksi barang dan jasa yang dihasilkan propinsi Aceh selama setahun. Nilai tersebut merupakan 1,5% dari total PDB nasional yang berjumlah sekitar Rp 4.954,03 triliun (depkeu). PRA-TSUNAMI 2004 Sebelum bencana tsunami 26 Desember 2004, perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi lokal di Nanggroe Aceh Darussalam, menyumbangkan 6,5 persen dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) senilai 1,59 triliun pada tahun 2004 (Dinas Perikanan dan Kelautan NAD 2005). Potensi produksi perikanan tangkap mencapai 120.209 ton per tahun sementara

perikanan budidaya mencapai 15.454 ton per tahun pada tahun 2003 (Dinas Perikanan dan Kelautan NAD 2004). Produksi perikanan tersebut merata, baik di Samudera Hindia maupun Selat Malaka. Industri perikanan menyediakan lebih dari 100.000 lapangan kerja, 87 persen (87.783) di sub sektor perikanan tangkap dan sisanya (14.461) di sub sektor perikanan budidaya. Sekitar 53.100 orang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian utama. Namun demikian, 60% adalah nelayan kecil menggunakan perahu berukuran kecil. Sekitar 18.800 unit perahu/kapal ikan di Aceh, hanya 7.700 unit yang mampu melaut ke lepas pantai. Armada perikanan tangkap berskala besar kebanyakan beroperasi di Aceh Utara, Aceh Timur, Bireuen, Aceh Barat dan Aceh Selatan (depkeu). Menurut Nurasa et. al. (1993), nelayan Aceh sebagian besar menggunakan alat tangkap pancing (hook and line). Alat tangkap lain adalah pukat, jaring cincin (purse seine), pukat darat, jaring insang, jaring payang, jaring dasar, jala dan lain-lain (depkeu). Infrastruktur penunjang industri ini meliputi satu pelabuhan perikanan besar di Banda Aceh, 10 pelabuhan pelelangan ikan (PPI) utama di tujuh kabupaten/kota dan sejumlah tempat pelelangan ikan (TPI) kecil di 18 kabupaten/kota. Selain itu terdapat 36.600 hektar tambak, sebagian besar tambak semi intensif yang dimiliki petambak bermodal kecil. Tambak-tambak ini terserbar di Aceh Utara, Pidie, Bireuen dan Aceh Timur (depkeu). Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia mengelola sebuah pusat pendidikan dan latihan (Pusdiklat) budidaya, sebuah pusat

penelitian dan pengembangan (Puslitbang) budidaya, sebuah laboratorium uji mutu perikanan dan sebuah kapal latih. Di tiap kabupaten/kota, terdapat dinas perikanan dan kelautan. Total aset di sektor perikanan pra-tsunami mencapai sekitar Rp1,9 triliun (depkeu). PASCA-TSUNAMI 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2005) memperkirakan 9563 unit perahu hancur atau tenggelam, termasuk 3969 (41,5%) perahu tanpa motor, 2369 (24,8%) perahu bermotor dan 3225 (33,7%) kapal motor besar (5-50 ton). Selain itu, 38 unit TPI rusak berat dan 14.523 hektar tambak di 11 kabupaten/kota rusak berat. Diperkirakan total kerugian langsung akibat bencana tsunami mencapai Rp 944.492,00 (50% dari nilai total aset), sedangkan total nilai kerugian tak langsung mencapai Rp3,8 milyar. Sebagian besar kerugian berasal dari kerusakan tambak. Kerusakan tambak budidaya tersebar merata. Bahkan di daerah yang tidak terlalu parah dampak tsunaminya (misalnya di Aceh Selatan), tambak-tambak yang tergenang tidaklah mudah diperbaiki dan digunakan kembali. Total kerugian mencapai Rp 466 milyar, sekitar 50% dari total kerugian sektor perikanan. Kerugian ekonomi paling besar berasal dari hilangnya pendapatan dari sektor perikanan (tangkap dan budidaya). Hilangnya sejumlah besar nelayan, hilang atau rusaknya sarana dan prasarana perikanan termasuk alat tangkap dan perahu serta kerusakan tambak menjadikan angka kerugian sedemikian besarnya (depkeu). Diperkirakan produksi perikanan di Aceh akan anjlok hingga 60%. Proses pemulihan diperkirakan membutuhkan waktu paling sedikit 5 tahun. Di sub sektor perikanan tangkap, bahkan diduga perlu waktu lebih lama (sekitar 10 tahun), karena banyaknya nelayan yang hilang atau meninggal selain rusaknya sejumlah besar perahu atau alat tangkap. Berdasarkan asumsi

tersebut, total kerugian yang mungkin terjadi hingga sektor ini pulih total dan kembali ke kondisi pra-tsunami diperkirakan mencapai Rp 3,8 triliun (depkeu). Melihat pertumbuhan ekonomi secara umum, perekonomian Aceh menunjukkan pertumbuhan positif tiap tahunnya. Meskipun penurunan drastis, produksi perikanan di Aceh membuat PDRB Aceh pada tahun 2004, 2005 dan 2006 anjlok sampai 60%, namun pertumbuhan di sektor lain masih bertahan pada level 1,9%. Artinya bahwa Aceh mempunyai sektor unggulan. Dilihat dari pembentukan PDRB dan tingkat penyerapan tenaga kerja, secara umum sektor unggulan di dalam 23 kabupaten/kota di Aceh adalah sektor pertanian yang terdiri atas pertanian tanaman bahan makanan, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan (depkeu). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengkaji tentang dampak sekotoral terhadap Pendapatan Asli Daerah, dengan menyusun skripsi yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006.

B. Perumusan Masalah Penulis dalam penelitian ini akan mengambil perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah faktor Output Sektoral berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006? 2. Faktor mana yang paling berpengaruh antara Output Sektoral terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli Daerah yaitu Output Sektoral di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006. 2. Menganalisis faktor mana yang paling berpengaruh antara Output Sektoral di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dipergunakan sebagai: 1. Bahan pertimbangan (masukan) untuk para pengambil keputusan atau sebagai dasar dalam menetapkan suatu kebijakan atau strategi

pembiayaan anggaran pembangunan daerah khususnya di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2. Sebagai pertimbangan (masukan) untuk menentukan kebijakan pembangunan agar dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, sehingga mengurangi ketergantungan pembiayaan dari pemerintah pusat. 3. Sebagai tambahan referensi, terutama sebagai bahan pertimbangan buat penelitian selanjutnya. E. Metodelogi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang di gunakan adalah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Daerah ini sengaja di pilih sebagai tempat penelitian disebabkan karena penulis ingin mengetahui seberapa besar kemampuan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber keuangan daerah guna mewujudkan otomoni daerah. 2. Sumber Data Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan mengambil data di Badan Pusat Statistik Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diambil dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang dikeluarkan oleh instansi atau badan-badan tertentu.

3. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section yang diambil dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai populasinya. Data yang digunakan meliputi Pendapatan Asli Daerah, dan Output Sektoral. 4. Metode Analisis Data Menilai data yang sudah terkumpul dengan menggunakan rumusrumus. Dalam menganalisa data untuk mencapai tujuan penelitian menguji hipotesa, penulis menguggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yaitu untuk menguji dan yang diambil dari buku literatur yang mengupas tentang teori-teori bersangkutan. Data kuantitatif ini dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Untuk hipotesanya akan dianalisis menggunakan alat analisis regresi linier dengan metode OLS (ordinary least square). Analisis data ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika persamaan regresi OLS sudah terbentuk dilakukan uji untuk membuktikan bahwa persamaan regresi OLS tersebut memenuhi asas sebagai persamaan regresi CNLRM (classical normal linier regression model). Uji tersebut meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Selanjutnya terhadap persamaan regresi yang memenuhi asas CNLRM dilakukan uji t dan uji F untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing variabel secara sendiri-sendiri dan

secara bersama-sama. Persamaan regresi ini sebagai berikut (Djarwanto Ps, 1993: 309): Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 +... β t X t Adapun regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Djarwanto Ps, 1993): Ln Y = β 0 + β 1 ln X 1 + β 2 ln X 2 + β 3 ln X 3 + β 4 ln X 4 + β 5 ln X 5 + β 6 ln X 6 + β 7 ln X 7 + β 8 ln X 8 + β 9 ln X 9 +Ut. Ketarangan: Y X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 : Pendapatan Asli Daerah (Ribuan rupiah) : Pertanian (Ribuan rupiah) : Pertambangan dan Penggalian (Ribuan rupiah) : Industri Pengolahan (Ribuan rupiah) : Listrik, Gas dan Air Bersih (Ribuan rupiah) : Bangunan (Ribuan rupiah) : Perdagangan, Hotel dan Restoran (Ribuan rupiah) : Pengangkutan dan Komunikasi (Ribuan rupiah) : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (Ribuan rupiah) X 9 β 0 : Jasa-jasa (Ribuan rupiah) : Konstanta

β 1... β 9 Ut Ln : Koefesien Regresi : Variabel Pengganggu : Logaritma Natural F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang tinjauan teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dan tinjauan terhadap penelitian yang dilakukan terdahulu dan hipotesis. BAB III METODELOGI PENELITIAN Metodelogi penelitian meliputi: Alat dan metode analisis Regresi Linier atau OLS (ordinary least square), Uji Asumsi Klasik (Multikolilinierlitas, Heteroskedastisitas, Uji Spesifikasi Model, Uji Normalitas), Uji Kelayakan Model (Interpretasi R 2, uji F), Uji validitas pengaruh (uji t), Data dan sumber data defenisi dan operasional variabel, sumber data).

BAB IV ANALISIS DATA Bab ini menguraikan deskripsi output sektoral terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, analisis data dan interprestasi ekonomi. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan atau kendala dalam penelitian, serta saran-saran yang sesuai dengan hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN