II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. A. Bangsa-bangsa Sapi

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

III KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

IV. METODE PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

BAB II Kajian Pustaka 1.1.Studi Kelayakan

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

VII. RENCANA KEUANGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

VII. ANALISIS FINANSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGGEMUKAN SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN (PFH) JANTAN DI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

II. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA.

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Sapi merupakan hewan ternak yang sangat banyak manfaatnya bagi manusia

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman

IV METODE PENELITIAN

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Jurnal Ekonomi Pembangunan

KELAYAKAN FINANSIAL PENGGEMUKAN KAMBING POTONG DI KOTA SANGATTA. (Financial Feasibility of Fattening Goat In The City of Sangatta)

III KERANGKA PEMIKIRAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan kulitnya menghasilkan sekitar 85% kebutuhan kulit untuk sepatu, dompet dan tas. Sapi adalah salah satu genus dari famili Bovidae (Williamson dan Payne, 1993). Secara umum, ada tiga rumpun (ras) sapi, yaitu Bos Taurus (Berasal dari Inggris dan Eropa daratan), Bos Indicus (berasal dari benua Asia dan Afrika), serta Bos Sondaicus yang terdapat di Semenanjung Malaya dan Indonesia (Rianto dan Purbowati, 2010). Jenis - jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi lokal dan sapi dari luar negeri yang khusus dipelihara sebagai penghasil daging dan dapat dijadikan sebagai bakalan untuk usaha penggemukan Siregar, 2008). Jenis - jenis sapi potong itu masing - masing mempunyai sifat - sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetik laju pertumbuhannya (Murtidjo, 2001). Sapi Peranakan Ongole (PO) adalah sapi yang telah dilakukan grading up antara sapi lokal dengan sapi Ongole. Sapi ini memiliki postur tubuh dan bobot badan yang lebih kecil dibandingkan dengan sapi Ongole. Warna bulunya sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berwarna putih atau putih keabu - abuan. Punuk dan gelambir kelihatan kecil atau tidak memiliki sama sekali. Sapi PO merupakan sapi potong yang memiliki pertumbuhan berat badan harian sekitar 0,47-0,81 kg (tergantung kualitas pakan yang diberikan). Sapi PO memiliki ciri - ciri antara lain punuk besar, lipatan - lipatan kulit yang terdapat di bawah leher dan perut, telinga panjang dan menggantung, kepalanya relatif pendek dengan profil melengkung, mata besar dan tenang. Kulit sekitar lubang mata selebar ± 1 cm berwarna hitam. Tanduk yang betina lebih panjang daripada yang jantan. Warna bulu putih atau putih kehitam - 5

hitaman, dengan warna kulit kuning. Tinggi sapi jantan sekitar 150 cm, yang betina sekitar 135 cm, dengan berat badan sapi jantan sekitar 600 kg dan yang betina sekitar 450 kg. Sapi ini menjadi dewasa pada umur 4-5 tahun (Sosroamidjojo, 1991). Sapi Simmental banyak dijumpai di Eropa. Sapi jenis ini merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus yang berasal dari Switzerland. Sapi ini berwarna krem agak cokelat atau merah seperti sapi bali. Pada bagian kepala kaki mulai dari lutut hingga telapak, dan ujung ekor berwarna putih. Sapi ini memiliki tanduk yang kecil. Pertumbuhan ototnya bagus dan penimbunan lemak di bawah kulit rendah (Yulianto dan Saparinto, 2010). Sapi ini berasal dari Perancis. Warna bulu merah cokelat, tetapi pada sekeliling mata dan kaki mulai dari lutut ke bawah berwarna agak terang. Ukuran tubuh besar dan panjang serta pertumbuhan bagus. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung (Sugeng, 2003). Sapi Limousin merupakan bangsa tipe potong dan termasuk ke dalam ukuran sedang. Berat rata - rata sapi dewasa sekitar 589 kg (Rianto dan Purbowati, 2010). Sapi Simmental memiliki pertumbuhan berat badan harian 0,7-1,3 kg (Subiharta et al, 2005). B. Kondisi Usaha Penggemukan Sapi Potong di Indonesia Usaha penggemukan sapi akhir - akhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat maupun pemerintah daerah yang mengusahakan penggemukan sapi potong. Penggemukan sapi potong dapat dilakukan secara perusahaan dalam skala usaha besar maupun perseorangan dalam usaha kecil (Siregar, 2008). Berdasarkan hasil pendataan sapi potong, sapi perah dan kerbau populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 14,8 juta ekor. Secara regional/pulau, populasi sapi potong sebagian besar terdapat di pulau Jawa sebanyak 7,5 juta ekor atau 50,74% dari total populasi sapi potong di Indonesia. Kondisi peternakan saat ini menurut Sugeng (2003) bahwa Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan karena

pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional. Usaha peternakan sapi potong rakyat di Indonesia umumnya bersifat tradisional dan metode pengelolaannya masih menggunakan teknologi seadanya dan hanya bersifat sambilan sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal. Beberapa permasalahan yang masih terjadi pada peternakan Indonesia yaitu produktivitas rendah, populasi rendah, pasokan sapi bakalan tidak stabil, pasokan pakan ternak belum mencukupi dan pengetahuan tentang teknologi peternakan yang masih rendah. Peternak menginginkan keuntungan yang tinggi, tetapi kurang memperhatikan pola usaha yang sesuai untuk diterapkan dan pengalokasian input yang masksimum agar diperoleh keuntungan yang maksimal (Sidauruk et al.,2001). Pakan merupakan komponen biaya yang cukup besar dalam usaha penggemukan sapi potong. Pakan dalam penggemukan berupa hijauan dan konsentarat. Hijauan diberikan 10 % dari bobot badan, konsentrat 1 % dari bobot badan dan air minum 20-30 l/ekor/hari. (Ferdiman, 2007). Berdasarkan umur sapi yang akan digemukkan, lama penggemukan dibedakan menjadi tiga yaitu 1) untuk sapi bakalan dengan umur kurang dari 1 tahun, lama penggemukan berkisar antara 8-9 bulan, 2) untuk sapi bakalan umur 1-2 tahun, lama penggemukan 6-7 bulan dan 3) untuk sapi bakalan umur 2-2,5 tahun lama penggemukan 4-6 bulan (Sugeng, 2006). Sistem penggemukan sapi potong di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali mayoritas menggunakan sistem dry lot fattening. Sistem dry lot fattening yaitu penggemukan sapi dengan memperbanyak pemberian pakan konsentrat (Yulianto dan Saparitno, 2010). Metode ini sapi yang digemukkan ditempatkan di dalam kandang sepanjang waktu. Pakan hijauan dan konsentrat diberikan kepada sapi di dalam kandang. Konsentrat merupakan porsi utama ransum yang diberikan. Perbandingan hijauan : konsentrat berkisar antara 40 : 60 sampai 20 : 80 (Rianto dan Purbowati, 2010). Di Jawa Tengah, terdapat metode penggemukan yang disebut kereman. Metode ini merupakan bentuk dari metode dry lot fattening. Metode penggemukan ini, sapi ditempatkan di dalam kandang secara terus - menerus (dikerem) selama 4 6

bulan, bahkan kadang - kadang sampai 12 bulan atau hingga bobot sapi yang diinginkan tercapai. Sapi yang digemukkan diberi makan rumput dan konsentrat yang diperoleh dari daerah sekitar. Jenis konsentrat yang diberikan misalnya ampas tahu, onggok dan bekatul (Rianto dan Purbowati, 2010). C. Aspek Ekonomi Usaha Ternak Sapi Potong 1. Investasi Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2003). Investasi yang ditanamkan hanya untuk proses produksi semata - mata, padahal dalam kegiatan investasi tidak hanya ditujukan untuk kegiatan produksi semata - mata tetapi juga unuk membangun berbagai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan investasi (Salim dan Sutrisno, 2008). Investasi atau modal yang ditanam pada usaha penggemukan sapi potong pada intinya bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak dimasa akan datang. Modal yang termasuk di dalam perbaikan penggemukan sapi potong terdiri dari biaya penyusutan bangunan, kekayaan yang mudah diuangkan seperti ternak, pakan ternak, bibit, pupuk dan biaya yang digunakan untuk pemeliharaan. Modal juga terdiri dari penyusutan, pergantian alat - alat yang rusak dan pemeliharaan ternak. Penggolongan modal berdasarkan prinsipnya dibagi atas barang - barang yang tidak habis sekali proses produksi seperti peralatan dan bangunan dan barang - barang yang langsung habis dalam sekali produksi misalnya pupuk (Soekartawi et al., 1986). 2. Biaya Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan produk (Cyrilla dan Ismail, 1988 cit Siregar,

2009). Menurut sifatnya, biaya usahatani dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : a) Biaya Tetap dan Biaya Variabel Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Biaya ini terdiri dari pajak, penyusutan, alat - alat produksi, sewa tanah dan lain - lain (Prasetya, 1996). Menurut Hernanto (1993), biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu proses masa produksi, meliputi pajak tanah, pajak air, penyusutan alat, bangunan pertanian dan pemeliharaan ternak sedangkan menurut Subagyo (2009) bahwa biaya tetap (Fixed Cost) adalah semua pengeluaran yang harus dibayarkan untuk setiap bulan dan merupakan biaya yang tidak tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan. Contohnya biaya tenaga kerja tetap, biaya penyusutan peralatan, pembayaran pajak, pembayaran bunga pinjaman dan lain - lain. Biaya variabel (Variable Cost) ialah biaya yang akan dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki. Biaya variabel terdiri dari bakalan sapi, makanan ternak, pembelian sarana produksi, dan sebagainya (Prasetya, 1996). Biaya variabel juga merupakan biaya yang besar kecilnya tergantung kepada biaya skala produksi, meliputi tenaga kerja upahan, sewa tanah, dan sebagainya (Hernanto, 1993). b) Biaya yang Dibayarkan dan Biaya yang Tidak Dibayarkan Biaya pengelolaan usahatani dapat dibedakan antara biaya yang dibayar dengan uang tunai atau dengan benda dan biaya yang tidak dibayar yang sebenarnya juga merupakan biaya usahatani. Pada usaha penggemukan sapi potong biaya yang dibayarkan terdiri dari pengeluaran untuk pembelian obat - obatan, pembelian bakalan, pembelian pakan ternak dan upah tenaga kerja sedangkan biaya yang

tidak dibayarkan terdiri dari penggunaan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri, penyusutan modal dan lain - lain (Prasetya, 1996). c) Biaya Langsung dan Biaya Tidak Langsung Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi. Biaya langsung berupa pengeluaran, misalnya pembelian pupuk, obat - obatan, bakalan, upah tenaga kerja luar, makanan ternak serta makanan untuk tenaga kerja luar. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak langsung digunakan dalam proses produksi terdiri dari penyusutan modal tetap, biaya tenaga kerja keluarga dan sebagainya (Prasetya, 1996). 3. Penerimaan Penerimaan dari usaha penggemukan sapi potong dapat berupa penjualan sapi yang telah digemukkan serta kotoran sapi (feses) (Sugeng, 1998). Besarnya penerimaan dari usaha penggemukan sapi potong tergantung pada pertambahan bobot badan sapi yang dicapai selama proses penggemukan dan harga jual sapi per kilogram bobot badan hidup. Hal ini dinyatakan dalam satuan harga per kilogram bobot badan hidup karena pada umumnya para peternak yang mengusahakan penggemukan sapi, menjual sapi - sapinya yang sudah digemukkan kepada pedagang ternak dengan harga yang didasarkan pada bobot badan hidup (Rianto dan Purbowati, 2010). 4. Pendapatan Pendapatan (input) adalah hasil yang didapat dari penjualan produk pokok yang dihasilkan, produk sampingan ataupun pemasukan - pemasukan yang lain (Subagyo, 2009). Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan juga sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan setiap hari yang berpengaruh terhadap pengeluaran biaya hidup. Bentuk dan jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang sama yaitu digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari - hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatan usahanya (Prasetya, 1995). D. Analisis Cash Flow Uang tunai atau kas (cash) merupakan saldo sisa dari arus kas masuk dikurangi arus kas keluar yang berasal dari periode - periode sebelumnya. Arus kas bersih (net cash flow) atau arus khas mengacu pada arus kas masuk dikurangi arus kas keluar pada periode berjalan (Subramanyam dan John, 2010). Cash flow menurut Kasmir dan Jakfar (2010) merupakan arus kas atau aliran kas yang ada diperusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis - jenis biaya yang dikeluarkan. Jenis - jenis cash flow yang dikaitkan dengan suatu usaha terdiri dari initial cash flow atau lebih dikenal kas awal yang merupakan pengeluaran - pengeluaran pada awal periode untuk investasi. Biaya pra - investasi adalah pembelian tanah, kandang, mesin peralatan dan modal kerja. Operasional cash flow merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi usaha seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan pada suatu periode. Terminal cash flow merupakan uang kas yang diterima saat usaha tersebut berakhir. E. Analisis Finansial Soeharto (1997) menyatakan bahwa studi kelayakan harus dapat menyajikan hasil analisis secara kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan sumber daya yang diperlukan. Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu proyek investasi yang berjalan ataupun yang telah dijalankan seperti benefit cost ratio (B/C ratio), net present value (NPV), internal rate of return (IRR), payback period of credit (PPC).

1. Benefit Cost Ratio (BCR) BCR adalah suatu perbandingan antara present value yang positif dengan jumlah present value negatif. Nilai BCR lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha atau proyek tersebut layak untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak untuk dikerjakan. Nilai BCR sama dengan 1 (satu) berarti cash in flow sama dengan cash out flow, dalam present value disebut dengan break event point yaitu total cost sama dengan total revenue (Ibrahim, 1998). 2. Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan - penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) dimasa yang akan datang dan untuk mengetahui nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan (Husnan dan Suwarsono, 1993). Penjelasan yang sama juga diberikan oleh Umar (2000) bahwa NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan - penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) dimasa yang akan datang. 3. Internal Rate of Return (IRR) IRR menurut Umar (1997) bahwa metode IRR digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus khas yang diharapkan dimasa datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. Metode IRR digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan - penerimaan kas bersih dimasa - masa mendatang. Nilai tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga yang relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, apabila nilai lebih kecil dikatakan merugikan (Husnan dan Suwarsono, 2000).

4. Payback Period of Credit (PPC) PPC adalah suatu indikator yang dinyatakan dengan ukuran waktu, yakni berapa tahun yang diperlukan oleh suatu kegiatan atau usaha untuk mengembalikan biaya investasi yang ditanamkan ke dalam usaha, termasuk biaya pengganti. Menurut Soeharto (1997) payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih. Aliran kas bersih adalah selisih penerimaan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) per tahun. Periode pengembaliannya biasanya dinyatakan dalam jangkauan waktu per tahun. Umar (1997) mengatakan payback period of credit adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period of credit merupakan rasio initial cash investment dengan cash inflow yang hasilnya merupakan satuan waktu selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maksimum payback period of credit yang dapat diterima. F. Analisis Break Event Point (BEP) BEP adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa suatu usaha tidak rugi dan tidak untung. Analisis BEP adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel dan volume kegiatan yang mendasarkan pada hubungan antara biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue) (Subagyo. 2009). BEP adalah volume produksi dimana jumlah seluruh ongkos sama dengan jumlah seluruh penerimaan (Soetrisno, 1993). Analisis pulang pokok (BEP) adalah sarana yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam kegiatan perusahaan seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya (Umar, 2003). Titik impas atau BEP adalah titik di mana total biaya

produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapat yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan (Soeharto, 1999). BEP merupakan analisis apakah produksi yang dibuat perusahaan sudah mendapatkan keuntungan atau merugikan. Keadaan titik impas (Break Event Point) adalah keadaan produksi atau penjualan perusahaan diman jumlah pendapatan sama besarnya dengan jumlah biaya. Hal ini berarti perusahaan tidak mendapatkan laba juga tidak mengalami kerugian. Perusahaan akan mengalami kerugian apabila dalam produksi lebih kecil pada saat pengembalian biaya, sebaliknya apabila perusahaan berproduksi yang lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan maka akan mendapatkan laba (Rangkuli, 2000). Keadaan BEP dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Grafik BEP Keterangan: A : Garis biaya tetap B : Garis total biaya C : Garis penjualan D : Daerah laba E : Daerah rugi F : BEP