PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BUJUK (Channa lucius Cuvier) Deddy Kristianto Waruwu 1, Hafrijal Syandri 2 dan Azrita 3 E-mail : kristian_dwar@yahoo.com 1 Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta 2 Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta 3 Dosen Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta ABSTRACT The purpose of destination research was to determine the effect of temperature on the survival and growth of fish seed persuasion (Channa Lucius Cuvier). This research was been in December 2013 to January 2014 at integrated Laboratory of the Faculty of Fisheries and Marine Sciences University of Bung Hatta, Padang, West Sumatra. This research was conducted with an experimental method using Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments and 3 replications that a treatment with a natural temperature/control, treatment B with a temperature of 29 0 C, 31 0 C temperature treatment C and treatment with D with temperature 31 0 C. The results showed that survival was highest in treatments B and C, the length and the weight gain was highest in treatment C. Based on these results it is known that the best temperature for maintaining fish seed persuasion is the temperature 31 0 C. Based on the results of statistical analysis one way ANAVA showed that there was no effect of water temperature on the survival of maintenance medium and the length of the fish seed persuasion, (p>0,05). While based on statistical analysis of weight gain relative to water temperature maintenance medium significantly (p<0.05). Keyword : Effect, Temperature, Survival, Fish Seed Persuasion. PENDAHULUAN Luas perairan umu diseluruh wilayah nusantara tercatat seluas 13.800.000 ha. Perairan umum tersebut dipengaruhi oleh 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan yang menyebabkan kondisi perairan menjadi tidak tetap (Sarnita, 1986). Perubahan kondisi perairan di perairan umum sangat berpengaruh pada aspek biologi organisme seperti ikan bujuk (Channa lucius Cuvier). Ikan bujuk merupakan ikan yang belum dikembangkan pada taraf budidaya sehingga data tentang aspek biologi reproduksinya di perairan rawa banjiran masih sangat terbatas. Oleh karena itu tersedianya lahan budidaya jenis ikan konsumsi air tawar di Indonesia memberikan peluang besar bagi masyarakat untuk mengembangkan budidaya ikan marga Channa ini termasuk ikan bujuk (Azrita, 2011). Menurut Azrita (2011) ikan bujuk saat ini menjadi komoditas unggulan dan mempunyai nilai ekonomis penting, sehingga
setiap hari diburu oleh nelayan. Produktifitas ikan bujuk saat ini telah mengalami penurunan akibat kegiatan penangkapan yang tidak terkontrol dengan berbagai jenis alat tangkap, perubahan lingkungan, isolasi geografis maupun degradasi genetis (Azrita et. al., 2011). Untuk melestarikan dan melindungi ikan bujuk maka perlu dilakukan upaya domestikasi sehinggga diharapkan kedepannya dapat dilakukan kegiatan budidaya (Azrita, 2012). Saat ini Laboratorium Terpadu Universitas Bung Hatta telah memulai kegiatan pembudidayaan ikan bujuk tetapi masih mengalami masalah dalam kelangsungan hidup benih. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Bujuk (Channa lucius Cuvier). Tujuan Dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bujuk. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai suhu optimal untuk memperoleh tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bujuk, serta dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan dapat menambah perkembangan kegiatan budidaya. MATERI DAN METODE PENELITIAN Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium sebanyak 12 unit yang berukuran 40 x 20 x 20 cm dengan volume air 8 liter. Alat yang digunakan adalah aerator, heater, thermometer, timbangan elektrik, kertas mm, akuarium, serokan, kertas ph dan DO meter. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan bujuk yang berumur 10 hari sebanyak 30 ekor setiap unit akuarium. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 kali perlakuan dan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan yang akan diuji pada penelitian ini adalah perlakuan dengan suhu alami/kontrol, perlakuan dengan stabilitas suhu air 29, 31 ⁰C dan 33 ⁰C. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Menyiapkan akuarium yang akan digunakan sebagai wadah dalam penelitian. Mengatur suhu air yang ada dalam akuarium sesuia dengan perlakuan dengan menggunakan heater. Memberi aerasi dalam setiap akuarium.
Melakukan pengukuran awal benih dengan mengambil sampel sebanyak 5 ekor. Memasukkan benih ke dalam wadah penelitian sebanyak 30 ekor setiap perlakuan dan ulangan. Pengontrolan suhu air dilakukan setiap hari. Melakukan pemberian pakan sebanyak 6 kali sehari yaitu jam 10.00, 14.00, 18.00, 22.00, 02.00, 06.00 WIB sebanyak 1,5 g/hari/akuarium. Pengontrolan kualitas air (ph dan DO) dilakukan 2 kali yaitu awal dan akhir penelitian. Pengamatan dilakukan selama 15 hari. Pada akhir penelitian diukur semua benih yang berumur benih 25 hari. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kelangsungan hidup, pertambahan bobot relatif, dan pertambahan panjang dihitung dengan menggunakan rumus Effendie, 1978. Pengambilan data pertama pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengukuran berat dan panjang awal ikan uji sedangkan pengambilan data kedua dilakukan dengan menghitung jumlah ikan akhir, bobot akhir dan panjang akhir ikan penelitian pada setiap perlakuan dan ulangan. Untuk menganalisa data dilakukan dengan uji homogenitas. Apabila data homogen selanjutnya di analisa dengan uji statistik F (Anava). Apa bila hasil analisis menunjukan bahwa F hitung > F tabel pada taraf 95% berarti tidak ada pengaruh suhu yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bujuk (H0 diterima dan H1 ditolak). Jika F hitung < F tabel pada taraf 95% berarti ada pengaruh pemberian suhu yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bujuk (H0 ditolak dan H1 diterima). Untuk melihat adanya perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan (DMNRT) menggunakan SPSS versi 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup Benih Ikan Bujuk Data kelangsungan hidup benih ikan bujuk selama masa penelitian 15 hari dari umur 10-25 hari pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis statistik secara one way anava menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh suhu air media terhadap kelangsungan hidup benih ikan bujuk (p>0,05).
Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap kelangsungan hidup benih ikan bujuk (%). Perlakuan suhu Kelangsungan hidup (%) ± SD Kontrol = 27 0 C ± 2 0 C 77.66 ± 6.24 a 29 0 C ± 1 0 C 95.55 ± 1.52 a 31 0 C ± 1 0 C 95.55 ± 2.30 a 33 0 C ± 1 0 C 84.44 ± 6.42 a Keterangan : Huruf superscript di belakang angka rata-rata menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada akhir penelitian terdapat pada perlakuan suhu 29 0 C ± 1 0 C dan perlakuan suhu 31 0 C ± 1 0 C dengan rata-rata 95,55 %, disusul perlakuan suhu 33 0 C ± 1 0 C dengan rata-rata 84,44 % dan tingkat kelangsungan hidup terendah terdapat pada perlakuan suhu kontrol 27 0 C ± 2 0 C dengan rata-rata 77,66 %. Tingginya tingkat kelangsungan hidup sangat dipengaruhi oleh suhu air pada media pemeliharaan seperti pada perlakuan suhu 29 0 C ± 1 0 C dan perlakuan suhu 31 0 C ± 1 0 C yang merupakan tingkat kelangsungan hidup tertinggi dan terbaik karena hampir mencapai tingkat maksimum dalam kelangsungan hidup ikan bujuk. Tingginya tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan tersebut diduga karena peningkatan suhu sehingga pakan yang dikonsumsi oleh ikan semakin banyak. Menurunnya tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan suhu kontrol 27 0 C ± 2 0 C disebabkan oleh perubahan drastis suhu sehingga menyebabkan benih ikan yang masih berumur 10-25 hari tidak mampu beradaptasi sehingga menyebabkan kematian. Menurut Cholik et. al., (1986) perubahan drastis suhu hingga mencapai 5 0 C dapat menyebabkan tingkat stres pada ikan atau bisa menyebabkan kematian. Pada ikan bujuk fluktuasi suhu ± 2 0 C telah menyebabkan kematian. Tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan 33 0 C ± 1 0 C dengan rata-rata 84,44 % disebabkan oleh terlalu tingginya suhu, sehingga benih ikan tidak sanggup untuk bertahan hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat (Wardoyo, 1975) yang menyatakan bahwa meskipun ikan dapat beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian pada ikan. Selain suhu pada umumnya tingkat kelangsungan hidup juga dipengaruhi oleh kandungan oksigen terlarut dan ph pada media pemeliharaan. Selama penelitian oksigen terlarut pada media pemeliharaan berada pada kisaran 5,4-6 mg/l dan nilai ph berada pada kisaran 7-7,2. Menurut Djadmika (1996) dalam Putra (2012) kandungan oksigen terlarut yang ideal untuk media pemeliharaan ikan adalah 5-7 mg/l.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kandungan oksigen terlarut selama penelitian masih baik untuk kelangsungan hidup benih ikan bujuk. Pertambahan Bobot Relatif Benih Ikan Bujuk Data hasil pengamatan pertambahan bobot relatif ikan bujuk dari umur 10-25 hari pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh suhu terhadap pertambahan bobot relatif benih ikan bujuk (g). Perlakuan suhu Pertambahan bobot relatif (g) ± SD Kontrol = 27 0 C ± 2 0 C 0.08 ± 0.01 a 29 0 C ± 1 0 C 0.08 ± 0.00 a 31 0 C ± 1 0 C 0.27 ± 0.09 b 33 0 C ± 1 0 C 0.20 ± 0.07 b Keterangan : Huruf superscript yang sama di belakang angka rata-rata menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05), sedangkan huruf superscript yang berbeda di belakang angka rata-rata menunjukkan berbeda nyata (p<0,05). Berdasarkan hasil analisis statistik secara one way anava menunjukkan bahwa ada pengaruh suhu air media pemeliharaan terhadap pertambahan bobot relatif benih ikan bujuk (p<0,05). Dari Tabel 2 dapat dilihat pertambahan bobot relatif tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 31 0 C ± 1 0 C dengan ratarata 0,27 g/individu, disusul oleh perlakuan suhu 33 0 C ± 1 0 C dengan rata-rata 0,20 g/individu, sedangkan pertambahan bobot ikan bujuk yang terendah terdapat pada perlakuan suhu kontrol 27 0 C ± 2 0 C dan perlakuan suhu 29 0 C ± 1 0 C dengan rata-rata 0,08 g/individu. Tingginya pertambahan bobot ikan bujuk pada perlakuan suhu 31 0 C ± 1 0 C disebabkan oleh proses metabolisme yang semakin cepat sehingga menyebabkan ikan lebih aktif bergerak dan mencari makan. Menurut (Cholik et. al., 1986) kenaikan suhu pada perairan selalu diikuti oleh derajat metabolisme. Didukung oleh pendapat (Vahl, 1979) yang menyatakan bahwa suhu optimum menyebabkan kinerja inzim pencernaan di dalam saluran pencernaan mencapai titik maksimum untuk mencerna pakan yang dikonsumsi sehingga kondisi lambung menjadi kosong (lapar) dan ikan kembali mengkonsumsi pakan. Menurut Hermanto (2000) pada suhu rendah jumlah pakan yang dikonsumsi ikan akan sedikit, tetapi pada peningkatan suhu berikutnya menyebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi semakin banyak sampai pada suhu optimum dan akan menurun lagi pada peningkatan suhu di atas optimum. Pendapat tersebut sesuai dengan pertambahan bobot
relatif ikan bujuk pada pengamatan, dimana tingkat terendah terdapat pada perlakuan suhu kontrol 27 0 C ± 2 0 C dan perlakuan suhu 29 0 C ± 1 0 C dengan rata-rata 0,08 g/individu, sedangkan pada suhu di atas optimum seperti pada perlakuan suhu 33 0 C ± 1 0 C pertambahan bobot relatif menurun dengan rata-rata 0,20 g/individu. Pertambahan Panjang Benih Ikan Bujuk Data hasil pengamatan pertambahan panjang benih ikan bujuk dari umur 10-25 hari pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh suhu terhadap pertambahan panjang benih ikan bujuk (cm). Perlakuan suhu Pertambahan panjang (cm) ± SD Kontrol = 27 0 C ± 2 0 C 1.12 ± 0.12 a 29 0 C ± 1 0 C 1.12 ± 0.05 a 31 0 C ± 1 0 C 1.67 ± 0.65 a 33 0 C ± 1 0 C 1.52 ± 0.51 a Keterangan : Huruf superscript di belakang angka rata-rata menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05). Berdasarkan hasil analisis statistik secara one way anava menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh suhu air media pemeliharaan terhadap pertambahan panjang benih ikan bujuk (p>0,05). Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pertambahan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 31 0 C ± 1 0 C dengan rata-rata 1,67 cm/individu, diikuti oleh perlakuan suhu 33 0 C ± 1 0 C dengan rata-rata 1,52 cm/individu, sedangkan pertambahan bobot yang terendah terdapat pada perlakuan suhu kontrol 27 0 C ± 2 0 C dan perlakuan suhu 29 0 C ± 1 0 C dengan rata-rata 1,12 cm/individu. Menurut Djajasewaka dan Djajadireja (1990) suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25-27 0 C. Kondisi ini berbeda dengan hasil pengamatan, dimana larva ikan bujuk pada perlakuan suhu 31 0 C ± 1 0 C lebih aktif bergerak dan mencari makan sehingga tingkat pertumbuhan panjangnya lebih baik. Dengan demikian suhu yang optimum untuk pertumbuhan larva ikan bujuk jika dilihat dari pertambahan bobot dan pertambahan panjang terdapat pada perlakuan suhu 31 0 C ± 1 0 C. Hal ini sesuai dengan pendapat Stickney (2000) yang menyatakan bahwa setiap spesies ikan memiliki suhu optimum. Sedangkan pada perlakuan suhu kontrol 27 0 C ± 2 0 C dan perlakuan suhu 29 0 C ± 1 0 C pertambahan panjang benih ikan bujuk sangat rendah. Rendahnya pertambahan panjang pada perlakuan tersebut disebabkan oleh tingkat kenaikan suhu belum sampai pada tingkat yang optimum sehingga ikan lebih suka menunggu dari pada aktif mencari makan disekitar akuarium.
Pada perlakuan suhu 33 0 C ± 1 0 C tingkat pertambahan panjang ikan bujuk kembali menurun karena pada perlakuan tersebut suhu telah melebihi kisaran optimum, sehingga diduga benih ikan bujuk pada perlakuan tersebut menggunakan semua energinya untuk bertahan hidup dan energi yang digunakan untuk pertumbuhan menjadi sangat sedikit. Hal ini erat kaitannya dengan pendapat (Stickney, 1979) yang menyatakan bahwa pada sebagian besar spesies ikan, laju metabolisme akan meningkat di atas suhu optimum sehingga energi mulai dialihkan dari pertumbuhan kelaju metabolisme yang tinggi, sehingga laju pertumbuhan menjadi menurun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh perbedaan suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan bujuk selama 15 hari maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa tidak ada pengaruh suhu air media pemeliharaan terhadap kelangsungan hidup dan pertambahan panjang benih ikan bujuk (p>0,05). 2. Bahwa ada pengaruh suhu air media pemeliharaan terhadap pertambahan bobot relatif benih ikan bujuk (p<0,05). 3. Bahwa tingkat kelangsungan hidup, Saran pertambahan bobot relatif dan pertambahan panjang yang paling baik untuk benih ikan bujuk umur 10-25 hari adalah pada suhu 31 0 C. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar dalam pemeliharaan benih ikan bujuk sebaiknya menggunakan suhu 31 0 C supaya dalam pemeliharaan benih ikan tersebut mencapai hasil yang maksimal. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya menggunakan benih ikan bujuk yang berumur 25 hari ke atas, supaya selama penelitian tidak mengalami masalah tentang tingkat sensitif pada benih sehingga data tentang kelangsungan hidup dan laju pertumbuhannya lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Azrita. 2011. Potensi Ekonomis Ikan Bujuk (Channa lucius CV) Sebagai Peluang Calon Induk Ikan Budidaya di Perairan Umum Daratan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Daratan Indonesia 26-27 September 2011 di Palembang, 325 hal. Azrita., H. Syandri., E. Nugroho., Dahelmi., Syaifullah. 2011. Variasi Genetik Ikan Bujuk (Channa lucius CV) Berdasarkan RAPD Dari Sumatra Barat, Jambi dan Riau Berdasarkan Marker DNA. Berita Biologi, 10 (5) : 675-680. Azrita. 2012. Variasi Genetik dan Biologi Reproduksi Ikan Bujuk (Channa
lucius Cuvier) (Actinopterygil : Channidae) Pada Habitat Perairan Yang Berbeda Dalam Upaya Domestikasi. Desertasi Pasca Sarjana Universitas Andalas. Tidak Dipublikasikan, 221 hal. Cholik. F., Artati dan R. Arifin. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. Dirjen Perikanan Jakarta. 55 hal. Djajasewaka dan Djajadiredja. R. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia. Cara Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian perikanan Darat. Jakarta. 48 hal. Effendie, M. I. 1978. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, 102 hal. Hermanto. 2000. Optimalisasi Suhu Media Pada Pemeliharaan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, Lac). Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, 76 hal. Putra, B. 2012. Penambahan Vitamin E Dalam Pakan Untuk Mempercepat Pencapaian Matang Gonad dan Peningkatan Kualitas Telur Induk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus Buchell). Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta, Padang. Sarnita, A. S. 1986. Perairan Umum di Indonesia Sebagai Salah Satu Sumberdaya Alam. Prosiding Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. No.9/SPPU/1986 pp 17-31. Stickney, R.R. 1979. Principle of Warm Water Aquaculture. Jhon Wiley and Sons, Inc. New York. 375 p. Stickney, R.R. 2000. Encyklopedia of Aquaculture. A Wiley Interscience Publication, Jhon Wiley and Sons, Inc. New York, p : 136-293. Vahl, O. 1979. An Hipotesis on the Control of Food In Take In Fish. Aquaculture, 17 : 220-229. Wardoyo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. IPB. Bogor. 41 hal.