Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

dokumen-dokumen yang mirip
WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN TEKNIK WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DWT-SVD DAN RDWT-SVD. Abstract

PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM

PENYISIPAN WATERMARK PADA CITRA GRAYSCALE BERBASIS SVD

DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR DAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM UNTUK NOISE FILTERING PADA CITRA DIGITAL

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL

WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL BERBASIS DISCRETE WAVELET TRANSFORM DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION

PENERAPAN DISCRETE DAUBECHIS WAVELET TRANSFORM D A L A M W A T E R M A R K I N G C I T R A D I G I T A L

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR. Watermarking Citra Digital dengan Metode Skema Watermarking Berdasarkan Kuantisasi Warna

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

OPTIMASI AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN TEKNIK SINGULAR VALUE DECOMPOSITON MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Watermarking pada Citra berbasis Singular Value Decomposition

DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL FOTOGRAFI METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM

Implementasi Algoritma Blind Watermarking Menggunakan Metode Fractional Fourier Transform dan Visual Cryptography

ABSTRAK. Kata kunci : Watermarking, SVD, DCT, LPSNR. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS REDUKSI DATA CITRA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH

Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking

Digital Watermarking

ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

BAB I PENDAHULUAN. disadap atau dibajak orang lain. Tuntutan keamanan menjadi semakin kompleks, maka harus dijaga agar tidak dibajak orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan

KINERJA SKEMA PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL BERBASIS KOMPUTASI NUMERIK

WATERMARKI G PADA DOMAI FREKUE SI U TUK MEMBERIKA IDE TITAS (WATERMARK) PADA CITRA DIGITAL

Kata Kunci : non-blind watermarking, complex wavelet transform, singular value decomposition.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. di internet. Sisi negatifnya yaitu apabila pemilik tidak mempunyai hak cipta untuk

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) BERBASIS ALGORITMA GENETIKA

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN GABUNGAN TRANSFORMASI DISCRETE COSINE TRANSFORM DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION SKRIPSI

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah...

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE TANDA AIR DENGAN ANALISIS KOMPONEN INDEPENDEN TRANSPOS CITRA

BAB II LANDASAN TEORI

ALGORITMA DETEKSI ADAPTIF BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN TRANSFORMASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. MMS (Multimedia Messaging Service) adalah puncak dari evolusi SMS

ADAPTIVE WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN TEKNIK DISCRETE WAVELET TRANSFORM-DISCRETE COSINE TRANSFORM DAN NOISE VISIBILITY FUNCTION

Teknik Watermarking Citra Digital Dalam Domain DCT (Discrete Cosine Transform) Dengan Algoritma Double Embedding

OPTIMASI WATERMARKING PADA CITRA BIOMETRIK MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA

ANALISIS KEAMANAN PESAN MENGGUNAKAN TEKNIK STEGANOGRAFI MODIFIED ENHANCED LSB DAN FOUR NEIGHBORS DENGAN TEKNIK KRIPTOGRAFI CHAINING HILL CIPHER

ABSTRCTK & EXEUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING. Sistem Pengkodean File Image Kedalam Citra Foto Menggunakan Teknik Steganografi

Digital Watermarking Image dengan Menggunakan Discrete Wavelet Transform dan Singular Value Decomposition (DWT-SVD) untuk Copyright Labeling

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah untuk proses image denoising. Representasi adalah

PENGGUNAAN latar belakang dalam proses pembuatan VIDEO COMPOSITING MENGGUNAKAN POISSON BLENDING. Saiful Yahya, Mochamad Hariadi, and Ahmad Zaini,

Penyembunyian Pesan Rahasia Dalam Gambar dengan Metoda JPEG - JSTEG Hendry Hermawan / ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN DAN ANALISIS STEGANOGRAFI VIDEO DENGAN MENYISIPKAN TEKS MENGGUNAKAN METODE DCT

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS STEGANOGRAFI METODE TWO SIDED SIDE MATCH

Implementasi Boosted Steganography Scheme dengan Praproses Citra Menggunakan Histogram Equalization

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maraknya social media, aplikasi foto sharing dan blog gambar

DAFTAR SINGKATAN. : Human Auditory System. : Human Visual System. : Singular Value Decomposition. : Quantization Index Modulation.

BAB I PENDAHULUAN. 1. aa

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

* Kriptografi, Week 13

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Metode Steganografi Berbasis JPEG dengan Tabel Kuantisasi yang Dimodifikasi Kris Reinhard /

PENERAPAN METODE MOST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENYISIPAN PESAN TEKS PADA CITRA DIGITAL

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI PENGAMANAN HAK CIPTA UNTUK GAMBAR DIGITAL DENGAN TEKNIK WATERMARKING MENGGUNAKAN METODE SVD (SINGULAR VALUE DECOMPOSITION)

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

ANALISIS UNJUK KERJA MEDIAN FILTER PADA CITRA DIGITAL UNTUK PENINGKATAN KUALITAS CITRA

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA :38:54

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE)

WATERMARKING PADA BEBERAPA KELUARGA WAVELET

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DISCRETE HARTLEY TRANSFORM (DHT)

Kombinasi Teknik Steganografi dan Kriptografi dengan Discrete Cosine Transform (DCT), One Time Pad (OTP) dan PN-Sequence pada Citra Digital

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ENHANCED K-SVD ALGORITHM for IMAGE DENOISING

IMPLEMENTASI WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DFT 2 DIMENSI

Least Square Estimation

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital Latifatul Machbubah, Drs. Soetrisno, MI.Komp Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: soetrisno@matematika.its.ac.id Abstrak Watermarking merupakan salah satu cara untuk mengamankan citra yang disajikan dalam format digital. Dalam watermarking terdapat dua proses utama, yakni proses penyisipan dan proses ekstraksi. Pada Tugas Akhir ini, dibahas watermarking dengan metode dekomposisi nilai singular (singular value decomposition), yang selanjutnya disebut SVD pada citra digital. Dalam metode ini dibutuhkan informasi dari citra asli untuk proses ekstraksi. Proses penyisipan dengan metode SVD ini menghasilkan citra ter-watermark yang digunakan sebagai citra utama pada proses ekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan pada citra ter-watermark yang mengalami gangguan berupa noise. Nilai PSNR yang diperoleh dari hasil percobaan antara citra asli dan citra terwatermark memiliki kualitas yang baik untuk nilai diatas 79dB pada setiap citra dan untuk nilai koefisien korelasi dari estimasi watermark memiliki kualitas baik untuk nilai diatas 0,5. Kata Kunci Citra Digital, Watermarking, Dekomposisi Nilai Singular S I. PENDAHULUAN aat ini sebagian besar data multimedia baik berupa data citra, audio, maupun video, disajikan dalam format digital. Hal tersebut dikarenakan data digital mudah digandakan dan disimpan, mudah diolah lebih lanjut, serta mudah didistribusikan. Salah satu sarana pendistribusian data digital adalah melalui internet. Penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari telah menjadi hal yang umum. Setiap tahunnya pengguna internet kian bertambah. Pendistribusian data digital yang mudah ini ternyata tidak sepenuhnya memberikan dampak yang positif. Semakin berkembang dan populernya internet menyebabkan semakin tinggi pula pelanggaran-pelanggaran terhadap hak cipta karya digital sehingga perlindungan hak cipta telah menjadi bagian penting dalam dunia informasi. Citra digital merupakan salah satu data digital yang paling banyak digunakan dalam aplikasi multimedia. Seperti data digital lainnya, citra digital memiliki karakteristik yang sekaligus menjadi kelemahan, yakni citra digital mudah digandakan dan hasilnya sama dengan citra aslinya serta mudah didistribusikan. Dalam beberapa kasus dibutuhkan keamanan terhadap citra digital agar tidak terjadi pelanggaran hak cipta dan kebocoran rahasia. Selama ini penggandaan atas produk digital seperti citra digital dilakukan begitu bebas dan leluasa secara ilegal. Hasil penggandaan tersebut memiliki kualitas yang sama dengan produk digital aslinya. Namun, pemilik asli citra digital tidak mendapatkan royalti dari penggandaan tersebut. Akibatnya pemegang hak cipta produk digital sangat dirugikan. Salah satu solusi efektif terhadap masalah distribusi yang tidak sah adalah dengan menanamkan watermark digital kedalam citra digital tersebut. Watermark adalah kode digital yang tidak bisa dibuang, kuat, dan tidak diketahui oleh indera manusia, yang tertanam dalam citra asli. Teknik yang digunakan untuk menyisipkan watermark disebut watermarking. Memang selama ini teknik watermarking digunakan sebagai salah satu cara alternatif untuk mengirimkan pesan rahasia. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa teknik watermarking ini bisa digunakan sebagai alat untuk identifikasi kepemilikan, hak penggunaan, dan integritas dari citra digital. Saat ini berbagai metode watermarking telah berkembang. Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Salah satu metode yang digunakan adalah metode yang bekerja pada domain spasial. Pada umumnya, metode ini kurang kompleks sehingga tidak tahan terhadap serangan-serangan pada citra digital. Sedangkan metode watermarking yang bekerja pada domain transform lebih kompleks dan lebih tahan terhadap serangan-serangan pada citra digital. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikembangkan sebuah metode yang bekerja pada domain transform, yakni metode dekomposisi nilai singular atau Singular Value Decomposition, yang untuk selanjutnya disebut SVD. Teknik watermarking dengan menggunakan metode SVD ini, pada umumnya adalah penyisipan dilakukan pada nilai-nilai singular. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa nilai singular dari sebuah citra mempunyai stabilitas yang bagus artinya sebuah citra tidak akan mengalami perubahan signifikan jika terjadi sedikit gangguan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Citra Digital Sebuah citra dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi dua dimensi berukuran, dengan dan adalah koordinat spasial dan merupakan amplitudo di titik koordinat yang sering disebut sebagai intensitas atau tingkat keabuan dari citra pada titik tersebut[1]. Nilai dari intensitas berbentuk diskrit, mulai dari 0 sampai 255. Apabila nilai dan nilai amplitudo secara keseluruhan berhingga dan bernilai diskrit maka dapat dikatakan citra tersebut sebagai citra digital. Citra digital tersusun dari sejumlah nilai

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 2 tingkat keabuan yang dikenal sebagai piksel (pixel) pada posisi tertentu. Gambar 2.1 menunjukkan posisi koordinat suatu piksel pada citra digital. Gambar 2.1 Koordinat Suatu Piksel pada Citra Digital Suatu citra digital dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai berikut[2]: (2.1) C. Singular Value Decomposition Singular Value Decomposition (SVD) atau Dekomposisi Nilai Singular adalah salah satu teknik dalam analisis numerik yang digunakan untuk mendiagonalkan matriks. SVD merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk merepresentasikan sebuah matriks. SVD juga merupakan suatu teknik yang handal dalam melakukan berbagai analisis dan komputasi matriks, yaitu dengan mengekspos struktur geometrinya, sehingga dapat diketahui beberapa properti penting dari matriks tersebut. Sebuah matriks yang direpresentasikan dengan SVD akan didekomposisi menjadi 3 komponen matriks, yaitu matriks vektor singular kiri, matriks nilai singular, dan matriks vektor singular kanan. Dalam persamaan ditulis sebagai berikut[5]: (2.2) dengan adalah matriks berukuran, dan adalah matriks orthogonal atau vektor singular kiri dan kanan berukuran dan adalah matriks yang semua elemen diluar diagonalnya adalah 0 dan elemen-elemen diagonalnya memenuhi persamaan: sehingga, (2.3) B. Watermarking Watermark merupakan sebuah informasi yang disisipkan pada media lain dengan tujuan melindungi media yang disisipi oleh informasi tersebut dari pembajakan dan penyalahgunaan hak cipta. Watermarking sendiri adalah suatu cara untuk menyembunyikan atau menanamkan data tertentu ke dalam suatu data digital lainnya, tetapi tidak diketahui kehadirannya oleh indera manusia dan mampu menghadapi serangan data digital sampai pada tahap tertentu. Seiring dengan perkembangan zaman, watermarking muncul pada media digital atau yang biasanya disebut dengan digital watermarking. Digital watermarking sendiri adalah sebuah kode identifikasi yang secara permanen disisipkan ke dalam data digital. Berdasarkan analisis verifikasinya, watermarking dibedakan menjadi dua kategori, yakni sebagai blind watermarking (analisis verifikasi watermark yang tidak membutuhkan informasi dari citra asli) dan non-blind watermarking (analisis verifikasi watermark yang membutuhkan informasi dari citra asli)[3]. Proses watermarking perlu didukung dengan proses ekstraksi watermark dari citra berwatermark. Proses ekstraksi ini bertujuan untuk mendapatkan kembali citra watermark yang disisipkan dalam citra digital tersebut. Umumnya proses ekstraksi melibatkan proses pembanding citra digital asal dengan citra berwatermark untuk mendapatkan watermark yang disisipkan[4]. Watermark Citra hasil ekstrak Penyisipan Ekstraksi (2.4) dan menunjukkan bahwa adalah matriks transpose. Semua yang ditentukan dengan faktorisasi ini adalah tunggal dan disebut dengan nilai-nilai singular dari matriks. Dari sudut pandang aplikasi pengolahan citra digital, SVD memiliki tiga sifat utama, yakni[6] : 1. Nilai-nilai singular dari suatu citra memiliki stabilitas yang yang baik. 2. Setiap nilai singular menentukan cahaya dari layer citra sementara pasangan vektor singular yang sesuai menentukan geometri citra. 3. Nilai-nilai singular mewakili sifat intrinsik citra. D. Watermarking dengan Metode SVD Pada dasarnya, proses watermarking dengan metode SVD pada citra digital dapat dibagi menjadi dua bagian yakni proses penyisipan dan ekstraksi watermark[7]. Pada proses penyisipan watermark ini terdapat tiga langkah untuk algoritma penyisipannya, yaitu : 1. Melakukan SVD pada citra asli seperti pada persamaan (2.2) 2. Menambahkan citra watermark ke, dengan faktor skala 3. Mendapatkan citra ter-watermark (2.5) (2.6) Watermark fefeeeeteref Gangguan Gambar 2.2 Proses Watermarking Citra asli

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 3 Gambar 2.3 Proses Penyisipan Sedangkan untuk proses ekstraksinya adalah seperti pada gambar 2.4 berikut ini : citra asli juga diperlukan pada proses legalisasi ini. Untuk itu diperlukan PSNR (Peak Signal to Noise Ratio). PSNR adalah ukuran kesalahan yang digunakan untuk membandingkan kualitas antara dua citra. Untuk menghitung PSNR, dihitung terlebih dahulu Mean Square Error (MSE). MSE merupakan kuadrat kesalahan kumulatif antara dua citra. MSE dihitung dari sebuah contoh obyek yang kemudian dibandingkan dengan obyek aslinya sehingga dapat diketahui tingkat ketidaksesuaian antara obyek contoh dengan obyek aslinya. Semakin rendah nilai MSE maka semakin rendah kesalahan, begitu pula sebaliknya. Berikut adalah bentuk umum dari PSNR[8] : (3.7) Gambar 2.4 Proses Ekstraksi Diberikan komponen-komponen SVD dari citra asli dan kemungkinan citra terwatermark yang telah dimanipulasi, sehingga : 1. Didapatkan dari : 2. Didapatkan dari : E. Koefisien Korelasi (2.7) (2.8) Setelah proses ekstraksi yang menghasilkan estimasi watermark, dibutuhkan suatu cara untuk mengetahui kesamaan antara cira watermark dan estimasinya. Dalam hal ini dilakukan penghitungan koefisien korelasi. Koefisien korelasi digunakan untuk menghitung kesamaan antara dua citra. Berikut ini adalah bentuk umum dari koefisien korelasi[8] : dengan : (3.8) adalah nilai piksel dari citra asli pada baris ke- dan kolom ke-, sedangkan adalah untuk citra terwatermark. dan adalah dimensi citra. Nilai PSNR untuk dua citra yang memiliki kesamaan yang tinggi adalah tak hingga. III. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM A. Program Watermarking dalam Proses Penyisipan Watermark pada Citra Digital dengan Metode SVD Program watermarking pada citra digital dengan menggunakan metode SVD merupakan program utama dalam program ini. Fungsi utamanya adalah membuat citra terwatermark yang digunakan dalam proses ekstraksi. (3.1) dengan : (3.2) (3.3) (3.4) (3.5) (3.6) Dari hasil uji coba secara numerik, dapat diketahui bahwa nilai untuk suatu citra dikatakan identik ketika nilainya mendekati satu dan dikatakan berbeda jika nilai korelasinya nol. F. PSNR Selain dihitung koefisien korelasi antara citra watermark dan estimasinya, perbandingan antara citra ter-watermark dan Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Penyisipan Watermark Proses pelaksanaan sistem dalam program ini adalah sebagai berikut : a. Ketika program dimulai, pengguna mendapat pilihan untuk memasukkan citra asli langsung dari file citra yang

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 4 sudah ada. Citra asli yang digunakan adalah citra grayscale berukuran N N. Selain itu pengguna dapat memilih watermark yang berupa citra grayscale dengan ukuran yang lebih kecil dari citra asli. b. Setelah citra asli dan watermark diinputkan, pengguna juga harus menginputkan nilai faktor skalar yang bernilai positif. c. Sistem akan melakukan pembuatan citra ter-watermark dari semua inputan yang telah diinputkan dengan menggunakan metode SVD. Setelah proses tersebut, program akan menampilkan citra ter-watermark yang nantinya akan digunakan pada proses ekstraksi. B. Program Watermarking dalam Proses Ekstraksi Watermark pada Citra Digital dengan Metode SVD Program ini bertujuan untuk mengekstraksi estimasi dari citra watermark. Input dalam program ini berupa citra terwatermark. Sebelum dilakukan proses ekstraksi, terlebih dahulu citra ter-watermark ditambahkan noise. Program untuk penambahan noise ini terdapat pada program ekstraksi watermark. Macam-macam noise dalam program ini adalah noise Gaussian, speckle, dan salt & pepper. Berikut adalah penjelasan proses penambahan noise : a. Citra ter-watermark yang didapatkan dari proses penyisipan digunakan ketika pemberian noise. Pengguna dapat memilih jenis noise yang akan ditambahkan pada citra ter-watermark. b. Pengguna dapat memasukkan nilai parameter yang ada dalam setiap jenis noise. c. Setelah itu sistem akan menampilkan hasil citra pemberian noise, untuk selanjutnya pengguna dapat menyimpan hasil citra ter-watermark tersebut. c. Selanjutnya nilai MSE dan PSNR akan dihitung oleh sistem dan akan ditampilkan pada kotak dialog yang tersedia. Gambar 3.3 Diagram Alir Program Perhitungan PSNR D. Sistem Pengujian Hasil Menggunakan PSNR Tujuan utama program ini adalah untuk mengestimasi citra output dari proses metode SVD apakah sesuai dengan citra input. Masukan dalam program ini berupa dua citra yang akan dibandingkan satu sama lain dengan menghitung koefisien korelasi. Proses pembuatan sistem pada program ini ditunjukkan oleh Gambar 3.4 berikut ini : Gambar 3.4 Diagram Alir Program Koefisien Korelasi Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Ekstraksi Watermark C. Sistem Pengujian Hasil Menggunakan PSNR Proses pengujian citra hasil watermarking menggunakan metode SVD dengan perhitungan MSE dan PSNR ditunjukkan pada Gambar 3.3. Berikut ini adalah penjelasan dari program perhitungan nilai PSNR : a. Pengguna memberi input citra pertama yang merupakan citra asli yang digunakan sebelum proses penyisipan watermark. b. Pengguna memberi input citra kedua dari citra yang telah disisipi watermark. Berikut ini adalah penjelasan dari program perhitungan nilai koefisien korelasi : a. Pengguna memberi input citra pertama yang merupakan citra asli yang digunakan sebelum proses penyisipan watermark. b. Pengguna memberi input citra kedua dari estimasi watermark. c. Selanjutnya nilai koefisien korelasi akan dihitung oleh sistem dan akan ditampilkan pada kotak dialog yang tersedia. IV. PENGUJIAN PROGRAM Pada uji coba program akan digunakan citra asli Lena.jpg, Cameraman.jpg dan Baboon.jpg, berukuran 512 512 piksel seperti pada Gambar 4.1. Sedangkan untuk watermarknya digunakan citra.jpg dan watemark2.jpg dengan ukuran lebih kecil atau sama dengan citra asli yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 5 Gambar 4.1 Lena.jpg, Cameraman.jpg dan Baboon.jpg Gambar 4.2 Citra watermark.jpg dan.jpg Pada percobaan tertentu antara citra ter-watermark dan citra asli tidak bisa dibedakan secara kasat mata sehingga tidak memiliki perbedaan yang berarti. Oleh karena itu digunakan PSNR untuk mengetahui nilai perbedaan kualitas dari citra tersebut dan untuk mengetahui tingkat kesamaan dari citra watermark dan estimasinya digunakan koefisien korelasi. Berdasarkan percobaan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Nilai PSNR dari Citra Asli dan Citra Ter-watermark No Citra Asli Watermark Nilai PSNR 0.001 110.304 0.010 90.1464 0.030 85.8062 0.100 78.6772 0.001 Inf 0.010 96.7218 0.030 83.8368 0.100 75.4194 0.001 90.9758 0.010 90.4179 0.030 87.2399 0.100 78.7861 0.001 90.9743 0.010 89.8210 0.030 84.9791 0.100 75.7650 0.001 Inf 0.010 103.065 0.030 90.4226 0.100 78.9648 0.001 97.7759 0.010 83.1005 0.030 79.4245 0.100 73.5012 Berdasarkan pada uji coba yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa semakin kecil nilai yang diterapkan maka semakin besar nilai PSNR artinya semakin kecil perbedaan dari dua citra tersebut dan kualitas citra ter-watermark semakin baik. Dari hasil percobaan di atas dapat dilihat bahwa nilai PSNR memiliki kualitas yang baik untuk nilai yang diatas 79 db. Penambahan noise juga dilakukan untuk mengetahui ketahanan dari proses penyisipan dan ekstraksi dengan metode ini. Oleh karena itu digunakan suatu koefisien korelasi untuk mengetahui korelasi dari citra watermark dan estimasinya. Hasil percobaan untuk penambahan noise Gaussian dengan mean 0 ditunjukkan dengan Tabel 4.2. Tabel 4.2 Nilai Koefisien Korelasi dengan Penambahan Noise Gaussian No Citra Asli Watermark Nilai Koefisien Variansi Korelasi 0 0.919723 0.0001 0.882150 0.0005 0.768654 0.0010 0.663673 0 0.791001 0.0001 0.737745 0.0005 0.585720 0 0.854234 0.0001 0.829530 0.0005 0.745479 0.0010 0.600762 0 0.630782 0.0001 0.586739 0.0005 0.501733 0 0.833262 0.0001 0.795795 0.0005 0.683563 0.0010 0.578189 0 0.637339 0.0001 0.596217 0.0005 0.512139 Hasil percobaan untuk penambahan noise speckle ditunjukkan oleh Tabel 4.3 dan untuk hasil percobaan untuk penambahan noise salt & pepper ditunjukkan oleh Tabel 4.4 Tabel 4.3 Nilai Koefisien Korelasi dengan Penambahan Noise Speckle No Citra Asli Watermark Nilai Koefisien Variansi Korelasi 0.0009 0.841708 0.0010 0.836243 0.0050 0.618533 0.0009 0.681973 0.0010 0.668919 0.0009 0.824564 0.0010 0.815600 0.0050 0.616744 0.0009 0.555095 0.0010 0.548237 0.0009 0.752711 0.0010 0.744515 0.0050 0.526709 0.0009 0.547871 0.0010 0.538237

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 6 Tabel 4.4 Nilai Koefisien Korelasi dengan Penambahan Noise Salt & Pepper No Citra Asli Watermark Nilai Koefisien Variansi Korelasi 0.0009 0.835251 0.0010 0.831206 0.0050 0.595347 0.0009 0.689683 0.0010 0.660676 0.0010 0.787228 0.0050 0.598316 0.0009 0.535095 0.0010 0.525002 0.0009 0.742958 0.0010 0.744515 0.0050 0.566581 0.0009 0.547715 0.0010 0.534454 [4]. Liu, L. A Survey of Digital Watermarking Technologies. [5]. Leon, S,J. 2001. Aljabar Linear dan Aplikasinya. Jakarta : Erlangga [6]. Dogan, S, dkk. 2011. A Robust Color Image Watermarking with Singular Value Decomposition. Advances in Engineering Software Vol. 42, Hal. 336-346. [7]. Mohammad, A,A, dkk. 2008. An Improved SVD-based Watermarking Scheme for Protecting Rightful Ownership. Signal Processing Vol. 88, Hal. 2158-2180. [8]. Sepdianto, T. 2011. Pemberian Tanda Air Menggunakan Teknik Kuantisasi Rata-Rata dengan Domain Transformasi Wavelet Diskrit. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Hasil penghitungan koefisien korelasi dari citra watermark dan estimasinya dengan didapatkan nilai korelasi yang baik, artinya semua informasi yang ada pada estimasi citra watermark bisa diketahui. Selain itu Watermark yang tertanam dalam citra ter-watermark bersifat invisible dan paling tahan terhadap gangguan berupa penambahan noise bertipe speckle sampai nilai variansi 0.005. V. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Program watermarking menggunakan metode SVD dapat mengekstraksi watermark dengan baik dengan menggunakan informasi yang ada pada citra asli. 2. Semakin besar nilai alpha yang digunakan maka semakin kecil error yang didapat pada saat proses ekstraksi watermark. Namun hal ini berbanding terbalik dengan kualitas citra ter-watermark. Semakin besar nilai alpha yang digunakan, kualitas dari citra ter-watermark semakin rendah. 3. Setiap citra memiliki tingkat kerumitan atau karakteristik yang berbeda-beda. Pada setiap citra yang disisipi watermark seperti gambar logo, citra terwatermarknya memiliki kualitas baik dengan nilai PSNR diatas 79 db. Sedangkan pada setiap citra yang disisipi watermark seperti gambar teks atau tulisan, citra terwatermarknya memiliki kualitas baik dengan nilai PSNR diatas 76 db. 4. Watermark yang tertanam dalam citra ter-watermark bersifat invisible dan paling tahan terhadap gangguan berupa penambahan noise bertipe speckle sampai nilai variansi 0.005 DAFTAR PUSTAKA [1]. Putra, D. 2010. Pengolahan Citra Digital. Yoyakarta : C.V Andi Offset. [2]. Purnomo, M,H dan Muntasa, A. 2010. Konsep Pengolahan Citra Digital dan Ekstraksi Fitur. Yogyakarta : Graha Ilmu. [3]. Irvan, M. 2011. Pemberian Tanda Air pada Citra Digital dengan Skema Tanda Air Berdasarkan Kuantisasi Warna. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.