BAB I PENDAHULUAN. landasan teoretis yang melandasi penelitian ini. Kemudian, definisi operasional

dokumen-dokumen yang mirip
2016 POLA TINDAK TUTUR DALAM KOMUNIKASI DOKTER GIGI DENGAN PASIEN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB III METODE PENELITIAN. umum penelitian; paradigma dan klasifikasi penelitian; lokasi dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena sosial dan penggunaan tuturan dalam interaksi antara dokter dan pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha pembentukan siswa atau peserta

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang datang ke dokter gigi saat berada di dalam ruangan tidak jarang tiba-tiba

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB 1. derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses mental seseorang dapat mempengaruhi tuturan seseorang.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

2016 ANALISIS PERCAKAPAN PADA INTERAKSI FRONT OFFICE DENGAN PASIEN DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI REKAM MEDIK RSGM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. pandangan sebagian masyarakat yang tidak merasa perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. JUDUL: Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam dengan Pendekatan Arsitektur Islami.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat terhadap pentingnya arti kesehatan, maka jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai alat sosial, dan sebagai sarana mengekspresikan diri (2007:3). Dari

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. bus merupakan simpul utama dalam jaringan yang dalam jaringan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

2015 ANALISIS KONTRASTIF TINDAK TUTUR UCAPAN SELAMAT DALAM BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MASA JABATAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran informasi dan dukungan emosional. Dalam bidang keperawatan,

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

1/17/2010. KESEHATAN JIWA DAN GIMUL Muslim, MPH KESEHATAN JIWA. tetapi KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

Komunikasi Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoretis, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah penelitian berisi alasan dilaksanakannya penelitian sehingga memunculkan pertanyaan penelitian yang didukung oleh penjelasan tujuan penelitian, manfaat penelitian serta landasan teoretis yang melandasi penelitian ini. Kemudian, definisi operasional disajikan untuk menjelaskan batasan pokok-pokok permasalahan penelitian. Adapun sistematika penulisan bertujuan memberikan penjelasan umum terkait masing-masing bab dalam tesis ini. 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi bahasa memegang peran yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Di antara berbagai aspek kehidupan manusia tersebut, salah satunya ialah aspek kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena manusia bisa menjadi tidak berarti tanpa adanya optimalisasi. Optimalisasi kesehatan, dalam hal ini, harus dilihat sebagai kesatuan utuh yang terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan

2 sosial. Salah satu bentuk optimalisasi kesehatan fisik yang tidak dapat diabaikan adalah kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut sangat krusial pada masa kanak-kanak. Pada rentang usia 6 sampai 12 tahun, seorang anak akan mengalami fase pergantian gigi-geligi, dari gigi susu ke gigi dewasa atau gigi tetap. Masa pergantian gigi ini ini sangat krusial karena pertumbuhan gigi yang tidak normal dapat terjadi. Pertumbuhan gigi yang tidak normal pada masa kanak-kanak dapat menimbulkan akibat luas setelah mereka dewasa. Pada masa pertumbuhan gigi inilah orang tua memegang peran yang besar dalam perawatan gigi anak-anak. Dalam perawatan gigi di masa pertumbuhan, orang tua perlu melakukan pendekatan psikologis kepada anak, misalnya dengan memberikan contoh agar membiasakan menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur. Namun terkadang sebagian orang tua keliru dalam menerapkan pendekatan psikologis tersebut, misalnya dengan menakut-nakuti anak dan menjadikan dokter gigi sebagai ancaman jika mereka tidak mau menurut pada perintah orang tua. Alhasil, bukanlah kesehatan gigi yang tercapai melainkan rasa cemas yang berlebihan tatkala berobat ke dokter gigi. Kecemasan anak yang berkenaan dengan kondisi gigi terbukti melalui beberapa penelitian dari Hertanto (2008), Amrullah (2012), serta Pravitasari dan Edi (2012). Pada umumnya penelitian tersebut menunjukkan adanya tingkat kecemasan yang signifikan pada anak-anak dengan rentang usia 6-12 tahun. Dari beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa usia anak di bawah 12

3 tahun atau sebelum menginjak usia remaja memiliki tingkat kecemasan terhadap perawatan kesehatan gigi. Fakta tentang kecemasan anak yang berkenaan dengan kondisi gigi tentunya menuntut adanya penyesuaian pola komunikasi dari orang tua kepada anak, serta dari kalangan dokter gigi dalam penanganan pasien anak. Strategi komunikasi yang tepat diperlukan agar proses pemeriksaan dan pengobatan dapat dilakukan secara optimal. Komunikasi medis, yang juga dikenal dengan istilah komunikasi terapeutik, bersifat interpersonal dan bertujuan untuk kesembuhan pasien. Ditinjau dari aspek linguistik, komunikasi merupakan bentuk penggunaan bahasa yang tidak bisa dipisahkan dengan realisasinya, yakni tindak tutur. Dalam hal ini, tindak tutur menuntut adanya kerjasama antara penutur dan mitra tutur dalam konteks pertuturan tertentu agar masing-masing dapat mencapai tujuan komunikasi yang diinginkan melalui tuturannya (Grice, 1975). Dalam konteks hubungan komunikasi antara dokter gigi dengan pasien anak, tuntutan kerjasama ini tentunya perlu dipenuhi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam interaksi demi lancarnya perawatan yang hendak diberikan dokter gigi kepada pasien anak. Komunikasi antara dokter gigi dan pasien anak dalam praktik perawatan gigi kemungkinan akan mencakup banyak tindak tutur yang bersifat arahan dari dokter gigi kepada pasien anak. Asumsi ini dilandaskan kepada fakta bahwa dokter gigi perlu memancing respon pasien anak agar pasien mengikuti prosedur perawatan. Sebagai contoh tuturan, Coba, sayang, buka mulutnya lebar-lebar.

4 Dokter mau lihat tenggorokannya. Tindak tutur semacam ini, dijelaskan oleh Searle sebagai tindak tutur direktif (directive speech act). Dari uraian di atas, dapat dipastikan bahwa tindak tutur direktif dari dokter gigi kepada pasien anak memegang peran penting dalam kesuksesan perawatan gigi dan mulut. Tindak tutur direktif yang tepat akan memberikan sumbangsih positif bagi kesuksesan perawatan gigi dan mulut anak. Penelitian yang terkait dengan tindak tutur direktif terhadap anak telah banyak dilakukan. Beberapa contohnya antara lain penelitian Yuniarti (2010) yang mengidentifikasi realisasi bentuk pemahaman anak prasekolah terhadap tindak tutur direktif dari gurunya; Mulyani (2011) yang menelisik bentuk-bentuk tindak tutur direktif guru Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kegiatan belajar mengajar di kelas terkait dengan prinsip kerjasama dan kesantunan; dan Vilayati dkk. (2012) menggambarkan bentuk tindak tutur direktif dalam konteks situasi tertentu antara orang tua dan anak dalam bahasa Minangkabau. Dalam ranah kajian bidang medis, penelitian tindak tutur direktif, khususnya di Indonesia, masih jarang ditemukan. Faktanya, dari uraian di atas, sangat penting bagi kita untuk mengetahui penggunaan strategi tindak tutur direktif yang dilakukan oleh dokter gigi kepada pasien anak usia sekolah dasar yang memerlukan pendekatan komunikasi khusus. Atas dasar itulah, penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji strategi tindak tutur direktif dokter gigi kepada pasien anak.

5 1.2 Pembatasan Masalah Penelitian Penelitian ini dibatasi dalam lingkup praktik dokter gigi umum (General Practice) karena praktik dokter gigi umum lebih banyak dikunjungi pasien anak dan dewasa dengan kasus yang beragam daripada praktik dokter spesialis gigi anak. Untuk kepentingan tersebut, pengambilan data dilakukan di tempat praktik seorang dokter gigi swasta. Ini dilaksanakan dengan asumsi bahwa praktik dokter gigi di Rumah Sakit/Puskesmas dilakukan di pagi hari, sehingga kecil kemungkinan banyak pasien anak usia sekolah dasar yang melakukan pemeriksaan dan perawatan gigi mengingat jadwal yang bersamaan dengan aktivitas belajar di sekolah. Kemudian, masalah pada penelitian ini difokuskan pada tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak kelompok usia 6-7 tahun, 8-9 tahun, dan 10-12 tahun. Dalam hal ini, tindak tutur direktif dokter gigi dibatasi hanya pada kasus-kasus yang melibatkan tindakan medis, seperti restorasi gigi (penambalan), ekstraksi gigi (pencabutan), dan drainase abses (pengeluaran nanah). Ketiga tindakan tersebut diketahui akan memberikan efek cemas karena pasien datang dalam keadaan sakit secara fisik, dalam hal ini, pada giginya. Pendekatan komunikasi di dalam dunia kedokteran umumnya bersifat patient centered communication style atau komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya,

6 harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya. Oleh karena itu, kemampuan kognitif dan afektif seorang dokter terhadap kebutuhan dan perasaan pasien dapat tercerminkan dari sikap dokter itu sendiri untuk menyampaikan empatinya melalui teknik komunikasi terapeutik yang digunakan. Dengan demikian, penelitian ini juga akan memaparkan teknik terapeutik yang digunakan dokter gigi dalam menangani pasien anak. Selanjutnya, penelitian ini juga mencoba menguraikan pengaruh tindak tutur direktif dokter gigi terhadap tingkat kecemasan anak. Ini dilandaskan kepada kondisi mental psikologis anak-anak usia sekolah dasar yang rentan terhadap tekanan. Oleh karena itu, respon penerimaan pasien anak, baik verbal maupun nonverbal, ketika proses pengobatan dan perawatan gigi dilakukan juga akan dianalisis untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami pasien anak 1.3 Rumusan Masalah Penelitian Secara operasional pembatasan masalah tersebut dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak? 2. Teknik terapeutik apa yang digunakan dalam tindak tutur direktif dokter gigi? 3. Bagaimana respon penerimaan pasien anak terhadap tindak tutur direktif dokter gigi tersebut? 4. Bagaimana tingkat kecemasan pasien anak terhadap tindak tutur direktif dokter gigi?

7 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak usia sekolah dasar. Kedua, untuk mengetahui teknik terapeutik yang digunakan dokter gigi dalam tindak tutur direktifnya kepada pasien anak. Ketiga, untuk mengetahui respon penerimaan pasien anak terhadap tindak tutur direktif tersebut. Keempat, penelitian diarahkan untuk mengetahui tingkat kecemasan anak berdasarkan tindak tutur direktif yang digunakan oleh dokter gigi. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat-manfaat yang dapat diambil baik secara teoritis maupun secara praktis. Beberapa manfaat yang diharapkan timbul dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi dunia linguistik, khususnya dalam ranah studi pragmatik klinis, sebagai referensi atau acuan bagi penelitian-penelitian sejenis yang lain secara mendalam. 2. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para tenaga medis khususnya dokter gigi akan pentingnya penggunaan strategi komunikasi tertentu dalam menghadapi pasien anak untuk menunjang keberhasilan perawatan gigi dan mulut.

8 1.6 Definisi Operasional Penelitian Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap judul dan variabel yang diambil dalam penelitian ini, perlu dijelaskan definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian sebagai berikut: 1. Komunikasi profesional (Professional Communication) seorang dokter gigi akan lebih mudah dilakukan kepada orang dewasa yang pada umumnya sudah memiliki kestabilan emosi ketika proses pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan. Namun, ketika pasien yang dihadapi adalah pasien anak dengan usia sekolah dasar dengan kestabilan emosi rendah, maka dokter gigi tersebut memerlukan strategi tuturan tertentu ketika proses pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan. 2. Anak usia sekolah dasar pada penelitian ini adalah anak usia 6-12 tahun dengan kelompok usia 6-7 tahun, 8-9 tahun, dan 10-12 tahun. 3. Strategi tindak tutur yang dianggap relevan dan mendukung keberhasilan proses interaksi antara dokter gigi dan anak usia sekolah dasar adalah bentuk tindak tutur direktif/arahan, di antaranya: memerintah, mengajak, menyuruh, memperingatkan, mengijinkan dan sebagainya. 4. Tindak tutur direktif (TTD) adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan apa yang ada dalam ujaran tersebut.

9 5. Pemahaman anak usia sekolah dasar terhadap tindak tutur direktif yaitu bentuk tanggapan dalam merespon, baik secara verbal maupun nonverbal, atas strategi tindak tutur direktif yang digunakan oleh dokter gigi. 6. Keberhasilan perawatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar, salah satunya mencerminkan teknik terapeutik pada tindak tutur yang digunakan oleh dokter gigi. Komunikasi terapeutik pada tuturan direktif dokter gigi akan berpengaruh pada proses perkembangan jiwa anak dan tingkat kecemasannya. 7. Komunikasi terapeutik adalah ujaran yang digunakan untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran pasien. 1.7 Sistematika Pelaporan Penelitian Penulisan tesis ini dibagi ke dalam lima bab. Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang telaah ihwal tindak tutur, teknik terapeutik, respon penerimaan, dan kecemasan. Bab III berisi tentang deskripsi umum penelitian; paradigma dan klasifikasi penelitian; lokasi dan waktu penelitian; sampel penelitian; sumber penelitian; pengumpulan data; teknik analisis data; langkah-langkah penelitian; dan penyajian hasil analisis data. Bab IV berisi tentang temuan dan pembahasan mengenai strategi tindak tutur direktif dokter gigi kepada pasien anak. Terakhir, Bab V yang merupakan penutup tesis ini, berisi simpulan dan saran.