PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

MATERI. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

MATERI DAN METODE. Materi

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

PENGARUH JUMLAH (3 DAN 6 PER HARI) FREKUENSI PEMBERIAN KONSENTRAT TERHADAP KOMPOSISI TUBUH KERBAU JANTAN

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

S. Mawati, F. Warastuty, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul keluaran kreatinin lewat urin pada domba lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni September 2015 di Laboratorium

PENGARUH AMPAS TEH DALAM PAKAN KONSENTRAT TERHADAP KONSENTRASI VFA DAN NH 3 CAIRAN RUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

MATERI DAN METODE. Materi

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

KONDISI CAIRAN RUMEN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR DAN ARAS KONSENTRAT BERBEDA

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

KADAR HEMATROKRIT, GLUKOSA DAN UREA DARAH SAPI JAWA YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

FEED COST PER GAIN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR JERAMI PADI DAN LEVEL KONSENTRAT BERBEDA

KAJIAN PERTUMBUHAN KARKAS DAN BAGIAN NON KARKAS KAMBING LOKAL JANTAN PASCA PEMBERIAN ASAM LEMAK TERPROTEKSI

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH PEPAYA TERHADAP KANDUNGAN GLUKOSA DARAH SAPI POTONG DI DESA KANDANG MUKTI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

PENAMPILAN PRODUKSI KERBAU LUMPUR JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN AMPAS BIR SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT JADI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

Evaluasi Pertambahan Bobot Badan Sapi Aceh Jantan yang Diberi Imbangan Antara Hijauan dan Konsentrat di Balai Pembibitan Ternak Unggul Indrapuri

PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

PERBANDINGAN PERSENTASE KULIT ANTARA KAMBING KEJOBONG, KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DAN KAMBING KACANG JANTAN UMUR SATU TAHUN

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

Transkripsi:

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA (Carcass and Non Carcass Percentages of Indigenous Rams with Different Feeding Methods) HUDALLAH, C.M.S. LESTARI dan E. PURBOWATI Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT The aim of the study were to evaluate effect of different feeding methods on carcass and non carcass percentages of indigenous ram. Twelve indigenous rams of 8 10 months old and initial body weight of 13-19 kg were used in this study. Treatments apply in this study were T1 = freechoice, T2 = concentrate forage, and T3 = less forage concentrate-forage. Data of carcass and non carcass weight percentage were analyzed using analysis of variance in Randomized Block Design (RBD). Results of the study showed that the feeding methods did not significanly influence (P > 0.05) slaughter weight (± 18.174 g), empty body weight (± 14.920 g), carcass weight (± 7.736 g), component non carcass weight, and non carcass percentage (± 54.64%). But carcass percentage T2 (44.0%) was higher (P < 0.05) than that of T1 (41.08%) and T3 (41.64%), non carcass weight T2 (8.930 g) was lower than that of (P < 0.05) than that of T1 (10.461 g) and T3 (10.434 g) and viscera weight T2 (4.988 g) was lower (P < 0.05) than that of T1 (6.136 g) and T2 (6.264 g). It is concluded that different feeding methods get the same slaughter weight, empty body weight, carcass weight, non carcass weight (without viscera) and non carcass percentage. Feeding method using concentrate forage produced higher carcass percentage and lower non carcass percentage. Key Words: Indigenous Ram, Feeding Method Carcass, Non Carcass ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan dengan metode yang berbeda terhadap persentase karkas dan non karkas domba lokal jantan. Penelitian ini menggunakan 12 ekor domba lokal jantan dengan kisaran umur 8 10 bulan dan bobot badan awal 13,00 19,30 kg. Perlakuan metode pemberian pakan sebagai berikut: T1 = freechoice, T2 = konsentrat-hijauan, dan T3 = sedikit hijauan konsentrat hijauan. Data bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas dan non karkas serta persentase karkas dan non karkas yang diperoleh, dianalisis ragam dalam rancangan acak kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pemberian pakan tidak mempengaruhi (P > 0,05) bobot potong (± 18.174 g), bobot tubuh kosong (± 14.920 g), bobot karkas (± 7.736 g), bobot komponen non karkas (kecuali viscera) dan persentase non karkas (± 54,64%). Sedangkan persentase karkas T2 (44,10%) lebih besar (P < 0,05) dari pada T1 (41,08%) dan T3 (41,64%), bobot total non karkas T2 (8.930 g) lebih rendah (P < 0,05) daripada T1 (10.461 g) dan T3 (10.434 g) dan bobot viscera T2 (4.988 g) lebih rendah (P < 0,05) dari pada T1 (6.136 g) dan T2 (6.264 g). Kesimpulan penelitian ini adalah metode pemberian pakan yang berbeda menghasilkan bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas, bobot komponen non karkas (kecuali viscera) dan persentase non karkas yang setara. Metode pemberian pakan konsentrat-hijauan menghasilkan persentase karkas tertinggi dan bobot viscera serta bobot total non karkas yang terendah. Kata Kunci: Domba, Metode Pemberian Pakan, Karkas, Non Karkas PENDAHULUAN Ternak domba merupakan penghasil daging yang potensial. Selain pemilihan bibit dan pakan yang baik, faktor manajemen sangat menentukan keberhasilan usaha pemeliharaan ternak, salah satunya adalah manajemen pemberian pakan selama pemeliharaan. 380

Pemberian hijauan sebagai pakan utama domba pada umumnya kurang mampu memenuhi kebutuhan untuk produksi, oleh karena itu diperlukan pakan penguat (konsentrat). Pemberian pakan konsentrat dan hijauan yang disediakan secara bersamaan akan berakibat pada penurunan kecernaan bahan kering (BK) dan bahan organik ransum, untuk itu konsentrat diberikan 2 jam sebelum pemberian pakan kasar dengan maksud meningkatkan kecernaan BK dan bahan organik ransum (SIREGAR, 1997). Pemberian pakan pola ini juga dapat merangsang aktivitas mikroba rumen sehingga dapat meningkatkan daya cerna dan konsumsi hijauan (TILLMAN et al., 1998). Pemberian konsentrat dengan kandungan pati tinggi dalam jumlah banyak pada ransum akan mengakibatkan populasi bakteri amilolitik meningkat sehingga kondisi rumen menjadi asam, akibatnya populasi bakteri Lactobacillus yang menghasilkan asam laktat meningkat. Bila asam laktat berlebih, maka akan mengakibatkan ternak mengalami lactic acidosis (CHURCH, 1988). Menurut SUDONO et al. (2003), resiko terkena acidosis dapat dikurangi dengan mengubah pola pemberian pakan yaitu dengan memberikan sedikit hijauan terlebih dahulu sebelum konsentrat mulai diberikan. Menurut SOEBARINOTO et al. (1991), pakan hijauan sebaiknya diberikan 30 60 menit sebelum pemberian konsentrat. Metode pemberian sedikit hijauan pada pola pemberian pakan bertujuan untuk meningkatkan produksi saliva yang dapat menjaga kenormalan ph rumen, sehingga acidosis bisa dihindari. Keadaan ph rumen yang normal, cocok untuk perkembangan mikrobia rumen secara optimal sehingga kecernaan pakan meningkat dan pertambahan bobot badan (PBB) ternak tinggi, dengan demikian akan dihasilkan bobot potong yang besar. Diharapkan dengan bobot potong domba yang besar produksi karkas yang dihasilkan juga tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan dengan metode yang berbeda terhadap persentase karkas dan non karkas domba lokal jantan. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan di Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Materi penelitian berupa 12 ekor domba lokal jantan dengan kisaran umur 8 10 bulan dan kisaran bobot badan awal 13,00-19,30 kg. Domba dikandangkan pada kandang individual (petak) model panggung yang terbuat dari bahan kayu. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan untuk hijauan, ember untuk konsentrat dan air minum. Peralatan penelitian berupa timbangan gantung merk Setia kapasitas 25 kg dengan ketelitian 0,10 kg untuk menimbang domba dan karkas domba, dan timbangan merk Accure kapasitas 6 kg dengan ketelitian 0,002 kg untuk menimbang pakan, serta timbangan merk Tanita berkapasitas 3 kg dengan ketelitian 0,001 kg untuk menimbang bagian-bagian non karkas. Bahan pakan yang diberikan adalah rumput gajah dalam bentuk hay dan konsentrat yang disusun dari wheat bran dan dedak padi dengan perbandingan 1 : 1. Pakan diberikan berdasarkan kebutuhan BK untuk domba sebanyak 4% dari bobot badan. Dari kebutuhan BK tersebut konsentrat diberikan sebanyak 70%. Hijauan dan air minum disediakan secara ad libitum. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian Bahan pakan BK Kandungan nutrisi dalam 100% BK Abu LK PK SK BETN Gross energi --------------------------- % --------------------------- (Kal/g) Konsentrat 83,50 9,24 3,96 15,11 13,58 58,11 3351,58 Rumput Gajah 86,62 18,45 3,90 11,34 27,63 38,68 2991,24 BK = bahan kering, LK = lemak kasar; PK = protein kasar; SK = serat kasar; BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen 381

Penelitian menggunakan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan metode pemberian pakan. Pengelompokan domba dilakukan karena kisaran bobot badan domba relatif lebar, yaitu 13,00 19,30 kg. Kelompok I adalah domba dengan rata-rata bobot badan 16,83 ± 2,32 kg (CV = 13,77%), kelompok II 15,67 ± 0,72 kg (CV = 4,62%), kelompok III 14,03 ± 0,90 kg (CV = 6,39%) dan kelompok IV 14,03 ± 0,21 kg (CV = 1,48%). Perlakuan yang diterapkan adalah metode pemberian pakan yang berbeda, yaitu: T1 = Konsentrat + hijauan secara bersamaan T2 = Konsentrat 2 jam hijauan T3 = Hijauan 1/2 jam konsentrat 2 jam hijauan Parameter penelitian adalah bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas dan non karkas. Bobot potong diperoleh dengan menimbang domba sebelum dipotong. Bobot tubuh kosong adalah bobot potong dikurangi jumlah isi saluran pencernaan, kandung kemih dan empedu. Bobot karkas meliputi seluruh tubuh ternak setelah dipotong dikurangi bagian non karkas yaitu kepala, darah, organ-organ dalam kecuali ginjal, keempat kaki bagian bawah, kulit, ekor dan bulu. Bobot karkas diperoleh dengan menimbang karkas. Bobot non karkas diperoleh dengan menimbang bagian non karkas. Persentase karkas diperoleh dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot potong, sedangkan persentase non karkas diperoleh dengan membandingkan bobot non karkas dengan bobot potong. Penelitian dilakukan dalam 5 periode yaitu periode persiapan, adaptasi, pendahuluan, perlakuan dan pengambilan data. Periode persiapan dilakukan selama 3 minggu yaitu persiapan kandang, pembelian domba dan alatalat yang digunakan untuk penelitian. Pemberian obat cacing merk VERM-O kaplet dengan kandungan Oxfendazole 225 mg dengan dosis satu kapsul/ekor dilakukan pada periode ini. Periode adaptasi dilakukan selama 2 minggu untuk membiasakan domba terhadap pakan perlakuan. Periode pendahuluan selama 1 minggu dimulai dengan penimbangan ternak untuk pengelompokan ternak, pengacakan ternak terhadap perlakuan, penempatan ternak dalam kandang, dan diberi pakan perlakuan. Periode pendahuluan dilakukan untuk menghilangkan pengaruh pakan pada periode sebelumnya. Periode perlakuan dilaksanakan selama 10 minggu diawali dengan penimbangan domba untuk mengetahui bobot badan awal perlakuan. Selama tahap perlakuan, konsumsi dan pertambahan bobot badan dicatat. Tahap pengambilan data dilakukan setelah tahap perlakuan selesai dengan memotong domba yang sebelumnya telah dipuasakan selama 12 jam. Setelah dipuasakan domba ditimbang untuk mengetahui bobot potong, kemudian dipotong pada bagian leher hingga memutus trachea, vena jugularis, arteri carotis dan oesophagus. Darah yang keluar ditampung kemudian ditimbang. Kepala dipisahkan pada bagian tulang atlas. Ujung oesophagus diikat agar cairan rumen tidak keluar. Domba digantung pada kedua kaki belakang kemudian dikuliti. Pengulitan dilakukan dengan membuat irisan melingkar pada persendian tarsal (kaki belakang) sebelah dalam menuju ke arah perut lalu ke arah punggung dan memotong kaki depan pada persendian meta carpus. Bagian perut dibuka dan semua organ yang berada di dalamnya yaitu organ pencernaan dan organ lain kecuali ginjal dikeluarkan. Kemudian karkas dan non karkas ditimbang. Penimbangan non karkas dilakukan untuk masing-masing komponen yaitu kepala, darah, organ-organ dalam kecuali ginjal, keempat kaki bagian bawah, ekor, kulit dan bulu. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam dan apabila ada perbedaan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda Duncan menurut petunjuk STEEL dan TORRIE (1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot dan persentase karkas Rata-rata bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot dan persentase karkas (bruto maupun netto) domba hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Analisis statistik menunjukkan, bahwa metode pemberian pakan yang berbeda tidak mempengaruhi bobot potong, bobot tubuh kosong dan bobot karkas yang diamati (P > 0,05), tetapi pada persentase karkas terdapat perbedaan yang nyata (P < 0,05). 382

Tabel 2. Rata-rata bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas dan persentase karkas Parameter Perlakuan T1 T2 T3 Bobot potong (g) 18.822,00 a 16.833,00 a 18.866,00 a Bobot tubuh kosong (g) 15.291,00 a 14.217,00 a 15.254,00 a Bobot karkas (g) 7.804,00 a 7.478,00 a 7.927,00 a Persentase karkas Bruto (%) 41,08 a 44,10 b 41,64 a Netto (%) 50,56 a 52,22 a 51,54 a Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P < 0,05) Salah satu faktor yang mempengaruhi bobot potong adalah konsumsi pakan. Analisis statistik menunjukkan bahwa metode pemberian pakan yang berbeda, tidak mengakibatkan perbedaan yang berarti terhadap konsumsi BK pakan (Tabel 3) diantara ketiga perlakuan (P > 0,05), hal ini diduga karena pakan yang diberikan pada ketiga perlakuan mempunyai kualitas yang sama. Hal ini diperkuat dengan pernyataan ADIWINARTI et al. (1999) dan LESTARI et al. (2001), bahwa jumlah konsumsi nutrisi pakan yang sama akan menghasilkan bobot potong yang sama. Selain bobot potong, ternyata bobot tubuh kosong pada ketiga perlakuan juga tidak berbeda. Konsumsi BK yang tidak berbeda mengakibatkan konsumsi PK dan energi yang tidak berbeda pula (Tabel 3). Selain konsumsi, ternyata kecernaan BK pakan pada ketiga perlakuan juga tidak berbeda. Kecernaan BK hasil penelitian untuk T1, T2 dan T3 berturut-turut yaitu 54,98%; 54,50% dan 58,25%. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan SIREGAR (1997), bahwa pemberian konsentrat 2 jam sebelum hijauan dapat meningkatkan kecernaan BK. Konsumsi dan kecernaan pakan yang tidak berbeda diantara ketiga perlakuan, berpengaruh terhadap Pertambahan Bobot Hidup Harian (PBHH), sehingga bobot potong yang diperoleh juga relatif sama. Menurut TOBING et al. (2004), semakin banyak pakan yang terkonsumsi dan zat-zat yang tercerna, maka semakin tinggi PBHH sehingga berpengaruh pada bobot potong yang diperoleh. Bobot karkas yang tidak berbeda nyata kemungkinan dipengaruhi oleh bobot potong yang juga tidak berbeda. Dugaan ini sesuai dengan pendapat BERG dan BUTTERFIELD (1976), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi bobot karkas adalah bobot potong. Semakin tinggi bobot potong, maka semakin tinggi pula bobot karkas yang diperoleh (RIANTO et al., 2006). Tabel 3. Rata-rata konsumsi pakan harian (BK, PK dan energi) Parameter Konsumsi BK total (g) Hijauan (g) Konsentrat (g) Konsumsi PK total (g) Konsumsi energi (MJ) Perlakuan T1 T2 T3 640,00 a 611,00 a 651,00 a 166,00 a 158,00 a 176,00 a 474,00 a 453,00 a 475,00 a 90,38 a 84,61 a 93,79 a 10,36 a 9,89 a 10,26 a BK = bahan kering; PK = protein kasar 383

Persentase karkas untuk T2 lebih tinggi daripada T1 dan T3, padahal bobot potong dan bobot karkasnya tidak berbeda nyata. Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot potong dan bobot karkas (NATASASMITA, 1978). Persentase karkas T2 lebih tinggi daripada T1 dan T3 kemungkinan karena bobot potong T2 lebih rendah 10,57% daripada T1 dan 10,77% daripada T3, sedangkan bobot karkas T2 hanya lebih rendah 4,18% daripada T1 dan 5,66% daripada T3, sehingga persentase karkasnya menjadi tinggi. Perbedaan ini diduga karena adanya selisih antara bobot potong dan bobot tubuh kosong, sehingga walaupun berdasarkan bobot potong, persentase karkas (bruto) berbeda, namun berdasarkan bobot tubuh kosong, persentase karkas (netto) menunjukkan tidak ada perbedaan di antara ketiga perlakuan. Hal ini berarti perbedaan antara ketiga perlakuan disebabkan oleh berbedanya jumlah isi saluran pencernaan, kandung kemih dan empedu. Persentase karkas yang diperoleh di penelitian ini berkisar 41,47 44,43%, relatif sama dengan persentase karkas hasil penelitian ADIWINARTI et al. (1999), yaitu berkisar 41,11 44,00%, namun ternyata lebih tinggi daripada hasil persentase karkas domba yaitu berkisar 31,57 37,10% yang diperoleh RIANTO et al. (2006), Bobot potong domba pada penelitian yang dilakukan oleh ADIWINARTI et al. (1999) adalah 22,87 24,13 kg, sementara bobot potong domba pada penelitian RIANTO et al. (2006) berkisar antara 21,20 25,98 kg. Perbedaan persentase karkas hasil penelitian ini dengan penelitian RIANTO et al. (2006), diduga karena adanya perbedaan kualitas ransum yang diberikan. Penelitian RIANTO et al. (2006) menggunakan ransum dengan kadar protein antara 8,11 12,56%, sedangkan kandungan protein ransum pada penelitian ini 13,62%. Menurut RIANTO et al. (2006), ternak yang secara efisien dapat menggunakan protein pakan, maka protein yang terdeposisi akan meningkat sehingga bobot daging yang diperoleh besar dan akan meningkatkan persentase karkas. Bobot dan persentase non karkas Rata-rata bobot dan persentase non karkas total, serta bobot komponen non karkas hasil penelitian domba lokal jantan dengan metode pemberian pakan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. Analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan metode pemberian pakan berpengaruh (P < 0,05) pada bobot total non karkas (bruto) dan viscera (bruto), tetapi bobot komponen non karkas yang lain dan persentase non karkas tidak terdapat pengaruh yang nyata (P > 0,05). Tabel 5. Rata-rata bobot komponen non karkas dan persentase non karkas Komponen Perlakuan T1 T2 T3 Bobot non karkas Bruto (g) 10.461,00 a 8.930,00 b 10.434,00 a Netto (g) 6.930,00 a 6.314,00 a 6.821,00 a Kepala (g) 1.334,00 a 1.318,00 a 1.375,00 a Kaki (g) 546,00 a 486,00 a 536,00 a Viscera Bruto (g) 6.136,00 a 4.988,00 b 6.264,00 a Netto (g) 2.517,00 a 2.316,00 a 2.541,00 a Kulit (g) 1.378,00 a 1.174,00 a 1.266,00 a Darah (g) 914,00 a 824,00 a 850,00 a Ekor (g) 154,00 a 141,00 a 143,00 a Persentase non karkas Bruto (%) 55,58 a 53,05 a 55,30 a Netto (%) 45,34 a 44,43 a 44,78 a Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (P < 0,05) 384

Bobot non karkas yang berbeda nyata diduga karena bobot viscera (bruto) yang berbeda. Bobot viscera bruto pada T2 lebih rendah daripada T1 dan T3. Bobot viscera (bruto) yang berbeda disebabkan karena bobot isi saluran pencernaan yang relatif berbeda. Bobot isi saluran pencernaan hasil penelitian pada T1 = 3.619 g, T2 = 2.672 g dan T3 = 3.723 g. Berbeda dengan bobot viscera bruto, viscera netto ketiga perlakuan mempunyai bobot yang sama, artinya metode pemberian pakan yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan bobot viscera netto di antara ketiga perlakuan. Kepala dan kaki di antara ketiga perlakuan tidak berbeda, diduga karena kepala dan kaki merupakan bagian tubuh ternak yang masak dini. Dugaan ini sesuai dengan TOBING et al. (2004), bahwa kepala dan kaki merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan yang besar pada awal kehidupan, tetapi mengalami penurunan pertumbuhan pada akhir kehidupan. Bobot kulit dan darah tidak berbeda nyata antar perlakuan, kemungkinan karena bobot potong yang tidak berbeda nyata pula. Bobot potong yang semakin besar akan menghasilkan kulit yang semakin luas dan volume darah yang semakin banyak. Hasil penelitian TOBING et al. (2004), menunjukkan bahwa bobot kulit dan volume darah pada domba sebanding dengan bobot potongnya. Bobot ekor tidak berbeda nyata antar perlakuan, hal ini diduga karena domba yang digunakan adalah domba lokal (JEK) sehingga deposisi lemak tidak berada pada bagian ekor, tapi pada bagian lain seperti viscera dan bagian bawah kulit. Persentase non karkas yang diperoleh berkisar 53,05 55,58% (bruto) atau 44,43 34,34% (netto). Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian ADIWINARTI et al. (1999), yaitu 57,98%. Rendahnya persentase non karkas yang dihasilkan ini menguntungkan, karena ditinjau dari segi ekonomi, hasil pemotongan ternak yang berupa non karkas mempunyai nilai ekonomi yang lebih rendah dari pada karkas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan metode pemberian pakan yang berbeda menghasilkan bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas, bobot komponen non karkas (kecuali viscera) dan persentase non karkas yang setara/sama. Metode pemberian pakan konsentrat-hijauan menghasilkan persentase karkas tertinggi dan bobot viscera serta bobot total non karkas yang terendah. DAFTAR PUSTAKA ADIWINARTI, R., C.M.S. LESTARI, E. PURBOWATI, E. RIYANTO dan J.A. PRAWOTO. 1999. Karakteristik karkas dan non karkas domba yang diberi pakan tambahan limbah industri kecap dengan aras yang berbeda. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 24(4): 137 145. BERG, R.T. dan R.M. BUTTERFIELD. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Edisi kesatu. Sydney University Press, Sydney. CHURCH, D.C. 1988. The Ruminant Animal Digestive Physiology and Nutrition. Prentice Hall. New Jersey. LESTARI, C.M.S., E. PURBOWATI dan S. MAWARTI. 2001. Produksi edible portion karkas domba lokal jantan akibat penggantian protein konsentrat dengan protein ampas tahu. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. Edisi Spesial: 228 235. NATASASMITA, A. 1978. Body Composition of Swamp Buffalo (Bubalus bubalis). Ph.D Thesis. Study of Development Growth and Sex Defferences. University of Melbourne. RIANTO, E., E. LINDASARI dan E. PURBOWATI. 2006. Pertumbuhan dan komponen fisik karkas domba ekor tipis jantan yang mendapat dedak padi dengan aras berbeda. Jurnal Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. 8(1): 28 33. SIREGAR, S.B. 1997. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta. SOEBARINOTO, S. CHUZAEMI dan MASHUDI. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Universitas Brawijaya, Malang. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi kedua. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. (Diterjemahkan oleh B. Sumantri) SUDONO, A., R.F. ROSDIANA dan B.S. SETIAWAN. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. 385

TILLMAN, A.D., H. HARTADI., S. REKSOHADIPROJO., S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSUKOJO. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan keenam. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. TOBING, M.M., C.M.S. LESTARI dan S. DARTOSUKARNO. 2004. Proporsi karkas dan non karkas domba lokal jantan menggunakan pakan rumput Gajah dengan berbagai level ampas tahu. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. Buku 2. hlm. 90 97. DISKUSI Pertanyaan: 1. Berapa banyak pemberian konsentrat dan rumput Gajah? 2. Range bobot hidup yang digunakan sangat besar, apa tidak ada pengaruhnya?. Jawaban: 1. Pemberian konsentrat ± 10% dari bobot hidup (dalam keadaan segar). 2. Untuk itu dipakai rancangan acak kelompok dengan bobot hidup pada setiap kelompok yang sama. 386