Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

Iskandar Sembiring, Hasnudi, dan Pantioni. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU

(Utililization of The Rice Straw with Feed Processing Technology For Non Carcass and Boneless Percentage on Local Rams

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

Hasnudi dan Tri Hesti Wahyuni. (Staf Pengajar Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU)

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI. Lokasi dan Waktu

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN KULIT UMBI UBI KAYU ( Manihot Utilissima ) Fermentasi Aspergillus Niger TERHADAP PAKAN KONSENTRAT PADA DOMBA LOKAL JANTAN

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

PENGARUH PEMBERIAN JERAMI PADI DENGAN BERBAGAI PERLAKUAN (FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASI) TERHADAP KARKAS DOMBA (Ovis aries) JANTAN LOKAL

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

Gambar 1. Domba Penelitian.

KAJIAN PERTUMBUHAN KARKAS DAN BAGIAN NON KARKAS KAMBING LOKAL JANTAN PASCA PEMBERIAN ASAM LEMAK TERPROTEKSI

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

MATERI DAN METODE. Materi

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

MATERI DAN METODE. Materi

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

MATERI DAN METODE. Materi

Roeswandy. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

PERFORMANCE AND CARCASS PERCENTAGE OF BRAHMAN CROSS STEER SUPLEMENTED BY DIFFERENT IN PREMIX CONCENTRATE ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

Analisis Usaha Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet Pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

Keywords: Financial Analysis, Corn Cobs, The Weaning Males Local Sheep, Bio-activator ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

Eniza Saleh, Tri Hestiwahyuni, dan Ganda Parulian Saragih. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

KECERNAAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN PROBIOTIK STARBIO TERHADAP DOMBA JANTAN LOKAL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

METODE PENELITIAN. Materi

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

Transkripsi:

Jurnal Agribisnis Perternakan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2006 Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan dalam Konsentrat terhadap Persentase Bobot Non-karkas dan Income Over Feed Cost Kambing Kacang Selama Penggemukan (The Usage of by Product Plantation to Percentage of Non-carcass Weight and Income Over Feed Cost of Kacang Goat for Fattening) Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU Abstract: The experiment aimed to test the comparison of three kinds of concentrate to percentage of noncarcass weight and also Income Over Feed Cost of kacang goat for fattening. The experiment was using completely randomized design (CRD) by three treatments and six replications, where the treatment was K 1 = concentrate conventional; K 2 = concentrate oil palm by product and K 3 = Cacao by product. The result of research is percentage of non-carcass weight such as head for the treatment of concentrate K 1, K 2 and K 3 was % (9,18; 9,60; 9,48), husk (7,77; 6,32; 7,61), feet (4,19; 4,21; 3,91), liver (1,75; 2,09; 1,92), spleen (0,16; 0,30; 0,15), lung + trachea (1,12; 1,36; 1,06), heart (0,56; 0,59; 0,66), testis (0,56; 0,73; 0,78), fat of omental (0,42; 0,50; 0,43), tail (0,21; 0,20; 0,15), stomach + oesophagus (4,22; 5,73; 4,81), intestine (3,65; 4,68; 4,55) Income Over Feed Cost (Rp 49.178,33; Rp 44.703,33; Rp 33.338,33). The result of research indicated that third usage kinds of concentrate at kacang goat did not improve percentage of non carcass weight, percentage of intestine and Income Over Feed Cost but give a real different affect of stomach + oesophagus kacang goat for fattening. Keywords: goat, concentrate, non-carcass, IOFC Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan antara tiga macam konsentrat terhadap persentase bobot non-karkas dan income over feed cost kambing kacang selama penggemukan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan yaitu: K 1 = konsentrat konvensional, K 2 = berbasis hasil sampingan industri kelapa sawit, K 3 = berbasis hasil sampingan industri kakao. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu persentase bobot non-karkas antara lain kepala untuk perlakuan pakan K 1, K 2, K 3 secara berturut turut (9,18; 9,60; 9,48), kulit (7,77; 6,32; 7,61), kaki (4,19; 4,21; 3,91), hati (1,75; 2,09; 1,92), limfa (0,16; 0,30; 0,15), paru-paru + trachea (1,12; 1,36; 1,06), jantung (0,56; 0,59; 0,66), testis (0,56; 0,73; 0,78), lemak omental (0,42; 0,50; 0,43), ekor (0,21; 0,20; 0,15), perut dan oesofagus (4,22; 5,73; 4,81), usus (3,65; 4,68; 4,55) income over feed cost (Rp 49.178,33; Rp 44.703,33; Rp 33.338,33). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ketiga macam konsentrat pada kambing kacang tidak meningkatkan persentase bobot non-karkas, persentase bobot usus, dan IOFC tetapi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase bobot perut dan oesofagus kambing kacang selama penggemukan. Kata Kunci: kambing, konsentrat, non-karkas, IOFC Pendahuluan Permintaan masyarakat akan kambing, baik kambing hidup maupun daging potong, terus meningkat dan turut memacu naiknya harga kambing, baik di tingkat petani maupun pedagang. Selama ini tata laksana budidaya kambing masih sangat tradisional. Peternak belum memperhatikan peluang pasar dan pendapatan yang kontinu. Agar ternak yang dihasilkan lebih baik, bermutu, dan secara ekonomis memberikan keuntungan layak, cara berternak yang tradisional (ekstensif) perlu diperbaharui dengan beternak semi intensif atau intensif. Menurut Departemen Pertanian (1985), kambing merupakan ternak yang sangat menguntungkan kalau dipelihara dengan 56

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak: Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan dalam Konsentrat manajemen yang baik. Ada beberapa alasan yang nyata bahwa kambing cocok dipelihara yaitu: 1. Kambing dapat dijadikan sebagai komoditas usaha ternak yang bersifat tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual bila membutuhkan uang. 2. Cepat berkembang biak. Sekali beranak jumlah anaknya sering kali 2 3 ekor walaupun terkadang hanya 1 ekor per kelahiran dan frekuensi beranak 2 kali dalam setahun atau minimal 3 kali dalam 2 tahun. 3. Tidak membutuhkan modal besar apabila dipelihara dalam skala kecil. 4. Dagingnya bisa dimakan/dikonsumsi oleh peternak. 5. Kulitnya dapat diolah menjadi tas, sepatu, dan lain-lain yang bisa menguntungkan. 6. Kotorannya dapat dijadikan pupuk bagi tanaman pertanian dan perkebunan. Selain sebagai sumber daging, kambing diternakkan untuk diperah atau untuk diambil kulitnya. Untuk meningkatkan produksi daging bagi masyarakat maka perlu perbaikan melalui pemuliaan dan perbaikan manajemen pemeliharaan juga melalui perbaikan manajemen pakan. Untuk mengatasi kekurangan pakan, maka diupayakan pemanfaatan sumber pakan alternatif untuk menjamin kelanjutan dan efisiensi usaha berternak kambing dan merupakan tuntutan mendesak yang perlu ditangani. Dalam hal ini lahan perkebunan kelapa sawit merupakan komoditas penting di Indonesia dan sebagian besar (74%) terdapat di Sumatera Utara. Ini merupakan sumber daya alam yang sangat berharga karena dapat dikatakan hampir semua hasil sampingan kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak khususnya ternak kambing. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan hasil sampingan perkebunan seperti bungkil inti sawit, lumpur sawit, daun kelapa sawit, kulit biji coklat, kulit buah coklat, dan molases dan pengaruhnya terhadap persentase bobot nonkarkas dan income over feed cost (IOFC) kambing kacang selama penggemukan. Bahan dan Metode Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Perternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan mulai bulan Oktober 2005 sampai Januari 2006. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan antara lain: a. Kambing Kacang jantan lepas sapih sebanyak 18 ekor, kisaran bobot badan awal 13 ± 2 kg. b. Rumput Lapangan c. Konsentrat, terdiri dari: pakan 1; terdiri dari pakan konvensional pakan 2; terdiri dari pakan hasil sampingan perkebunan sawit pakan 3; terdiri dari pakan hasil sampingan perkebunan kakao d. Obat-obatan seperti obat cacing (Kalbazen), anti-bloat untuk obat kembung, terramycin (salep mata), dan vitamin. e. Air minum Alat yang digunakan antara lain: a. Kandang individual 18 unit beserta perlengkapannya b. Tempat pakan dan minum c. Timbangan bobot hidup dan bobot karkas berkapasitas 50 kg dengan kepekaan 50 g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan. d. Ember, sapu, goni plastik, pisau, alat tulis, alat penerangan Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan: K 1 = pakan konvensional K 2 = hasil sampingan perkebunan sawit K 3 = pakan hasil sampingan perkebunan kakao Untuk pengambilan data bobot nonkarkas, diambil sampel dari masing-masing perlakuan yaitu: K 1 = 2 ekor yaitu K 1 R 1 dan K 1 R 4 K 2 = 2 ekor yaitu K 2 R 3 dan K 2 R 5 K 3 = 2 ekor yaitu K 3 R 2 dan K 3 R 6 Maka jumlah ternak kambing yang dipotong sebanyak 6 ekor. Model matematis yang digunakan menurut Hanafiah (2000) adalah: Yij = μ + τ + ε Parameter Parameter yang diamati meliputi persentase bobot non-karkas, persentase bobot saluran pencernaan, dan income over feed cost. 57

Jurnal Agribisnis Perternakan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2006 Hasil dan Pembahasan Persentase Bobot Non-karkas Non-karkas ternak adalah hasil pemotongan ternak yang terdiri dari kepala, kulit, organ organ internal, kaki bagian bawah dari sendi karpal dan kaki depan, sendi tarsal atau kaki bagian belakang (Soeparno, 1994). Persentase bobot non karkas dapat diperoleh dengan pembagian bobot non karkas (kulit, kepala, kaki, hati, limpa, paru-paru, trakhea, jantung, testis, lemak omental, ekor) dengan bobot tubuh kosong dikali 100%, dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot non karkas kambing yaitu persentase rataan bobot kepala kambing yang tertinggi adalah 9,60% untuk pakan K 2 dan rataan persentase kepala kambing yang terendah adalah sebesar 9,18% untuk pakan K 1. Persentase rataan bobot kulit kambing yang tertinggi adalah 7,77% untuk pakan K 1. Sedangkan rataan persentase bobot kulit kambing terendah adalah 6,32% untuk pakan K 2 yang menggunakan hasil sampingan perkebunan sawit. Persentase rataan bobot kaki kambing yang tertinggi adalah 4,21% untuk pakan K 2. Sedangkan rataan persentase bobot kaki kambing terendah adalah 3,91% untuk pakan K 3. Persentase rataan bobot hati kambing yang tertinggi adalah 2,09% untuk pakan K 2. Sedangkan persentase rataan bobot hati kambing terendah adalah 1,75% untuk pakan K 1. Persentase rataan bobot limfa kambing yang tertinggi adalah 0,30% untuk pakan K 2. Sedangkan persentase rataan bobot limfa kambing terendah adalah 0,15% untuk pakan K 3. Persentase rataan bobot paru-paru dan trakhea kambing yang tertinggi adalah 1,36% untuk pakan K 2. Sedangkan persentase rataan bobot paru-paru dan trakhea kambing terendah adalah 1,06% untuk pakan K 3. Persentase rataan bobot jantung kambing yang tertinggi adalah 0,66% untuk pakan K 3. Sedangkan persentase rataan bobot limfa kambing terendah adalah 0,56% untuk pakan K 1. Persentase rataan bobot testis kambing yang tertinggi adalah 0,78% untuk pakan K 3. Sedangkan persentase rataan bobot testis kambing terendah adalah 0,56% untuk pakan K 1. Persentase rataan bobot lemak omental kambing yang tertinggi adalah 0,50% untuk pakan K 2. Sedangkan persentase rataan bobot lemak omental kambing terendah adalah 0,42% untuk pakan K 1. Persentase rataan bobot ekor kambing yang tertinggi adalah 0,21% untuk pakan K 1. Sedangkan persentase rataan bobot ekor kambing terendah adalah 0,15% untuk pakan K s yang menggunakan hasil sampingan perkebunan kakao. Tabel 1. Persentase bobot non-karkas kambing (%) Peubah (Persentase) Perlakuan Rataan ± sd Kepala K 1 9,18 ± 0,03 K 2 9,60 ± 0,33 K 3 9,48 ± 0,28 Kulit K 1 7,77 ± 0,44 K 2 6,32 ± 1,15 K 3 7,61 ± 0,27 Kaki K 1 4,13 ± 0,20 K 2 4,21 ± 0,24 K 3 3,91 ± 0,08 Hati K 1 1,75 ± 0,25 K 2 2,09 ± 0,13 K 3 1,92 ± 0,13 Limfa K 1 0,16 ± 0,01 K 2 0,30 ± 0,17 K 3 0,15 ± 0,04 Paru paru + Trakhea K 1 1,12 ± 0,03 K 2 1,36 ± 0,41 K 3 1,02 ± 0,02 Jantung K 1 0,56 ± 0,07 K 2 0,59 ± 0,06 K 3 0,66 ± 0,07 Testis K 1 0,56 ± 0,07 K 2 0,73 ± 0,11 K 3 0,78 ± 0,05 Lemak Omental K 1 0,42 ± 0,03 K 2 0,50 ± 0,03 K 3 0,43 ± 0,01 Ekor K 1 0, 17 ± 0,04 K 2 0,20 ± 0,01 K 3 0,15 ± 0,04 Kulit Dari hasil analisis keragaman perlakuan pemberian konsentrat yaitu pakan konvensional, hasil sampingan perkebunan kelapa sawit dan hasil sampingan perkebunan kakao tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap persentase bobot kulit. Tetapi dalam penelitian ini persentase bobot kulit tidak berbeda nyata karena pemberian konsentrat yang dibatasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Soeparno (1994) bahwa perlakuan nutrisi dan spesies pastura pada ternak tidak mempengaruhi berat kulit pada berat tubuh yang sama. Kepala Hasil analisis keragaman perlakuan pemberian konsentrat yaitu pakan konvensional, hasil sampingan perkebunan kelapa sawit, dan hasil sampingan perkebunan kakao tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0,05) 58

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak: Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan dalam Konsentrat terhadap persentase bobot kepala. Tetapi dalam penelitian ini persentase bobot kepala tidak berbeda nyata karena pemberian konsentrat yang dibatasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Soeparno (1994) bahwa perlakuan nutrisi dan spesies pastura pada ternak tidak mempengaruhi berat kepala pada berat tubuh yang sama. Kaki (p>0,05) terhadap persentase bobot kaki. Tetapi dalam penelitian ini persentase bobot kaki tidak berbeda nyata karena pemberian konsentrat yang dibatasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa perlakuan nutrisional mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap bobot nonkarkas eksternal terutama kaki. Hati (p>0,05) terhadap persentase bobot hati. Hal ini disebabkan oleh pemberian konsentrat yang dibatasi. Sesuai dengan pendapat Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa perlakuan nutrisional mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap bobot non-karkas internal seperti hati. Limpa pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap persentase bobot limpa. Ini disebabkan karena kandungan nutrisi yang terkandung dari masing-masing konsentrat adalah sama. Sementara pendapat Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa konsumsi nutrisi tinggi akan menurunkan berat limpa. Paru paru dan Trakhea sampingan perkebunan kelapa sawit dan hasil pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap persentase bobot paru paru dan trakhea. Ini disebabkan oleh kandungan nutrisi yang terkandung dari masing-masing konsentrat adalah sama. Pendapat Soeparno (1994) menyatakan bahwa konsumsi nutrisi tinggi akan menurunkan berat bobot paru paru dan trakhea. Jantung pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap persentase bobot jantung. Ini disebabkan oleh kandungan nutrisi yang terkandung dari masingmasing konsentrat adalah sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa perlakuan nutrisional mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap bobot non-karkas internal seperti jantung. Testis pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap persentase bobot testis. Ini disebabkan oleh pemberian tiga konsentrat yang kandungan proteinnya hampir sama yaitu 16%. Partodiharjo (1980) menyatakan bahwa berat sebuah testis dipengaruhi oleh umur, jenis ternak, dan kondisi makanan. Lemak Omental pengaruh yang nyata (p > 0,05) terhadap persentase bobot lemak omental. Ini disebabkan oleh kandungan nutrisi yang terkandung dari masing-masing konsentrat adalah sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa perlakuan nutrisional mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap bobot non-karkas. Ekor (p > 0,05) terhadap persentase bobot ekor. Ini disebabkan oleh kandungan nutrisi yang terkandung dari masing-masing konsentrat adalah sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa perlakuan nutrisional mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap bobot non-karkas. Persentase Bobot Saluran Pencernaan Persentase bobot saluran pencernaan adalah bobot saluran pencernaan (perut, oesofagus, usus) dibagi dengan bobot tubuh kosong dikali 100%. Persentase bobot saluran pencernaan terdiri dari perut, oesofagus, usus, disajikan pada Tabel 2. 59

Jurnal Agribisnis Perternakan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2006 sampingan perkebunan kelapa sawit dan hasil sampingan perkebunan kakao memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap persentase bobot saluran pencernaan yaitu perut dan oesofagus. Untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan maka dilanjutkan dengan analisis beda nyata jujur (BNJ), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil uji beda nyata jujur (BNJ) pada Tabel 3 diperoleh bahwa rataan perlakuan K 2 berbeda sangat nyata dengan rataan perlakuan K 1 dan rataan perlakuan K 3 tetapi K 1 tidak berbeda nyata dengan K 3. Hal ini disebabkan oleh penyerapan nutrisi dalam perut berbeda. Hal ini didukung pendapat Basuki (1994) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan organ dalam antara yang satu dengan yang lain berbeda dan juga dipengaruhi oleh nutrisi. Usus Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot saluran pencernaan antara lain persentase bobot perut dan oesofagus kambing yang tertinggi adalah 5,73% untuk pakan K 2. Sedangkan rataan persentase bobot perut dan oesofagus kambing yang terendah adalah 4,22% untuk pakan K 1. Persentase bobot usus kambing yang tertinggi adalah 4,68% untuk pakan K 2. Sedangkan rataan persentase usus kambing yang terendah adalah 3,65% untuk pakan K 1. Perlakuan K1, K2, dan K3 tidak memberikan pengaruh yang nyata (p > 0,05) terhadap persentase bobot saluran pencernaan yaitu usus. Ini disebabkan oleh kandungan nutrisi yang terkandung dari masing-masing konsentrat adalah sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Basuki (1994) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan organ dalam antara yang satu dengan yang lain berbeda dan juga dipengaruhi oleh nutrisi. Tabel 2. Persentase bobot saluran pencernaan (%) Peubah (Persentase ) Perlakuan Rataan ± sd Perut dan oesofagus K 1 4,22 ± 0,11 K 2 5,73 ± 0,05 K 3 4,81 ± 0,08 Usus K 1 3,65 ± 0,00 K 2 4,68 ± 0,04 K 3 4,55 ± 0,34 Tabel 3. Analisis beda nyata jujur (BNJ) persentase bobot saluran pencernaan Perlakuan Rataan Notasi K1 4,222 B K2 5,734 A K3 4,814 B Tabel 4. Income over feed cost (Rp) kambing kacang selama penggemukan Ulangan Perlakuan K1 K2 K3 Total ± sd I 33.000 39.170 40.550 112.720 ± 3.282,54 II 37.710 65.870 36.600 140.180 ± 13.543,96 III 39.280 36.360 27.200 102.840 ± 5.146,29 IV 47.910 43.350 30.400 121.660 ± 7.416,91 V 76.200 39.790 37.670 153.660 ± 17.684,72 VI 60.970 43.680 27.610 132.260 ± 13.622,20 Total 295.070 268.220 200.030 763.320 Rataan 49.178,33 44.703,33 33.338,33 127.220 60

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak: Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan dalam Konsentrat Income Over Feed Cost Yaitu pendapatan usaha perternakan yang didapat dari berat badan ternak (bobot potong bobot awal) dikali harga ternak/kg dikurangi dengan biaya pakan (total konsumsi dikali harga pakan). Dari hasil penelitian diperoleh income over feed cost, dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan income over feed cost yang tertinggi terdapat pada perlakuan K 1 yaitu sebesar Rp 49.178,33, kemudian diikuti pada perlakuan K 2 (pakan hasil sampingan perkebunan sawit) yaitu sebesar Rp 44.703,33 dan rataan terkecil terdapat pada perlakuan K 3 yaitu sebesar Rp 33.338,33. (p > 0,05) terhadap income over feed cost (IOFC) kambing kacang selama penggemukan. Hal ini disebabkan oleh harga pakan yang hampir sama antar-perlakuan sehingga biaya produksi yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan keuntungan yang dihasilkan antarperlakuan tidak berbeda jauh. Kesimpulan Pemberian pakan konvensional (K 1 ), hasil sampingan perkebunan sawit (K 2 ), dan hasil sampingan perkebunan kakao (K 3 ) memberikan pengaruh yang sama terhadap persentase bobot non-karkas, persentase bobot usus, dan income over feed cost (IOFC). Namun memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot perut dan oesofagus kambing Kacang di mana K 2 berbeda sangat nyata dengan K 1 dan K 3. Hasil sampingan perkebunan (pakan inkonvensional) berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan alternatif pada ternak kambing. Daftar Pustaka Basuki. 1994.Serat Kasar dan Peranannya dalam Ransum Ternak. Gajah Mada Press. Yogyakarta. Departemen Pertanian. 1985. Cara Beternak Kambing. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Gedung Johor, Medan. Hanafiah, K.A., 2000. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Palembang. Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 61