BAB I PENDAHULUAN. khususnya pada usia remaja (adolescence) yaitu usia tahun (Almatsier,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Media ada dimana-mana disekitar kita. Hidup satu hari saja tanpa media ini

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan menjadi penerus bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya. goncangan-goncangan dan perubahan yang cukup radikal dari masa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebersamaan termasuk pola makannya. Pola makan dalam keluarga mempunyai. ada pengaruh yang dapat mengubahnya (Arisman, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan penyuluhan gizi agar kegiatan komunikasi informasi edukasi (KIE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

I. PENDAHULUAN. negara-negara maju seperti diabetes melitus, jantung koroner, penyakit

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Aria Novitasari, FKM UI, Universitas Universitas Indonesia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah harapan bangsa, karena masa depan yang akan. datang ditentukan kondisi remaja saat ini. Kondisi perkembangan remaja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk pembangunan kesehatan yang pada dasarnya lebih mengutamakan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan tanpa mengabaikan pelayanan dan penyembuhan dan rehabilitas serta meningkatkan pemberdayaan sumber daya kesehatan dalam menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja yang berakibat langsung dan tidak langsung dari kekurangan gizi (Hamurwono, 2001). Salah satu upaya kesehatan adalah perbaikan gizi terutama di usia sekolah khususnya pada usia remaja (adolescence) yaitu usia 12-15 tahun (Almatsier, 2004). Menurut Khomsan (2010), pada usia remaja sering muncul masalah gizi karena ketidak seimbangan konsumsi makanan, hal ini disebabkan karena pada usia remaja sudah menginjak tahap independensi. Masa independensi merupakan masa dimana remaja dianggap mampu membuat keputusan dalam kehidupan mereka daripada ketika mereka masih kanak-kanak (Adriani dan Bambang, 2010). Usia remaja merupakan golongan usia yang dianggap penting oleh peneliti untuk mendapatkan pendidikan gizi sejak dini salah satunya mengenai pentingnya makan pagi, dimana remaja merupakan golongan umur yang dianggap sudah mampu untuk mengambil keputusan sendiri salah satunya dalam hal pemilihan pola makan. 1

2 Menurut Adriyani dan Bambang (2014) usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa remaja, perubahan itu mempengaruhi kebutuhan gizi dan makan mereka, salah satu pemasalahan yang terjadi pada usia remaja adalah sering melewatkan makan pagi, hal ini dikarenakan sesudah remaja mengalami masa growth spurt (pubertas) biasanya mereka akan lebih memperhatikan penampilan dirinya terutama remaja putri, sehingga mereka terlalu ketat dalam pengaturan pola makan demi menjaga penampilannya (body image). Suatu studi di AS mengenai body image menunjukkan hasil hampir 70% remaja wanita yang diteliti mengungkapkan keinginan mereka untuk mengurangi berat badannya salah satunya dengan mengurangi frekuensi makan, dan salah satu kegiatan makan yang sering dilewatkan oleh remaja adalah makan pagi (Khomsan, 2010). Makan pagi termasuk kedalam salah satu dari 13 pesan dasar dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada point ke-8. Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari (Khomsan, 2010). Menurut Depkes RI (2011), makan pagi diartikan sebagai makanan yang dilakukan pada pagi hari sebelum beraktivitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan, dimana jumlah makanan yang dimakan kurang lebih dari sepertiga dari makan sehari, makan pagi yang sehat disantap pada pagi hari satu jam setelah bangun tidur atau dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 09.00 pagi.

3 Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari, waktu makan dimulai dari satu jam setelah bangun tidur dipagi hari atau disesuaikan dengan ritme dimulainya aktivtas dipagi hari. Idealnya makan pagi dimulai pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 09.00 pagi. Makan pagi dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja pencernaan, sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun dengan kadar lemak rendah. Pada survey oleh pergizi pangan Indonesia pada bulan juni 2014 menyebutkan 44,6% anak usia sekolah yang melaksanakan makan pagi dengan memperoleh asupan energi sebanyak 15% dari kebutuhan makan harian. Hasil studi di Indonesia sekitar 20-40% anak-anak Indonesia tidak terbiasa untuk makan pagi (Hardinsyah, 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Emilia,Esi (2009) juga menemukan bahwa untuk kota Medan pengetahuan tentang makan pagi remaja SMP di kota Medan sekitar 64,8%, sikap 64,6%, yang melakukan makan pagi sebanyak 66,43%. Begitu pula dengan penelitian yang pernah dilakukan Ristiana (2009) di sebuah SMP Negeri di kelurahan Harjosari Medan Denai, bahwa ada sekitar 40,91% anak SMP tidak sarapan sebelum berangkat kesekolah. Hasil Penelitian di Amerika juga menunjukkan 22% anak sekolah berangkat sekolah tanpa makan pagi (Mahoni et al, 2005). Jumlah dari penelitian diatas tergolong sedang berdasarkan pengukuran perilaku tentang makan pagi menurut Pratomo dalam Ristiana (2009), yang menyatakan baik jika jawaban responden yang benar > 75%, sedang jika jawaban responden benar 40%-75%, kurang jika jawaban responden <40%.

4 Menurut Mubarak (2007) Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasarkan pada pengetahuan, sebab perilaku ini terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan untuk berbuat. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perilaku kebiasaan makan pagi dikota Medan masih kurang, hal tersebut dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan anak tentang gizi dan kesehatan. Berdasarkan kendala tersebut, peneliti beranggapan perlu dilakukan pergeseran nilai makan pagi dari suatu yang wajib dilakukan menjadi suatu kebiasaan setiap hari dengan memberikan pendidikan gizi berupa pengetahuan mengenai pentingnya makan pagi. Sasaran pendidikan gizi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Salah satu bentuk pendidikan gizi di sekolah yang dapat dilakukan adalah kampanye pentingnya makan pagi yang dapat disampaikan menggunakan berbagai media pendidikan. Kampanye pentingnya makan pagi merupakan sebuah gerakan atau kegiatan yang dilakukan untuk memperkenalkan dan memberikan informasi tentang pentingnya makan pagi terhadap anak-anak (Briawan, 2013). Kampanye pentingnya makan pagi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang makan pagi sehingga dapat merubah sikap terhadap makan pagi yang pada akhirnya menjadikan makan pagi sebagai kebiasaan makan yang biasa dilakukan pada anak, keluarga, dan masyarakat umum. Salah satu bentuk nyata dari kampanya makan pagi yang dilaksanakan oleh pergizi pangan adalah kegiatan

5 Pekan Sarapan Nasional (PESAN) yang diselenggarakan setiap tanggal 14 pebruari. Pada penelitian ini, media yang digunakan adalah media audio visual film pendek. Media audio visual film merupakan media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan baik secara langsung maupun terselubung terhadap para penontonnya, dengan adanya gambar yang bergerak dan juga suara serta ditambah dengan efek-efek digital, membuat para penonton mudah menerima begitu saja apa yang disampaikan (Effendy, 2013). Menurt Sumirat (2013) Salah satu jenis film yang biasa diproduksi untuk berbagai keperluan adalah film pendek. Dibanyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, dan Amerika serikat sering memproduksi film pendek sebagai laboratorium eksperimen bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kepentingan tertentu. Setelah melihat permasalahan diatas, peneliti mengadakan wawancara singkat kepada siswa SMP Negeri 8 yang dilakukan pada tanggal 3 Pebruari 2015 untuk melihat sejauh mana perilaku siswa terhadap makan pagi dalam kehidupan sehari-hari, diketahui bahwa dari 36 siswa 20 diantaranya tidak biasa makan pagi sebelum berangkat sekolah. Alasan yang didapatkan pun beragam. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada salah satu guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu Ibu Erida yang menyatakan bahwa selama ini belum pernah ada penyuluhan tentang pentingnya makan pagi kepada siswa SMP Negeri 8 Medan. Begitu pula selama proses belajar mengajar siswa tidak pernah diberikan pengetahuan menganai pentingnya makan pagi.

6 Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dilakukan penelitian dengan judul Film Pendek Pentingnya Makan Pagi Sebagai Media Pendidikan Kesehatan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Makan Pagi Siswa SMP. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan media audio visual film pendek? 2. Apa yang dimaksud dengan makan pagi? 3. Bagaimana perilaku makan pagi siswa SMP Negeri 8 Medan? 4. Seberapa besar pengetahuan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Medan tentang pentingnya makan pagi? 5. Berapa banyak siswa yang biasa makan pagi sebelum berangkat sekolah dan berapa banyak siswa yang tidak biasa makan pagi sebelum berangkat sekolah di kelas VIII SMP Negeri 8 Medan? 6. Seberapa besar peran guru dalam memberikan pengetahuan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 tentang pentingnya makan pagi? 7. Bagaimana peran orang tua siswa kelas VIII SMP Negeri 8 dalam menerapkan makan pagi dalam kehidupan sehari hari? 8. Bagaimana peran sekolah dalam mengkampanyekan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) salah satunya menganai makan pagi dalam lingkungan sekolah?

7 9. Bagaimana peran pemerintah dalam mengkampanyekan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) salah satunya menganai makan pagi dalam lingkungan sekolah? 10. Seberapa besar penerapan media audio visual film pendek tentang pentingnya makan pagi meningkatan pengetahuan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Medan tentang pentinya makan pagi? C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, agar penelitian ini dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang dinginkan maka perlu melakukan pembatasan masalah pada : 1. Perilaku makan pagi siswa yaitu berdasarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa terhadap makan pagi dalam kehidupan sehari-hari di SMP Negeri 8 Medan. 2. Pengetahuan siswa SMP Negeri 8 Medan tentang pentingnya makan pagi. 3. Merancang film pendek tentang pentingnya makan pagi. 4. Penelitian dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri 8 Medan D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perilaku siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Medan tentang pentingnya sarapan pagi? 2. Bagaimana dalam merancang film pendek tentang pentingnya makan pagi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Medan?

8 3. Bagaimana penerapan media audio visual film pendek tentang Pentingnya Makan Pagi untuk meningkatkan pengetahaun pentingnya makan pagi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Medan? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengidentifikasi perilaku makan pagi siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Medan. 2. Merancang film pendek tentang Pentingnya makan pagi untuk meningkatkan pengetahuan terhadap makan pagi siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Medan. 3. Penerapan film pendek tentang Pentingnya Makan Pagi untuk meningkatkan pengetahuan makan pagi siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Medan. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan dicapai setelah penelitian ini dilaksanakan adalah 1. Sebagai bahan masukan bagi penulis, untuk menambah wawasan mengenai penggunaan media audio visual film pendek dalam meningkatkan pengetahuan makan pagi siswa. 2. Sebagai bahan masukan bagi siswa SMP Negeri 8 Medan dalam peningkatan pengetahuan pentingnya makan pagi melalui media film pendek.

9 3. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru disekolah dan pihak sekolah tempat penelitian dalam menyampaikan informasi kesehatan gizi mengenai Pentingnya Makan Pagi melalui media audio visual film pendek. 4. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam mengapanyekan pentingnya makan pagi bagi siswa-siswa usia sekolah melalui media audio visual film pendek untuk meningkatkan keperdulian siswa mengenai pentingnya makan pagi. 5. Sebagai bahan penelitian yang relevan untuk penelitian selanjutnya.