Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

dokumen-dokumen yang mirip
BISNIS BUDIDAYA KARET

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada di permukaan

MANAJEMEN DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET 1

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

KARYA ILMIAH BUDIDAYA KARET

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kriteria Kesesuaian Lahan Perkebunan Karet. optimalnya.menyangkut hubungan tanah tanaman, terdapat hubungan erat antara

II. TINJAUAN TEORITIS. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman asli dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

II. TINJAUAN PUSTAKA. keserasian tanah dengan faktor-faktor curah hujan, penyebaran hujan, dan deficit

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

PENYADAPAN TANAMAN KARET

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

I. PENDAHULUAN. Asia tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-an sampai sekarang

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

Oleh : Ulfah J. Siregar

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI ABSTRAK

Karya Ilmiah tentang Penanaman Pohon Karet

PENYAKIT BIDANG SADAP

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. A.Kelas Kesesuaian Lahan dan Syarat Tumbuh Tanaman Karet

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

Teknologi Pembibitan Karet Klon Unggul

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

BAB III METODE PENELITIAN

TEKNOLOGI PEMUPUKAN KARET UNGGUL DAN LOKAL SPESIFIK LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

VI PEREMAJAAN OPTIMUM KARET RAKYAT

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

V. GAMBARAN UMUM KARET ALAM. dikenal dengan nama botani Hevea Brasiliensis berasal dari daerah Amazone di

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra karet di Indonesia, menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

PENANAMAN KACANGAN. Oleh : Sri Hartono Area Controller 4. Pundu Learning Centre

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

III. BAHAN DAN METODE

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

Transkripsi:

Chart Title Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007, hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak ditemukan pohon karet yaitu : DKI-Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Maluku Utara

Potensi lahan perkebunan karet yang luas tidak diimbangi dengan produktivitas yang tinggi. Produktivitas lahan karet di Indonesia ratarata rendah dan mutu karet yang dihasilkan juga kurang memuaskan. Bahkan di pasaran internasional karet Indonesia terkenal sebagai karet yang bermutu rendah. Sebaliknya Malaysia dan Thailand memiliki produktivitas karet yang baik dengan mutu yang terjaga, terutama karet produk Thailand

Rendahnya produktivitas dan rendahnya mutu bahan olah karet rakyat (bokar) serta sistem kelembagaan petani yang masih lemah. Rendahnya produktivitas yang dicapai pada perkebunan karet rakyat antara lain : Penggunaan bahan tanam yang masih rendah, Adaptasi teknologi perkaretan secara umum masih belum optimal mulai dari pemeliharaan tanaman sampai pada proses penyadapan. Sedangkan rendahnya mutu bokar dikerenakan penggunaan bahan baku yang bukan anjuran dan juga penanganan lateks secara panen tidak tepat.

Perkembangan pasar karet alam dalam kurun waktu tiga tahun terakhir relatif kondusif, yang ditunjukkan oleh tingkat harga yang relatif tinggi. Pertengahan tahun 2002 harga karet mendekati US$ 1.00/kg, dan sampai sekarang ini telah mencapai US$ 1.90 kg Permintaan dari negara industri juga cukup tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea dan negara-negara industri di Eropa

Sumber: IRSG (Internasional Rubber Study Group) ; Parhusip 2008.

Sumber : Gapkindo (Gabungan Perusahan Karet Indonesia) ; Parhusip 2008

Jalur tata niaga tahap satu Petani karet Pedagang KUD Tempat pelelangan Pabrik Pengolah Bokar

Pabrik pengolah Bokar/Lateks PTPN Kantor Pemasaran Bersama Swasta Pembelian langsung oleh perwakilan dari luar negeri Tempat pelelangan Konsumen dalam negeri Eksportir Importir Konsumen luar negeri

Tingkat produktivitas lahan karet yang masih rendah (PR 0,8 ton/ha/tahun, PB 1 ton/ha/tahun Keterbatasan dalam pengadaan bibit yang berkualitas dan sarana produksi Terbatasnya pengadaan modal kerja dari pihak terkait baik perkebunan besar maupun perbankan. kemampuan industri dalam negeri menyerap produksi karet alam masih rendah dan relatif stagnan

Sumber: PMG (Publisindo Marinitama Gemilang) ; Parhusip 2008

Syarat tumbuh tanaman karet Klon-klon karet rekomendasi Bahan tanam atau bibit Persiapan tanam dan penanaman Pemeliharaan tanaman Penyadapan atau panen

1. Iklim : Zona 150 LS dan 150 LU; curah hujan optimal antara 2.500 mm- 4.000 mm/tahun, hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun; ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari. Suhu optimal antara 25 o C sampai 35 o C. 2. Tanah: Sulum tanah sampai 100 cm, Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air, Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir, Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm, Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro, Reaksi tanah dengan ph 4,5 - ph 6,5 Kemiringan tanah < 16% dan, Permukaan air tanah < 100 cm.

Klon ialah tanaman yang diperoleh dari hasil perbanyakan vegetatif atau atau aseksual dan atau bukan tanaman yang dikembangkan dari biji. Untuk perkebunan besar dianjurkan menanam klon AVROS, PBM 1, BPM 24, GT 1, LCB 1320, PR 255, PR 261, PR 300, RRIM 600, dan RRIM 721 Sedangkan untuk perkebunan rakyat dianjurkan menanam klon AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, GT, PR 261, PR 300, dan PR 303. klon ini memiliki produksi tinggi meskipun kurang mendapat perawatan dengan baik

Produksi Lateks Beberapa Klon Anjuran (***, ** dan * adalah ratarata produksi 15, 10, dan 5 tahun sadap)

Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.

AVROS 2037, LCB 1320, PR 300, GT 1, atau PR 28 AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, GT 1, PB 217, PB 235, PB 260, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIC 100, RRIC 102, RRIC 110, RRIM 600, GGIM 712, TM 2, TM 9, IRR 39, dan IRR 42

Pembukaan lahan (land clearing) Persiapan lahan penanaman Pemberantasan alang-alang dan gulma lainnya Pengolahan tanah Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage

Pembuatan teras/petakan dan benteng/piket Pengajiran Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00-80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m

Lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha)

Ukuran lubang 60 cm x 60 cm bagian atas, dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan

Penanaman tanaman penutup tanah (LCC) Penanaman kacangan penutup tanah dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam, tujuan untuk menghindari erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi penguapan air, membatasi pertumbuhan gulma. Jenis LCC anjuran: Pueraria javanica, Colopogonium mucunoides, Centrosema pubescens

Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral Bebas dari penyakit jamur akar

Penanaman secara monokultur

Penanaman secara tumpangsari

Pengendalian gulma, hama dan penyakit Pemupukan frekuensi pengendalian gulma dengan herbisida berdasarkan umur tanaman

Rekomendasi umum pemupukan tanaman belum menghasilkan (TBM) Umur tanaman Dosis pupuk g/pohon/tahun Urea SP-36 KCL Frekuensi pemupukan Pupuk dasar - 125 - - 1 250 150 100 2 kali/thn 2 250 250 200 2 kali/thn 3 250 250 200 2 kali/thn 4 300 250 250 2 kali/thn 5 300 250 250 2 kali/thn

Rekomendasi umum pemupukan tanaman menghasilkan (TM) Umur Dosis pupuk g/pohon/tahun Frekuensi tanaman Urea SP-36 KCL pemupukan 6 15 350 260 300 2 kali/thn 16 25 300 190 250 2 kali/thn >25 sampai 200-150 2 kali/thn 2 tahun sebelum peremajaan

Penyadapan merupakan suatu tindakan membuka pembulu lateks agar lateks yang terdapat dalam kulit batang tanaman karet keluar.

Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah.

Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, permulaan musim hujan (Juni) dan permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober).

Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm dan biasanya dapat dicapai pada umur kurang lebih 5 tahun apabila pemeliharaan dilakukan dengan baik dan benar.

MAL SADAP/PATRON PISAU SADAP TALANG LATEKS / SPOUT MANGKUK / CAWAN CINCIN MANGKUK TALI CINCIN METERAN PISAU MAL QUADRIT / SIGMAT

Langkah-langkah yang harus dibuat adalah penentuan tinggi bukaan sadap, penentuan arah sadap yang benar, dan penentuan panjang irisan sadap.

KETEBALAN IRISAN SADAP (1-2,5 MM) KEDALAMAN IRISAN SADAP (1-2,5 MM) WAKTU PENYADAPAN (PUKUL 4-8 PAGI) PEMULIHAN KULIT BIDANG SADAP

LANGKAH2 PENGOLAHAN SHEET ANGIN Penerimaan dan penyaringan lateks Pengenceran Pembekuan Pemeraman Penggilingan Pencucian Penirisan pengeringan