IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA. Faulina, Efni Siregar, Vivianti Novita Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis nantinya akan dapat dilihat. dari bertahan atau tidaknya bisnis yang dijalankannya.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA

PENCIPTAAN BATIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

PENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN PENGRAJIN SONGKET JAMBI

PELATIHAN DESAIN MODEL TEROMPAH (PACCAK) DESA SUMBEREJO BANYUPUTIH SITUBONDO

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PEMASARAN KAIN LURIK

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DAN PENYEDIAAN MEDIA PEMASARAN SEPATU BORDIR UNTUK PENGRAJIN DI KABUPATEN SIDOARJO

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha yang mayoritas merupakan usaha kecil. Saat ini masih banyak UKM

STRATEGI PENGEMBANGAN UKM BATIK DI KOTA MEDAN

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni rupa adalah salah satu dari cabang seni yang dapat dilihat dan

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN KESET DARI LIMBAH GARMEN PADA KOPERASI WANITA MELATI. A. Strategi Pemasaran Koperasi Wanita Melati

Buchari. et al. Peningkatan Mutu Produk Kelompok Usaha Pengrajin Eceng Gondok

PKU Pendampingan Manajemen Usaha Industri Limbah Perca Batik UMKM Batik Kebonpolo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUBAR BARCA BUSANA BATIK ANAK-ANAK HASIL DAUR ULANG KAIN PERCA PKM-K

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kecil menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 adalah usaha

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

LAPORAN Pengabdian Masyarakat

PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI

PENDAMPINGAN PERCAKAPAN BAHASA INGGRIS BAGI PEDAGANG ASONGAN DI KAWASAN WISATA SENGGIGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat

BAB IV SELAYANG PANDANG SENTRA UKM MERRR. A. Sejarah Berdirinya Sentra Ukm Merr

Peluang Usaha Perabot Rumah Tangga Batok Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam sehingga banyak sekali objek wisata di Indonesia yang patut untuk

BATIK SEBAGAI PELUANG USAHA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Panduan Wawancara. Indikator Pertanyaan

PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Seni terapan meliputi semua karya seni pada produk benda guna yang

BAB I PENDAHULUAN. global. 1 Oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan untuk dapat menentukan

BAB V PENUTUP. pada analisis data penelitian tentang Pemaknaan Stakeholder terhadap. menjawab rumusan masalah dan fokus penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

BAB I PENDAHULUAN. bahkan luar negeri. Hal ini dikarenakan produk souvenir merupakan produk

Gambar I-1 Proses Pembuatan Batik

LAMPIRAN. 1. Sejak kapan usaha batik aster berdiri? 2. Apakah pernah mengikuti pelatihan-pelatihan membatik?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB III PENGEMBANGAN PERUSAHAAN. restoran dan lain-lain yang umumnya ialah botol plastik bekas minuman sangat

Peluang Bisnis Sampingan Distro Online

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA STEM-BANANA (KERAJINAN HAND-MADE PELEPAH PISANG) PENGHASIL UANG. Bidang Kegiatan: PKM Kewirausahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IbM USAHA JAHITAN DAN PENGELOLAAN KAIN PERCA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB 1 PENDAHULUAN. TB. Dua Dua berdiri pada tahun 1995, TB. Dua Dua merupakan toko. buku yang menjual buku pelajaran untuk SD, SMP dan SMA Negeri dan

IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) PENGOLAHAN LIMBAH KAIN PERCA DI KELURAHAN TIPES KECAMATAN SERENGAN KOTA SOLO ABSTRAK

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PENCANANGAN HARI SEPATU INDONESIA JAKARTA, 9 MARET 2011

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENGUATAN USAHA PENGASAPAN IKAN SIDO MAKMUR KETAPANG KABUPATEN KENDAL. Jalan Menoreh Tengah X no 22 Semarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi, caranya yaitu dengan menggunakan fasilitas internet. Saat

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Pemasaran Home Industry Manik-manik Beads Flower. Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu industri

HASIL WAWANCARA. pemilik dan pimpinan dari CV. Balitaku Kusuma Kencana : Kapan perusahaan ini didirikan? produk-produk perlengkapan balita.

Riskin Hidayat dan Siti Alliyah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPPI Rembang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

Chichi Collections. (Bisnis Busana Wanita dan Aksesoris) disusun oleh : Nama : Girindra Agastya NIM : Kelas : S1 TI 6C

IbPE INDUSTRI BATIK PODHEK DI KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun Nilai Ekspor Batik Nasional

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Program Strategis LLP-KUKM

PEKALONGAN BATIK CENTER

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB IV PEMBAHASAN. memudahkan komunikasi antar pengrajin batik. untuk membeli alat baru atau membeli bahan baku untuk produksi.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

Transkripsi:

IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA Efni Siregar, Faulina, Vivianti Novita Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan ABSTRAK Pengabdian bagi produk ekspor ini akan diselenggarakan di kecamatan Medan Tembung dengan dua mitra tim pelaksana yang menjadi perintis dan mempunyai usaha batik motif Sumatera Utara. Kedua mitra UKM ini bernama UD Mitra Cahaya dan LKP Saudur Sadalanan. Permasalahan yang ada adalah bahan baku, peralatan produksi, inovasi dan jenis produk, manajemen, pemasaran, SDM, serta fasilitas kerja. Luaran yang telah diperoleh kedua mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah: daur ulang bahan baku malam, penambahan alat alat kantor dan produksi, bertambahnya produk turunan dari batik dan jumlah lembaran batik yang dihasilkan dan dijual naik sekitar 10%, mampu mengelola keuangan, administrasi dan produksi usaha modern secara efisien walau masih secara sederhana, mulai berpromosi secara aktif dengan menggunakan kartu nama, brosur, katalog dan web based marketing, pertambahan pegawai, penataan kantor, show room, dan ruang produksi beserta dengan peralatannya. Kata kunci: pengabdian, batik, sumatera utara PENDAHULUAN Batik yang selama ini diketahui luas berasal dari berasal dari Jogja, Pekalongan, Solo dan daerah lain di pulau Jawa dan Madura. Tetapi ternyata ada batik yang berasal dari daerah lain yang sedang dikembangkan, contohnya adalah batik yang berasal dari Sumatera Utara dengan corak yang bernuansa etnik daerah tersebut. Motifnya batik disesuaikan dengan lima etnis Batak yang ada di Sumatera Utara, yaitu Mandailing, Tapanuli Utara (Toba), Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, dan Tapanuli Tengah. Motif batik dari lima etnis Batak, itu di antaranya corak dari kain ulos Batak, motif Hari Hara Sundung di Langit yang menunjukkan ciri khas Batak Toba, dan motif Pani Patunda dari Simalungun. Selain itu, motif Melayu seperti pucuk rebung, semut beriring, itik pulang petang. Kemudian motif Toba ada desa nawalu, gorga sitompi, dan juga Batak Mandailing 1

dengan motif mataniari (pemkomedan.go.id.2014). Batik Sumatera Utara ini terdiri dari dua jenis, yaitu batik cap dan batik tulis yang digeluti oleh kedua mitra dari tim pengabdian yaitu Ibu Nur Cahaya Nasution pemilik UD Mitra Cahaya dengan kelompok pengrajin batik yang dipunyainya bernama Maju Bersama. dan Bapak Zuhair Kustanto pemilik LKP Saudur Sadalanan yang berlokasi di Medan Tembung. Ibu Nurcahaya mempunyai visi kedepannya yaitu agar batik Sumatera Utara mendunia. Bapak Zuhair Kustanto sebagai pemilik LKP Saudur Sadalanan, gigih dalam memberikan pelatihan membatik dan juga memproduksi lembaran batik hingga menjadi baju, terutama baju seragam sekolah. Selain itu beliau menjadi salah seorang pendiri koperasi untuk produkproduk yang berorientasi ekspor di Sumatera Utara yang diwadahi oleh Dinas Koperasi Sumatera Utara yang baru didirikan pada tahun 2014 lalu. Keberadaan batik ini berkembang sedikit demi sedikit sehingga mulai dikenal masyarakat, hingga telah dibawa kebeberapa negara seperti Thailand, Malaysia dan Nigeria. Walaupun begitu, masih banyak lagi masyarakat luas yang belum mengenal batik Sumatera Utara dan bertanya seperti apa bentuk, motif dan rupanya, meskipun di kota Medan mulai banyak masyarakat yang mengetahui batik Sumatera Utara ini. Hal tersebut merupakan peluang yang sangat besar bagi kemajuan batik Sumatera Utara dengan corak uniknya, warna - warna yang memikat, dan hasil yang berkualitas merupakan produk unggulan daerah yang berorientasi besar untuk ekspor. Pembuatan batik Sumatera Utara ini tidak ada bedanya dengan batik dari daerah Jawa, hanya berbeda pada corak yang dihasilkan. Untuk batik yang berasal dari daerah Jawa lebih utama pada motif hewan, bunga dan sebagainya. Sedangkan untuk batik Sumatera Utara coraknya condong kepada berbagai etnik yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dilakukan antara tim pengabdian dan kedua mitra bahwa permasalahan yang akan diselesaikan pada tahun pertama kegiatan adalah masalah bahan baku, proses produksi, produk turunan, pengelolaan manajemen, pemasaran offline dan online, kurangnya sumber daya manusia (pembatik), dan fasilitas produksi dan administrasi yang memadai. Hal ini sesuai dengan pernyataan 2

Sriyana (2010) bahwa pada umumnya UKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yeng menghambat kegiatan usahanya. Berbagai hambatan tersebut meliputi kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM berkualitas, masalah bahan baku, keterbatasan teknologi, infrastruktur pendukung dan rendahnya komitmen pemerintah. Rincian dari permasalahan yang ada yaitu: lilin (malam) dan pewarna sebagai bahan baku masih dikirim dari Jawa, sehingga harga lembaran batik yang ditawarkan kepada konsumen masih tergolong tinggi. Padahal ada kemungkinan untuk mendapatkan bahan baku di Sumatera Utara sendiri yang berasal dari getah tusan (pinus). Pengerjaan satu lembar batik yang lama, membutuhkan waktu sekitar tiga hari untuk batik cap, karena alat yang digunakan masih berupa cap tembaga yang berat, dan untuk memperolehnya harus pesan dari Solo. Produk yang dihasilkan sementara hanya berupa lembaran batik cap dan batik tulis, dan belum mempunyai produk turunan dari lembaran batik tersebut, seperti: bantal kursi, kap lampu, dan lain lain. Bagi pengelolaan usaha, belum adanya perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang yang dilakukan. Pembukuan dan administrasi juga masih dilakukan secara sederhana. Pasar utama produk masih di kota Medan dengan cara konvensional, padahal produk berpotensi besar untuk dipasarkan ke mancanegara. Sumberdaya pembatik yang ada masih sangat kurang dibandingkan dengan cerahnya prospek usaha kedepannya. Terakhir adalah fasilitas yang seadanya untuk ruang kantor dan produksi. Identifikasi permasalahan mitra seperti tampak pada Gambar 1: 3

Potensi Mitra : - Jumlah produksi - Produk orientasi ekspor Permasalahan Mitra: - bahan baku, - proses produksi, - produk turunan, - pengelolaan manajemen, - pemasaran offline dan online, - kurangnya sumber daya manusia (pembatik), dan - fasilitas produksi dan administrasiyang memadai. Alternatif Pemecahan Masalah: - Pencarian bahan baku alternatif - Penambahan peralatan membatik, kantor, dan produksi - Inovasi dan pengembangan produk berupa bertambahnya corak, jenis produk, dan jumlah produk yang dihasilkan. - pelatihan manajemen baik produksi, keuangan, administrasi, dan pemasaran. - Pemasaran secara offline dan online - Pelatihan membatik untuk penambahan SDM pembatik - Penambahan fasilitas kantor, show room dan produksi Peningkatan hasil dan jumlah produksi batik berkualitas ekspor Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah METODE Metode pendekatan dalam kegiatan ini dilakukan dengan metode partisipatif kelompok dan individual melalui pendampingan dan koordinasi serta pemantauan, metode ceramah dan diskusi melalui pelatihan pelatihan yang akan diberikan. Koordinasi dan pemantauan akan dilakukan setiap dua minggu sekali atau disesuaikan dengan keperluan mitra UKM guna memperlancar kegiatan. Pendampingan dan pemantauan akan dilakukan secara optimal agar dapat memberikan motivasi kepada mitra dalam menciptakan usaha produk berorientasi ekspor yang berkelanjutan. 4

Solusi yang Ditawarkan Solusi yang ditawarkan untuk usaha batik ini adalah: 1. Pencarian bahan baku alternatif pembuatan batik seperti lilin ( malam). 2. Penambahan peralatan produksi untuk membatik/ produksi barang turunan (sepatu, tas, kap lampu, dan lain-lain). 3. Penambahan produk barang turunan, seperti: tas, sepatu,dan kap lampu (kesempatan magang bagi pegawai ketempat penghasil barang turunan batik). 4. Pemberian pelatihan manajemen keuangan, produksi, administrasi, dan kearsipan secara manual dan komputerisasi, 5. Pemberian pelatihan pemasaran offline dan online untuk pemasaran nasional dan internasional. 6. Pemasaran langsung ke kantor-kantor, menitipkan batik ke hotel, toko souvenir, toko oleh oleh, pameran dan lain-lain dengan alat promosi yang digunakan meliputi penggunaan kartu nama, brosur, dan buku katalog. Untuk pemasaran online menggunakan web base marketing. 7. Pemberian pelatihan membatik bagi masyarakat dan mahasiswa untuk menambah tenaga pembatik. 8. Penataan ruang kantor, show room, dan produksi serta penambahan/ pengadaan peralatan, seperti: meja, kursi, komputer, dan lain-lain. Pada tahun ini, tim pelaksana membantu kedua UKM untuk mencarikan penyuplai alternatif bahan baku malam (lilin) yang berasal dari Sumatera Utara. Pencarian alternatif produksi barang turunan dengan melakukan kunjungan ke tempat pembuatannya langsung, ke Solo dan Yogyakarta. Selain itu, juga dijajaki untuk pembuatan mesin batik, yang akan dikerjakan oleh salah seorang dosen jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan pada tahun kedua. HASIL DAN PEMBAHASAN Target luaran yang diharapkan adalah dalam aspek bahan baku, produksi, produk, manajemen, pemasaran, SDM dan fasilitas. Pengetahuan pemasaran online merupakan salah satu cara yang sebaiknya diajarkan untuk memperkaya pengetahuan mitra dalam pemasaran modern. Karena sumber daya pada sebuah usaha sering tidak berwujud, seperti pengetahuan yang unik dan teknologi yang eksklusif (Kraus & Kauranen.2009). 5

Sesuai dengan kesepakatan antara tim dan kedua mitra mengenai kegiatan pengabdian, maka kegiatan dilaksanakan sesuai dengan hal hal yang telah direncanakan bersama. Tahap pelaksanaan tahun pertama ini diawali dengan pemberian informasi kepada masyarakat dan mitra tentang pelaksanaan kegiatan melalui sosialisasi program IbPE pada Kecamatan Tembung. Hal ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pengembangan produk unggulan terutama yang berorientasi ekspor. Berikutnya adalah pelaksanaan pelatihan membatik bagi masyarakat yang berminat untuk menjadi pembatik dan menjadikannya sebagai penghasilan tetap ataupun tambahan hingga mahir selama 4 hari. Pelatih berasal dari LKP. Saudur Sadalanan dan diadakan sebanyak 2 kali dalam tahun pertama kegiatan. Peserta pelatihan adalah masyarakat sekitar kota Medan yang tertarik untuk membatik sebanyak 10 orang setiap kegiatan. Walaupun kegiatan ini diharapkan mampu untuk menambah jumlah pembatik secara signifikan, tetapi ternyata hanya empat orang saja yang serius untuk mendalami proses membatik hingga saat ini. Tahap pelaksanaan selanjutnya adalah pemberian pelatihan manajemen usaha modern bagi mitra yang mencakup aspek administrasi (pencatatan segala kegiatan), keuangan (pembukuan dan laporan keuangan), serta produksi (pemilihan dan perencanaan produk, pengelolaaan bahan baku, serta proses produksi). Pelatihan manajerial ini ditujukan agar mitra dapat menjalankan UKM mereka dengan berdasarkan manajemen yang tertata baik, untuk pencapaian usaha yang efektif dan efisien. Semua kegiatan telah terlaksana dengan peserta dari kedua pemilik UKM beserta anak dan istri, serta beberapa orang karyawan sebanyak enam orang pada setiap kegiatan. Kemudian, pelatihan pemasaran (pemilihan lokasi pemasaran, penentuan harga, target pasar dan promosi) untuk pasar lokal menuju nasional, mejadi agenda selanjutnya. Meskipun diluar dari pelatihan, tim dan mitra sering berdiskusi mengenai tindakan pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh mitra. Pada tahap ini juga diberikan alat promosi seperti kartu nama, brosur, dan katalog serta website sebagai toko online kedua mitra yang berbahasa Indonesia dan Inggris. Pembuatan website bilingual ini bertujuan agar produk batik Sumatera Utara bukan hanya dikenal lokal dan nasional, tapi juga dapat merambah hingga ke mancanegara dengan keunikan pada motifnya yang beragam dan tidak dipunyai daerah lain di Indonesia. Pelatihan pemasaran ini juga dihadiri oleh pemilik beserta keluarganya dengan jumlah peserta tetap enam orang. Pada pelatihan ini 6

diberikan teori tentang pemasaran mulai dari penentuan segmentasi pasar hingga penentuan harga dan macam macam promosi. Gambar 2. Motif Batik Sumatera Utara yang Lebih Berwarna dan Beragam Perjalanan seorang anggota tim pengabdian dan kedua mitra ke Solo dan Yogya pada tanggal 29 Agustus 1 September 2015, menjadi pengalaman yang berharga bagi kedua belah pihak. Ketika di Solo, mitra belajar cara membatik yang baik secara sederhana dari ketua Canting Kakung Solo sebagai pelopor batik modern. Beliau mengajarkan cara melukis, pewarnaan dan pencampuran warna, mencelup ke water glass, serta penjemuran. Selanjutnya perjalanan ke Yogya semakin menambah ilmu yang baru bagi kedua mitra, yaitu begitu banyaknya produk turunan dari batik yang dapat dihasilkan, seperti: tempat tisu, bros, tas, bando, dan lainnya. Setelah pelatihan dan kegiatan diatas, adalah tahap implementasi dimana mitra menerapkan hasil dari pelatihan dan ilmu yang diperoleh. Mitra sudah mempunyai pembukuan yang mulai rapi. Selain itu, pada produk yang dihasilkan mulai terlihat berbeda; yaitu: warna lebih bervariasi, motif semakin banyak, bertambahnya jumlah produksi dan permintaan konsumen terhadap batik Sumatera Utara yang naik sekitar 10%. Produk turunan yang dihasilkan juga telah ada, yaitu gantungan kunci, tas, kipas, dan busana wanita serta pria. Sementara ini, 7

produk turunan yang dihasilkan masih sedikit, tetapi kedepannya mitra akan berusaha untuk mengembangkannya untuk kepentingan ekspor. Selama tahun pertama kegiatan pengabdian ini, mitra pertama banyak melakukan perjalanan pameran baik dalam kota Medan, maupun kota lainnya di Jawa d an Kalimantan. Pameran yang telah diikuti berada dikota kota seperti Yogyakarta, Pekalongan dan Jakarta serta Banjarmasin. Mitra kedua juga sering mengunjungi kota lain di Sumatera Utara untuk memberi pelatihan membatik. Penataan ruang kantor, show room, dan ruang produksi menjadi tahap selanjutnya. Tim pelaksana membantu mitra UKM untuk menata ruangan dan mengisinya dengan perabot dan peralatan kantor. Pada tahap ini, mitra dengan, inisiatif sendiri membangun gedung untuk kantor dan show roomserta tempat produksi. KESIMPULAN 1. Kegiatan I b PE dengan tujuan pengabdian kepada masyarakat yang diberikan kepada dua orang mitra pemilik usaha batik dan LKP dilaksanakan selama tiga tahun. 2. Pada kegiatan tahun pertama, bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dialami kedua mitra,yaitu: bahan baku,proses produksi,produk turunan, pengelolaan manajemen, pemasaran,kurangnya sumber daya manusia (pembatik), danfasilitas produksi dan administrasi yang memadai. 3. Luaran yang telah diperoleh kedua mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah: daur ulang bahan baku malam, penambahan alat alat kantor dan produksi, bertambahnya produk turunan dari batik dan jumlah lembaran batik yang dihasilkan dan dijual naik sekitar 10%, mampu mengelola keuangan, administrasi dan produksi usaha modern secara efisien, mulai berpromosi secara aktif dengan menggunakan kartu nama, brosur, katalog dan web based marketing, pertambahan pegawai, penataan lantor, show room, dan ruang produksi beserta dengan peralatannya. DAFTAR PUSTAKA Kraus. S & Kauranen.2009.Strategic Management and entrepreneurship.friends or Foes. International Journal of Business and Applied Management.Vol 4. Hal.39. Sriyana, Jaka. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif. 8

Sumber Lain Batik Medan. http://pemkomedan.go.id/cirikhas_detail.php?id=927. Dilihat pada 10 November 2015. 9