EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE )

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TABUNG PENYIMPANAN TERMODIFIKASI

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98%

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

RADIOAKTIVITAS IODIUM-125 PADA UJI PRODUKSI MENGGUNAKAN TARGET XENON-124 DIPERKAYA

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

OPTIMASI PENGGUNAAN HCl SEBAGAI LARUTAN PENGELUSI ITRIUM-90 DALAM DOWEX 50WX8-200

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

PEMBUATAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 UNTUK SINTESA ATP BERTANDA 32 P [(Y 32 P)ATP]

PENGAWASAN PEMBUATAN DI PUSA T RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

Azmairit Aziz. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN - Bandung

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN PROFIL ELUSI 125 I SEBAGAI PERUNUT UNTUK TUJUAN RADIOIMMUNOASSAY (RIA) Maiyesni, Mujinah, Dede Kurniasih, Witarti, Triyanto, Herlan S.

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PROSES RADIOISOTOP MEDIS 131 I MENGGUNAKAN METODE KOLOM RESIN PENUKAR ION UNTUK APLIKASI KEDOKTERAN NUKLIR

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

Kata kunci: Lutesium-177, Yterbium-176, DOTA-TOC, bebas pengemban, radioterapi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

SISTEM PERHITUNGAN PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DAN GENERATOR Mo-99/Tc-99M MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS

A ALISIS LIMBAH RESI PE UKAR IO SISTEM PEMUR IA AIR PE DI GI PRIMER RSG-GAS*

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

KALIBRASI EFISIENSI α/β COUNTER UNTUK ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR BETA DALAM CONTOH URIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

PEMISAHAN RADIOISOTOP 115m In MENGGUNAKAN KOLOM KROMATOGRAFI DENGAN RESIN AG 1X8 (Cl - )

PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN GADOLINIUM OKSIDA ALAM RADIOISOTOPE FROM IRRADIATED NATURAL GADOLINIUM OXIDE TARGET

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina

GENERATOR 188W/188Re BERBASIS ALUMINA

PROSES PEMISAHAN DAN PEMURNIAN 99m Tc DARI MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM ALUMINA

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

PEMISAHAN MATRIKS 90 Sr/ 90 Y MENGGUNAKAN ELEKTROKROMATOGRAFI BERBASIS FASA DIAM CAMPURAN ALUMINA-SILIKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

ANALISIS FISIKO KIMIA RADIOISOTOP PRASEODIMIUM-143 ( 143 Pr) UNTUK APLIKASI RADIOTERAPI

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN BERBASIS PZC (POLY ZIRCONIUM COMPOUND)

PREPARASI 131I-MIBG :RADIOFARMAKA DIAGNOSA DAN TERAPI NEUROBLASTOMA

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

Bab IV Hasil dan Pembahasan

STUDI PERBANDINGAN METODE AKTIVASI NEUTRON DAN ELEKTRODEPOSISI PADA PENENTUAN URANIUM DAN THORIUM DALAM CONTOH URIN

Triani Widyaningrum, Triyanto, Endang Sarmini, Umi Nur Sholikhah, Sunarhadijoso Soenarjo.

KANKER. need to be. activation. PROSIDING SEMINAR ABSTRAK UNTUK TERAPI. Sm Oksida. radioaktivitas. kanker tulang metastatiss. ABSTRACTT Sm-EDTMP

BAB 1 PENDAHULUAN. Zirkonium (Zr) merupakan unsur golongan IVB bersama-sama dengan

ANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA CLEAN ROOM DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN

PEMISAHAN DAN KARAKTERISASI SPESI SENYAWA KOMPLEKS YTRIUM-90 DAN STRONSIUM-90 DENGAN ELEKTROFORESIS KERTAS

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

PEMBUATAN, PEMURNIAN DAN STABILITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) BERTANDA RADIOIODIUM-131. Aang Hanafiah Ws, Eva Maria Widyasari, Nanny Kartini Oekar

PEMBUATAN KIT MIBI SEBAGAI PENATAH JANTUNG

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM DALAM PENANDAAN LIGAN EDTMP DENGAN RADIOISOTOP 170 Tm

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Unjuk Kerja Generator Radioisotop Mo/ Tc dengan Radioaktivitas

Transkripsi:

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL EVALUATION OF MAKING HIPPURAN LABELED COMPOUNDS FOR DIAGNOSIS RENAL FUNCTION Maskur, Purwoko, Chairuman, Yono Sugiharto, dan Sriyono Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan (15313), Telp. 21-7563141 Email : maskur@batan.go.id Abstrak. Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN telah berhasil membuat senyawa bertanda dan telah dimanfaatkan beberapa rumah sakit di Indonesia untuk diagnosis fungsi ginjal. Pembuatan dilakukan dengan cara mereaksikan radioisotop I-131 dan ligan Ortho Iodo Hippurate sehingga terjadi pertukaran isotop I-127 stabil dan I-131 radioaktif. Secara kualitas, senyawa bertanda tersebut telah memenuhi syarat yang ditetapkan US Farmakope, kemurnian radiokimia >95%. Namun, yield proses masih kecil yaitu <49%. Untuk meningkatkan yield maka dilakukan evaluasi beberapa parameter proses. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa proses penandaan dapat menghasilkan kemurnian radiokimia >95% melalui proses pemurnian menggunakan resin dan jika tanpa pemurnian dihasilkan radiokimia <75,33%. Waktu pemanasan telah dilakukan 3 4,5 jam, semakin besar waktu pemanasan maka yield yang dihasilkan semakin besar. Konsentrasi bahan baku I-131 bulk direkomendasikan >13,7 mci/ml, jika konsentrasi terlalu kecil maka kemurnian radiokimia dan yield yang dihasilkan sangat kecil. Kata kunci: evaluasi, radioisotop I-131, senyawa bertanda Hippuran, diagnosis, yield proses Abstract. Center for Radioisotope and Radiopharmaceutical Technology - BATAN has successfully produce the Hippuran labeled compounds which have been used in several hospitals in Indonesia for the diagnosis of renal function. The production was performed by reacting radioisotope I-131 and ligand Ortho Iodo hippurate resulting in the exchange of stable isotopes of the I-127 with I-131 radioactive. In quality, the compound have matched with US Pharmacope qualifications, radiochemical purity > 95%. However, the process still result a small yield of <49%. To improve the yield, several process parameters were then evaluated. The results showed that the labeling process can produce a radiochemical purity > 95% through the purification process using resin where as without purification the result showed radiochemical purity <75.33%. The heating time was conducted from 3 to 4.5 hours, the greater the heating time, the greater the resulting yield. The recommended concentration of I-131 bulk was > 13.7 mci/ml, if the concentration was too small, the radiochemical purity and yield were very small. Keywords : evaluation, radioisotope I-131, the compound labeled Hippuran, diagnosis, yield process PENDAHULUAN Ginjal adalah organ tubuh penting dalam tubuh manusia, khususnya dalam membuang sampah metabolisme dan racun dalam darah melalui urin. Apabila ginjal tidak berfungsi dengan baik dapat berakibat serius terhadap kondisi tubuh, bahkan bisa berakhir pada kematian. Dewasa ini, jumlah penderita kerusakan fungsi ginjal meningkat terutama di kota-kota besar, dikarenakan pola hidup yang tidak sehat, stress, kurang berolahraga, makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan C - 11

lainnya. Selain itu, kerusakan fungsi ginjal juga dapat disebabkan faktor keturunan [1]. Senyawa bertanda merupakan senyawa bertanda yang berfungsi untuk diagnosis fungsi ginjal dan salurannya [2,3,4]. Senyawa bertanda merupakan senyawa bertanda yang sudah dikembangkan didunia sejak Tahun 197 an dan pada tahun 199-an Pusat Produksi Radioisotop (PPR) BATAN secara rutin telah memproduksi senyawa bertanda tersebut untuk mensuplai kebutuhan rumah sakit di Indonesia. Namun, sejak berdirinya perusahaan BUMN yaitu PT Batan Teknologi maka PPR-BATAN sudah tidak melakukan kegiatan produksi lagi dan diambil alih oleh PT Batan Teknologi. Seiring berjalannya waktu, pada Tahun 214 PT Batan Teknologi sedang mengalami kendala teknis sehingga tidak dapat berproduksi lagi. Namun, rumah sakit membutuhkan senyawa bertanda tersebut untuk mendiagnosis fungsi ginjal.pasien. Oleh karena itu, sejak Tahun 214 Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) BATAN melakukan kegiatan rutin produksi senyawa bertanda untuk diagnosis fungsi ginjal. Produk yang dihasilkan mempunyai kemurnian radionuklida dan radiokimia yang cukup tinggi, yaitu >98%. Namun, yield proses masih kecil ±25%. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi proses dengan beberapa variabel untuk mencapai kondisi optimum. Senyawa bertanda Hippuran dibuat dengan mereaksikan antara senyawa Ortho Iodo Hippurate (OIH) dengan radioisotope I-131. OIH merupakan zat yang ideal untuk pemeriksaan renografi. Zat tersebut setelah disuntikkan secara intravena akan segera dieksresikan oleh ginjal [5]. I-131 adalah radioisotop dengan umur paro 8.4 hari, pemancar partikel beta pada energi maksimum 61 KeV dan energi rata-rata 192 KeV, disamping itu juga sebagai pemancar gamma pada energi 364 KeV ( 81 %) sehingga dapat digunakan untuk diagnosis dan terapi kanker neuroblastoma atau jenis kanker kelenjar adrenal lainnya [6]. Metode yang digunakan dalam pembuatan senyawa bertanda ini adalah metode pertukaran isotop, yaitu 127 I yang bersifat stabil pada senyawa OIH ditukarkan dengan isotop 131 I yang bersifat radioaktif. Pertukaran isotop berlangsung pada suasana asam (ph 5) dan suhu 12 C seperti ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini: 127 I O N H O ONa +Na 131 I Gambar R- 127 I 1. + Na 131 I R- 131 I + Na 127 I+H 2 O Gambar 1. Skema reaksi penandaan Hippuran Pada proses reaksi penandaan Hippuran terjadi pertukaran isotopik melalui reaksi substitusi nukleofilik dimana iodium radioaktif menggantikan Iodium stabil [7]. Untuk menjamin kualitas produk maka dalam pembuatan senyawa bertanda, dilakukan kendali kualitas. Kualitas dari produk harus sesuai persyaratan yang telah ditetapkan USP (Farmakope Amerika) ataupun IAEA (International Atomic Energy Agency). PTRR BATAN saat ini telah berhasil membuat senyawa bertanda dan sudah digunakan untuk diagnosis fungsi ginjal di beberapa rumahsakit di Indonesia, yaitu RSUD ULIN Kalimantan, RS Hasan Sadikin Bandung, dan RS Khusus Bedah An Nur Yogyakarta. Namun, hingga saat ini belum diperoleh kondisi optimum proses pembuatan. Oleh karena itu pada penelitian ini perlu dilakukan evaluasi proses untuk mencari variabel proses yang perlu dioptimasi. 131 I O N H O ONa C - 12

BAHAN DAN METODE Alat Peralatan utama yang digunakan adalah Hot Cell, Glove Box yang dilengkapi perisai Pb, Laminair Air Flow dari Lab Conco, Dose Calibrator Atomlab sebagai pengukur konsentrasi radioaktivitas, perangkat kromatografi, kertas whaman-1 untuk kromatografi, hotplate, penangas, Gamma Counter Mini Assay (Nucleus), botol steril, filter penyaring bakteri dari Millipore Bahan Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan senyawa bertanda ini adalah Radioisotop Na- 131 I (hasil sintesis PTRR-BATAN melalui aktivasi neutron yang diiradiasi di reaktor nuklir PRSG-BATAN), Ortho Iodo Hippurate (OIH), asam asetat glasial, Kertas ph universal, NaOH seluruhnya diperoleh dari MERCK Prosedur Penelitian Pembuatan radioisotop I-131 Radioisotop I-131 diperoleh dengan mengiradiasi bahan sasaran TeO 2 alam di reaktor nuklir RSG- GAS BATAN secara aktivasi neutron. Paska iradiasi, terjadi reaksi nuklir 13 Te(n, ) 131 β Te 131 I. Radioisotop 131 I yang terbentuk dipisahkan dari Te dengan cara distilasi kering pada suhu 75 C sehingga Te meleleh dan 131 I menguap. Kemudian, uap 131 I ditangkap kolom charcoal dan selanjutnya dielusi menggunakan larutan NaOH sehingga diperoleh produk radioisotop I-131 dalam bentuk senyawa Na- 131 I. Pembuatan senyawa bertanda Senyawa bertanda 131 I Hippuran dibuat dengan cara mereaksikan antara OIH dengan radioisotop I-131 pada suasana asam ph 5 sehingga akan terjadi pertukaran isotop antara I-127 pada OIH bertukar dengan I-131 dari radioisotop Na- 131 I sehingga akan terbentuk senyawa bertanda Hippuran. Senyawa bertanda tersebut masih belum murni karena masih bercampur dengan pengotor Iodium bebas. Oleh karena itu masih perlu proses pemurnian lebih lanjut Pemurnian senyawa bertanda Disiapkan kolom penukar ion yang bagian bawahnya diberi glass wool dan bagian atasnya resin Dowex penukar anion yang telah diaktivasi menggunakan HCl. Kemudian kolom tersebut dialiri air bebas mineral, selanjutnya senyawa bertanda 131 I Hippuran dialirkan ke dalam kolom dan dibiarkan menetes perlahan secara gravitasi dan tapisan ditampung Sterilisasi Produk Proses sterilisasi dilakukan dengan metode sterilisasi akhir, yaitu dengan menyaring produk menggunakan filter penyaring bakteri ukuran pori,45 µm. Penyaringan dilakukan di ruang steril yang dilengkapi Laminair Air Flow (LAF). Sebelum digunakan, lampu UV pada LAF terlebih dahulu dinyalakan minimal 1 jam dan disemprot desinfektan (alkohol teknis 7%). Pengujian Kualitas Produk: Pengujian kualitas produk meliputi konsentrasi radioaktivitas, derajat keasaman (ph), kemurnian radiokimia, tampak visual. Konsentrasi radioaktivitas diukur menggunakan instrument Dose Calibrator pada dial 22,2, pengukuran derajat keasaman diukur menggunakan kertas ph universal, pengujian visual dilihat menggunakan mata dengan alas (bacgoround) warna hitam dan putih serta dibantu penerangan lampu sehingga jika ada partikel akan terlihat. Pengujian radiokimia menggunakan metode kromatografi, dengan fase diam kertas whatman 1 dan fase gerak campuran n butanol : asam asetat : air = 4:1:1, kemudian kromatogram diukur menggunakan gamma counter mini assay. C - 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Setiap senyawa bertanda yang dihasilkan harus dilakukan pengujian kualitas dan memenuhi standar keberterimaan yang telah ditetapkan. Dalam pembuatan senyawa bertanda telah dilakukan uji kemurnian radiokimia terhadap bahan baku Iodium-131 bulk. Adapun hasil pengujian ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini: cacahan 4 3 2 1 I-131 Bulk -5-1 5 1 15 jarak elusi (cm) Gambar 2. Kemurnian Radiokimia Iodium-131 Bulk Dari Gambar 2 ditunjukkan grafik hubungan antara jarak elusi dan cacahan. Elusi kromatografi menggunakan fase diam kertas whatman 1 dan fase gerak campuran larutan n. Butanol : asam asetat : air dengan perbandingan 4:1:1. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa radioisotop Iodium-131 bulk terdeteksi pada RF (Retension Factor) =,-,3 dengan kemurnian radiokimia mendekati 1%. Hal ini menunjukkan bahwa I-131 bulk tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai bahan baku pembuatan senyawa bertanda. Kemurnian radiokimia bahan baku ini sangat penting karena sangat mempengaruhi kualitas hasil penandaan. Semakin besar kemurnian radiokimia I -131 maka semakin besar pula kemurnian radiokimia senyawa bertanda Hippuran yang dihasilkan. 1 C dalam suasana asam (ph =4,5 sampai 5) sehingga terjadi reaksi pertukaran isotop antara I-127 pada ligan OIH diganti I-131 yang bersifat radioaktif sehingga terbentuklah senyawa bertanda. Senyawa bertanda yang terbentuk diuji kemurnian radiokimianya dengan metode kromatografi kertas dan hasilnya seperti ditunjukkan pada Gambar 3 berikut ini: cacahan 131 I-Hippuran sebelum pemurnian 4 35 3 25 2 15 1 5-5 -5 5 1 15 jarak elusi (cm) Gambar 3. Senyawa Bertanda Sebelum pemurnian Dari Gambar 3 ditunjukkan grafik hubungan antara jarak elusi dan cacahan senyawa bertanda. Dari gambar tersebut diketahui bahwa sebelum proses pemurnian, ternyata ada 2 puncak kromatogram, yaitu berada pada RF =,7,9 dan pengotor Iodium -131 RF =,-,3. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa bertanda Hippuran yang dihasilkan masih belum murni dan perlu dilakukan proses pemurnian. Proses pemurnian senyawa bertanda dilakukan dengan cara melewatkan produk tersebut ke dalam kolom yang berisi resin dowex penukar anion dan hasilnya seperti ditunjukkan pada Gambar 4 berikut ini: Proses penandaan dilakukan dengan mereaksikan antara radioisotop I-131 bulk dan ligan OIH pada suhu C - 14

cacahan 131I-Hippuran (setelah pemurnian) 9 8 7 6 5 4 3 2 1-4 -1-2 2 4 6 8 1 12 14 jarak elusi (cm) Gambar 4. Senyawa Bertanda Hippuran Sebelum pemurnian Pada Gambar 4. ditunjukkan kromatogram senyawa bertanda paska proses pemurnian yang mempunyai puncak tunggal pada Rf =,9. Hal ini menunjukkan bahwa setelah proses pemurnian, kandungan I-131 bebas pada saat sebelum pemurnian pada Rf=,1 yang ditunjukkan pada Gambar 3 sudah tidak ada karena telah dilewatkan kolom penukar anion resin dowex, sehingga seluruh I-131 bebas terikat kolom, dan lolos sebagai produk. Adapun data-data hasil pembuatan senyawa bertanda beberapa batch proses ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini: Tabel. 1. Data Hasil Proses Pembuatan No Konsentrasi I-131 (mci/ml) Waktu Pemanasan (jam) Kemurnian Radiokimia (sebelum pemurnian) % Yield % Radiokimia (setelah pemurnian) % 1 13,7 4 75,15 45,98 95,66 2 21,36 3 71,25 29,49 95,45 3 52,5 3 73,23 33,3 97,96 4 22,5 4,5 76,35 49, 97,9 5 19,25 3 7,64 3,38 98,96 6 7,2 3 25,1 8,64 95,75 7 44 3 71,15 25,45 97,56 8 41,5 3 71,23 27,23 96,43 Dari Tabel 1 ditunjukkan ada beberapa parameter dalam proses pembuatan Hippuran. Sedangkan parameter yang selalu berubah adalah jumlah radioaktivitas (32,4 16,8 mci), konsentrasi radioaktivitas (7,2 52,5 mci/ml), waktu pemanasan (3 4,5 jam). Parameter yang tetap adalah suhu proses, yaitu 1 C dan jumlah ligan OIH ±3 mg. Hasil proses pembuatan senyawa bertanda Hippuran diperoleh kemurnian radiokimia sebelum pemurnian berkisar antara 7,64 sampai 76,35 %, tetapi pada batch 6 diperoleh kemurnian radiokimia sebelum pemurnian yang kecil sekali, yaitu 25,1 %. Yield proses diperoleh antara 25,45 49,% tetapi batch 6 yield proses sangat kecil, yaitu 8,64%. Persyaratan kemurnian radiokimia senyawa bertanda yaitu 95%, namun kemurnian radiokimia sebelum pemurnian < 76,35% sehingga perlu dilakukan proses pemurnian. Paska pemurnian menggunakan kolom yang berisi resin penukar anion diperoleh senyawa bertanda yang memenuhi persyaratan, yaitu kemurnian radiokimia > 95%. Untuk mengevaluasi lebih rinci pengaruh konsentrasi I-131 dan hasil penandaan senyawa bertanda sebelum proses pemurnian ditunjukkan pada Gambar 5 berikut ini: Konsentrasi I-131 (mci/ml) dan Kemurnian radiokimia (%) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Grafik Hubungan antara konsentrasi I-131 dan Kemurnian radiokimia (sebelum pemurnian) 75.15 13.7 71.25 73.23 21.36 52.5 76.35 22.5 7.64 19.25 25.1 7.2 71.15 71.23 44 41.5 1 2 3 4 5 6 7 8 Batch Proses Konsentrasi I-131 (mci/ml) Kemurnian 131I- Hippuran sebelum pemurnian (%) Gambar 5. Grafik Hubungan Konsentrasi I-131 dan Kemurnian (sebelum pemurnian) C - 15

Dari Gambar 5 ditunjukkan bahwa pembuatan senyawa bertanda menggunakan bahan baku I-131 dengan konsentrasi antara 13,7 sampai 52,5 dihasilkan senyawa bertanda dengan kemurnian radiokimia yang relatif tidak jauh berbeda, yaitu 7,64 sampai 76,35 %. Namun, proses yang menggunakan I-131 konsentrasi encer (7,2 mci/ml) menghasilkan senyawa bertanda kemurnian radiokimia yang sangat rendah, yaitu 25%. Hal ini menunjukkan konsentrasi I-131 yang terlalu encer menyebabkan proses pertukaran isotop radioaktif I-131 dan isotop stabil I-127 pada ligan Ortho Iodo Hippurate (OIH) tidak berjalan dengan baik. Salah satu persyaratan senyawa bertanda adalah kemurnian radiokimia >95%. Dari data-data yang ditunjukkan Gambar 5 di atas diketahui bahwa senyawa bertanda yang dihasilkan memiliki kemurnia radiokimia <76,35%. Hal ini berarti belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemurnian radiokimia dilakukan proses pemurnian dengan jalan melewatkan produk senyawa bertanda yang belum murni tersebut ke dalam kolom yang berisi resin Dowex penukar anion. Hasil pemurnian ditunjukkan pada Gambar 6 berikut ini: 12 Grafik Kemurnian Radiokimia Senyawa Bertanda 131 I-Hippuran Sebelum dan setelah pemurnian Dari Gambar 6 ditunjukkan bahwa sebelum dilakukan proses pemurnian ternyata kemurnian radiokimia seluruh batch proses pembuatan senyawa bertanda tidak memenuhi persyaratan karena <95%. Setelah dilakukan proses pemurnian, hasilnya seluruh batch telah memenuhi persyaratan, radiokimianya sudah >95%. Namun, nilai terbesar masih 98,96%. Idealnya, paska pemurnian diperoleh kemurnian radiokimia 1%. Oleh karena itu, kedepan masih perlu dilakukan optimasi aktivasi resin dan jumlah resin agar paska pemurnian seluruh I-131 bebas dapat terikat resin sehingga dihasilkan senyawa bertanda dengan kemurnian radiokimia 1%. Parameter penting dalam sebuah proses pembuatan senyawa bertanda adalah Yield, yaitu prosentase perbandingan antara jumlah produk yang dihasilkan dibandingkan jumlah teoritisnya. Proses pembuatan senyawa bertanda menggunakan bahan baku ligan OIH sebanyak 3 mg, suhu pemanasan 1 C, ph 4,5 5 merupakan parameter tetap. Selain itu, ada beberapa parameter yang selalu berubah, yaitu konsentrasi I-131 dan waktu pemanasan. Hasil proses pembuatan selengkapnya ditunjukkan pada Gambar 7 berikut ini: Grafik Hubungan Yield Proses dan Konsentrasi I-131 serta Waktu Pmanasan 6 Kemurnian Radiokimia (%) 1 8 6 4 2 75.15 95.66 95.45 71.25 97.96 97.9 98.96 73.23 76.35 7.64 95.75 25.1 97.56 96.43 71.15 71.23 1 2 3 4 5 6 7 8 Batch Proses Sebelum Pemurnian Setelah Pemurnian Gambar 6. Grafik kemurnian radiokimia senyawa bertanda sebelum dan sesudah pemurnian Yield(%) ; Konsentrasi I-131(mCi/ml); waktu pemanasan(jam) 5 4 3 2 1 45.98 13.7 21.36 4 3 3 52.5 33.3 29.49 49 22.5 4.5 3.38 19.25 8.64 7.2 44 3 3 3 3 41.5 25.45 27.23 1 2 3 4 5 6 7 8 Batch Proses Konsentrasi I- 131(mCi/ml) Waktu Pemanasan (jam) Yield Proses(%) Gambar 7. Hubungan Konsentrasi I-131 bulk dan waktu pemanasan Hasil pengujian kemurnian terhadap Yield Proses C - 16

Dari Gambar 7 ditunjukkan bahwa produk senyawa bertanda seluruh batch proses menghasilkan yield yang relatif masih kecil, yaitu <49%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi parameter proses belum optimal. Ditinjau dari konsentrasi bahan baku I-131 bulk, ternyata besar kecilnya konsentrasi I-131 bulk (13,7 52,5 mci/ml) tidak selalu mempengaruhi jumlah yield proses yang dihasilkan, namun jika konsentrasi terlalu kecil (7,2 mci/ml) maka yield proses yang dihasilkan juga sangat kecil. Hal ini disebabkan jika konsentrasi I-131 terlalu encer, maka kebolehjadian pertukaran isotop I-131 dan I-127 juga semakin kecil sehingga keberhasilan proses penandaan juga semakin kecil. Pada Gambar 7 juga ditunjukkan bahwa waktu pemanasan proses penandaan bervariasi antara 3 sampai 4,5 jam dan hasil yield terbesar adalah proses dengan waktu pemanasan 4,5 jam dihasilkan yield 49%, berikutnya waktu pemanasan 4 jam dihasilkan yield 45,98%, dan waktu pemanasan 3 jam dihasilkan yield <33,3%. Data ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemanasan maka semakin dihasilkan yield semakin besar. Hal ini menunjukkan reaksi penandaan berjalan lambat sehingga perlu waktu yang agak lama. Untuk mempercepat proses, perlu dilakukan optimasi suhu pemanasan. Saat ini, suhu pemanasan adalah 1 C dan selanjutnya perlu dilakukan optimasi suhu yang lebih tinggi. Selain suhu pemanasan, juga perlu dilakukan optimasi terhadap ph penandaan karena ph merupakan parameter penting yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu reaksi kimia. Saat ini, ph reaksi dilakukan pada ph 4,5 sampai 5. Selain itu, perlu dilakukan optimasi penentuan jumlah resin yang tepat agar dihasilkan kemurnian radiokimia mendekati 1%. KESIMPULAN Senyawa bertanda telah berhasil dibuat, namun dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa kondisi proses belum optimal. Saat ini proses penandaan dapat menghasilkan kemurnian radiokimia >95% namun harus melalui proses pemurnian, tanpa proses pemurnian maka kemurnian radiokimia masih <76,35 sehingga menyebabkan yield proses masih kecil, yaitu <49%. Untuk mencapai kondisi proses optimal, maka perlu dilakukan penelitian optimasi proses penandaan dengan parameter utama suhu, waktu pemanasan, ph reaksi, dan jumlah resin untuk pemurnian. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Rohadi (Kepala Bidang Teknologi Radiofarmaka) PTRR BATAN yang telah membimbing kami sehingga terselesaikannya kegiatan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, Penderita Gagal Ginjal Meningkat DiIndonesia, http://www.republika.co.id/berita/nasional/u mum/13/3/18/mjtph8-penderita-gagalginjal-di-indonesia-meningkat, diakses April 214, 2. THELLE T., BISKJAER N, 1985, Combined [99mTc]DMSA kidney scintigraphy and [131I]hippuran renography in children with urinary tract infections, Acta Paediatr Scand, Sep;74(5):72-5 3. ROLAND A.M. KANGEN, ANNIE K., VAN ZENTEN, HANK BEEKHUIZ, JOS G. W. KOSTERINK, D. ALBERTUS PIERS, July 1995, Iodine-131 Hippuran for the estimation of Renal Plasma flow Requirement for Radiochemical Purity, European Journal of Nuclear Medicine Vol. 22 No. 7. C - 17

4. Anonim, Jan 1994, Material Safety Data Sheet Hippuran I-131 Injection, Mallinkrodt Nuclear Medicine. 5. A. HUSSEIN S. KARTAMIHARDJA,, Pemanfaatan Teknologi Nuklir Di Bidang Nefrologi, Bagian Kedokteran Nuklir, Universitas Padjadjaran Bandung, https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei= bn_fvf7sltg1uqt1ni6gdq#q=pemanfaatan +Teknologi+Nuklir+Di+Bidang+Nefrologi%2 C, diakses Januari 215. 6. Anonim, Radionuclide Safety Data Sheet, http://www.stanford.edu/dept/ehs/prod/resea rchlab/radlaser/rsds_sheets/i131_inorganic. pdf diakses Juni 214 7. PURWOKO, 215, Teknologi Produksi Senyawa Bertanda Iodium dan Samarium, Diktat Pelatihan Operator Fasilitas Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka, Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-62-951-5-8 C - 18