JITV Vol. 14 No. 4 Th. 2009:

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

KONSENTRASI N-AMONIA, KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK PELEPAH SAWIT HASIL AMONIASI SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

KOMPOSISI FRAKSI SERAT DARI SERAT BUAH KELAPA SAWIT (SBKS) YANG DI FERMENTASI DENGAN PENAMBAHAN FESES KERBAU PADA LEVEL BERBEDA

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

26/09/ Pendahuluan. 1. Pendahuluan. 1. Pendahuluan. 1. Pendahuluan. 1. Pendahuluan. Pakan ternak ruminansia di Indonesia:

FERMENTASI JERAMI JAGUNG MENGGUNAKAN KAPANG TRICHODERMA HARZIANUM DITINJAU DARI KARAKTERISTIK DEGRADASI

SIFAT FISIK DAN FRAKSI SERAT SILASE PELEPAH KELAPA SAWIT YANG DITAMBAH BIOMASSA INDIGOFERA (Indigoferazollingeriana)

III. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan pembuatan silase dilakukan di Desa Tuah Karya Ujung Kecamatan

Pengaruh Penggantian Rumput dengan Pelepah Sawit Ditinjau dari Segi Kecernaan dan Fermentabilitas Secara In Vitro Gas

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

EFEK BEBERAPA METODA PENGOLAHAN LIMBAH DAUN KELAPA SAWIT TERHADAP KANDUNGAN GIZI DAN KECERNAAN SECARA IN-VITRO.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest

III. MATERI DAN METODE. Peternakan UIN Suska Riau, penelitian berlangsung selama 3 bulan, mulai bulan

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

PENGARUH PENAMBAHAN DOSIS UREA DALAM AMONIASI LIMBAH TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING, SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR

I. PENDAHULUAN. ruminansia adalah ketersedian pakan yang kontiniu dan berkualitas. Saat ini

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2017, VOL. 17, NO. 2. Annisa Savitri Wijaya 1, Tidi Dhalika 2, dan Siti Nurachma 2 1

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

MATERI DAN METODE. Pakan dan Ilmu Tanah sebagai tempat pembuatan silase dan analisis fraksi serat di

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

KEMAMPUAN BERBAGAI KOMBINASI ISOLAT BAKTERI SIMBION RAYAP DENGAN ISOLAT BAKTERI RUMEN DALAM MENDEGRADASIKAN PAKAN SUMBER SERAT

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April

PENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN FRAKSI SERAT HIJAUAN MURBEI (MORUS INDICA L. VAR. KANVA-2)

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

SKRIPSI KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

1.1. Potensi Ampas Sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti. Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 1 (1) : 47-52; Desember 2015 ISSN :

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Jerami Padi Amoniasi yang Ditambah Probiotik Bacillus Sp.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN BERBASIS RUMPUT (Panicum maximum) TERHADAP KECERNAAN HEMISELULOSA DAN SELULOSA PADA KAMBING LOKAL

PENGARUH FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.)

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Sesuai dengan trend global, saat ini banyak produk pangan yang berlabel kesehatan.

KOMPOSISI FRAKSI SERAT PELEPAH SAWIT YANGDIFERMENTASI OLEHKAPANGPhanerochaete chrysosporium DENGAN PENAMBAHAN MINERAL KALSIUM (Ca)DAN MANGAN (Mn)

PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

II.TINJAUAN PUSTAKA. laut. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan

KELARUTAN DAN KECERNAAN BAHAN KERING (IN VITRO) BULU AYAM

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian. Universitas Lampung, Lampung INTI SARI

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak 3,25 persen dan 2,89 persen seperti disajikan p

BAB I PENDAHULUAN. rumen dalam menghasilkan produk metabiolit rumen (VFA, N-NH3 maupun protein

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

Alat Neraca analitik, gelas piala 600 ml, gelas ukur 100 ml, "hot plate", alat refluks (untuk pendingin), cawan masir, tanur, alat penyaring dengan po

THE CONTENT OF CRUDE PROTEIN AND CRUDE FIBER PALM OIL FRONDS FERMENTED BY XYLANOLITIC BACTERIA (Bacilluspumilus)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

KANDUNGAN NUTRISI SILASE PELEPAH DAUN SAGU SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA DENGAN LAMA FERMENTASI DAN KOMPOSISI SUBSTRAT YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

TINJAUAN PUSTAKA. Nenas merupakan anggota dari famili Bromeliaceae yang terdiri dari 45 genus serta 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

Pengaruh Penunasan dan Pemberian Pupuk NPK Phonska Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq)

Transkripsi:

JITV Vol. 14 No. 4 Th. 2009: 284-287 Perubahan Kandungan Lignin, Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) Pelepah Sawit Melalui Proses Biodegumming sebagai Sumber Bahan Pakan Serat Ternak Ruminansia AFNUR IMSYA dan RIZKI PALUPI Program studi Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang Prabumulih Km 32 Indralaya Ogan Ilir Email : aimsya@yahoo.com (Diterima dewan redaksi 23 Oktober 2009) ABSTRACT IMSYA, A. and R. PALUPI. 2009. The change of lignin, neutral detergent fiber, and acid detergent fiber of palm frond with biodegumming process as fiber source feedstuff for ruminantia. JITV 14(4): 284-287. This research was conducted to study the effect of substrat levels and incubation time on changes of mean of: lignin, neutral detergent fiber and acid detergent fiber content of palm frond. This research was done based on completely randomized design with 2 factors as treatments. The first factor was substrate levels ie: 5, 10 and 15 litters, the second factor was incubation times: 3, 5 and 7 days of incubation which resulted in reduction content of lignin. Result of this research showed that treatments gave significantly different influence (P<0.05) on lignin, neutral detergent fiber and acid detergent fiber of palm frond. The best treatment was 15 litter of substrate with 7 days incubation, resulted in: 9.22 % lignin, 38.56% neutral detergent fiber, and 32.19% acid detergent fiber of palm frond. It is concluded that substrate level and incubation time interaction in biodegumming process decreased the level of lignin, NDF and ADF in palm frond. Key words: Biodegumming, Lignin, Neutral Detergent Fiber, Acid Detergent Fiber ABSTRAK IMSYA, A. dan R. PALUPI. 2009. Perubahan kandungan lignin, Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) pelepah sawit melalui proses biodegumming sebagai sumber bahan pakan serat ternak ruminansia. JITV 14(4): 284-287. Kendala dalam pemanfaatan pelepah sawit adalah rendahnya tingkat kecernaan bahan tersebut yang diakibatkan oleh tingginya kandungan NDF, ADF dan lignin, yang dapat menurunkan produksi ternak. Salah satu teknologi untuk mengatasi kendala tersebut adalah adalah tekhnologi biodegumming yang merupakan suatu proses melepaskan dan melarutkan gum yang terdiri dari asam uronat, pectin dan lignin dengan memanfaatkan media substrat cair dan mikroorganisme. Dalam penelitian ini dilakukan proses biodegumming dengan dosis substrat dan lama inkubasi yang berbeda. Dosis substrat dimaksud adalah 5 liter substrat/1kg pelepah sawit, 10 liter substrat/1 kg pelepah sawit, 15 liter substrat/1 kg pelepah sawit dengan lama inkubasi 3, 5 dan 7 hari. Setiap kombinasi perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 unit penelitian. Parameter yang diamati adalah kadar lignin, NDF dan ADF. Data yang diperoleh dianalisa dengan analisis keragaman dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan s Multi Range Test. Hasil penelitian menunjukkan 15 liter substrat dengan 7 hari inkubasi menghasilkan kandungan lignin 9,22%, NDF 38,56% dan ADF 32,197 pelepah sawit. Disimpulkan bahwa pengaruh level subtrat dan lama inkubasi serta interaksi perlakuan, menurunkan kandungan lignin, NDF dan ADF. Semakin tinggi level inokulan yang dipakai dan semakin lama masa inkubasi maka penurunan kandungan lignin, NDF dan ADF semakin besar. Kata kunci: Biodegumming, Lignin, Neutral Detergent Fiber, Acid Detergent Fiber PENDAHULUAN Intensifikasi dan optimalisasi pemanfaatan limbah perkebunan serta limbah industri pengolahan hasil perkebunan berserat tinggi merupakan kemungkinan yang potensial untuk mengatasi krisis pakan khususnya ternak ruminansia di masa depan. Salah satu produk samping pertanian yang cukup potensial untuk dijadikan pakan ruminansia adalah pelepah sawit. Pelepah sawit merupakan produk perkebunan kelapa sawit yang dapat diperoleh sepanjang tahun bersamaan dengan panen tandan buah segar. Ditinjau dari potensi pengembangan kelapa sawit, luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2000 diperkirakan mencapai 2.118,8 ribu hektar dengan jumlah produksi 4,094 juta ton (BADAN PUSAT STATISTIK, 2003), sedangkan luas areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan pada saat ini 488.693,00 hektar dengan produksi 1.459.723,00 ton (DINAS PERKEBUNAN, 2004). 284

IMSYA, A. dan R. PALUPI. Perubahan kandungan lignin, Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) pelepah sawit Setiap pohon kelapa sawit dapat menghasilkan 22 pelepah/tahun dan rataan bobot pelepah per batang mencapai 2,2 kg (setelah dikupas untuk pakan), sehingga setiap hektar dapat menghasilkan pelepah segar untuk pakan sekitar 9 ton/ha/tahun atau setara dengan 1,64 ton/ha/tahun bahan kering (DIWYANTO et al., 2003). Bila diasumsikan kebutuhan bahan kering 1 satuan ternak 2,5% dari bobot badan, sedangkan porsi ransum yang diharapkan dari pelepah sawit 30% (beri misal 70-100) maka 1 ha perkebunan sawit dapat menampung sebanyak 41 satuan ternak sepanjang tahun. Angka ini menunjukkan tingkat potensi yang besar dari pelepah sawit sebagai pakan ternak, namun pemanfaatannya terkendala dengan rendahnya tingkat kecernaan karena kadar NDF (Neutral Detergent Fiber) dan Lignin yang tinggi. Komposisi nutrient pelepah sawit (% bahan kering) adalah sebagai berikut kandungan BK 48,78; PK 5,33; NDF 78,05; ADF 56,93; hemiselulosa 21,12; selulosa 27,94; lignin 16,94 dan silika 0,6 (IMSYA et al., 2005). Banyak hal yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut seperti proses amoniasi dengan memanfaatkan urea namun proses amoniasi ini belum memberikan hasil yang optimal dalam menurunkan kandungan lignin. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lain agar diperoleh tekhnologi baru yang lebih tepat dan dapat memberikan hasil yang diharapkan. Tekhnologi yang coba dilakukan adalah dengan proses biodegumming, yang memanfaatkan mikroba dan substrat cair sehingga diharapkan dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh mikroba dan substrat cair yang digunakan dapat memecah dan melarutkan lignin yang terdapat dalam pelepah sawit. MATERI DAN METODE Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian experimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor terdiri dari tiga taraf untuk dosis starter (liter) pada 1 kg pelepah sawit dan tiga taraf masa inkubasi (hari). Dosis substrat adalah 5, 10 dan 15 liter substrat/1 kg pelepah sawit, lama inkubasi: 3, 5 dan 7 hari. Setiap kombinasi perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 unit penelitian. Pelaksanaan penelitian Proses biodegumming dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu persiapan substrat, penyiapan sample pelepah sawit dan proses biodegumming. I. Persiapan substrat 1. Molases diencerkan dengan air kelapa pada 12 kali pengenceran, ditambahkan 2% gula dan 0,5% ZA, dilakukan pengadukan hingga homogen 2. Pengaturan ph dilakukan dengan menambahkan asam asetat glasial sampai ph 4 kemudian substrat dimasukkan kedalam toples dan ditutup rapat lalu disterilisasi dengan menggunakan autoclave dilanjutkan dengan pendinginan pada suhu ruangan 3. Ditambahkan cairan rumen yang sudah mengalami pengenceran 10-5 dilakukan inkubasi selama 3 hari pada suhu 27 30 o C II. Penyiapan sampel pelepah sawit 1. Pelepah sawit yang digunakan dikupas dan dibersihkan kemudian diberi perlakuan fisik dengan cara dipotong sepanjang 2 cm, ditimbang sebanyak 1 kg berat kering udara 2. Pelepah sawit disterilkan dalam autoclave selama 15 menit dan didinginkan pada suhu ruangan III. Proses biodegumming 1. Pelepah sawit dimasukkan ke dalam substrat sesuai dengan dosis perlakuan dan lama inkubasi yang telah ditetapkan 2. Setelah masa inkubasi selesai pelepah sawit dikering udarakan dan digiling dan dianalisis dengan metode yang disarankan VAN SOEST untuk mengetahui perubahan komposisi kimia sesuai dengan parameter yang diamati. Parameter yang diamati adalah kadar NDF, kadar ADF, dan kadar lignin Analisa data Data dianalisa sesuai dengan rancangan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan s Multi Range Test. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis VAN SOEST menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) baik itu pengaruh dari dosis substrat, lama inkubasi maupun interkasi dari kedua faktor perlakuan NDF, ADF dan kandungan lignin pelepah sawit setelah dilakukan proses bidegumming. Data hasil analisa van soest kandungan NDF, ADF dan lignin tertera pada Tabel 1, 2 dan 3. Berdasarkan hasil analisis statistik dan uji lanjut yang telah dilakukan terhadap komponen serat berdasarkan analisa VAN SOEST maka diperoleh bahwa 285

JITV Vol. 14 No. 4 Th. 2009: 284-287 perlakuan penelitian berupa dosis substrat dan lama inkubasi dalam proses biodegumming pelepah sawit memberikan pengaruh terhadap perubahan kandungan lignin, NDF dan ADF. Dari data penelitian terlihat semakin banyak dosis substrat yang digunakan dan semakin lama masa inkubasi maka penurunan kandungan NDF, ADF, dan lignin pelepah sawit biodegumming semakin besar. Interaksi dari kedua faktor penelitian juga terlihat mempengaruhi penurunan kandungan ketiga komponen serat tersebut. Dengan perkataan lain terdapat hubungan penurunan yang linear antara dosis substrat dan lama masa inkubasi biodegumming terhadap penurunan kandungan NDF, ADF dan lignin pelepah sawit. Pada perlakuan 15 liter substrat dan 7 hari masa inkubasi menghasilkan penurunan kandungan NDF sebesar 30,49% unit, ADF 31,81% unit dan lignin 109,33% unit dari kandungan NDF, ADF dan lignin pelepah sawit biodegumming yang mendapat perlakuan 5 liter dosis substrat dan 3 hari masa inkubasi. Kandungan NDF, ADF dan lignin yang tidak mendapatkan proses biodegumming masing-masing adalah 78,05%; 56,93% dan 16,99% (IMSYA et al, 2005) dari data tersebut dapat dikalkulasikan bahwa proses biodegumming dengan dosis substrat 15 liter dan masa inkubasi 7 hari mampu menurunkan kandungan Tabel 1. Data kandungan netral detergent fiber pelepah sawit biodegumming (% Bahan kering) 3 50,32 a 44,18 cd 43,03 d 45,84 a 5 47,71 b 43,96 cd 39,96 e 43,87 b 7 45,46 c 44,06 cd 38,56 e 42,69 c 47,83 a 44,06 b 40,51 c 44,13 Tabel 2. Data kandungan ADF pelepah sawit biodegumming 3 42,43 a 38,62 b 34,48 cd 38,51 a 5 40,49 ab 37,44 bc 33,49 cd 37,14 a 7 39,42 b 35,23 c 32,19 d 35,62 b 40,78 a 37,09 b 33,39 c 37,09 Tabel 3. Data kandungan lignin pelepah sawit biodegumming 3 19,30 a 14,20 cd 12,02 fe 15,17 a 5 17,58 b 13,73 d 10,68 fg 13,99 b 7 15,65 c 12,59 de 9,22 g 12,49 c 17,51 a 13,51 b 10,64 c 13,88 286

IMSYA, A. dan R. PALUPI. Perubahan kandungan lignin, Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) pelepah sawit NDF sampai 102,41% unit, ADF 76,86% unit dan lignin 84,27% unit. Penurunan kandungan NDF, ADF dan lignin yang besar dalam proses biodegumming merupakan indikasi yang positif untuk dapat menggunakan pelepah sawit sebagai pakan. Semakin rendah kandungan NDF, ADF dan lignin dalam suatu bahan pakan maka akan meningkatkan nilai kecernaan bahan pakan tersebut bagi ternak. VAN DER MEER dan VAN ES (2001) melaporkan bahwa bahwa kecernaan bahan pakan serat akan sangat dipengaruhi oleh kandungan penyusun dinding sel bahan. Proses biodegumming mampu menurunkan kandungan NDF, ADF dan lignin disebabkan adanya aktifitas bakteri yang berasal dari cairan rumen, dan setelah dilakukan identifikasi maka bakteri yang dominan ditemukan dalam substrat adalah bakteri Bacillus sp. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk mendegradasi gum karena bakteri ini menghasilkan enzim pektat lyase seperti yang dinyatakan oleh ZHENG et al. (2000) Proses degumming serat dapat dilakukan dengan menggunakan enzim pektat lyase dan zylanase yang dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri seperti Bacillus sp dan Amycolata sp. Enzim pektat lyase dapat menghidrolisis ikatan dari struktur gum yaitu (1,6)-α-D- Galactopyranosyl sehingga menjadi ikatan rantai pendek yang mudah larut dalam air. Enzim ini memiliki kontribusi yang besar pada proses degumming karena dapat mengurangi kandungan gum hingga 30%. Aktivitas enzim xylanase dalam menurunkan kandungan gum lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas pektat lyase yaitu 14-17% (BRUHLMANN et al., 2000). Gum yang sudah mengalami hidrolisis oleh enzim mikroba selanjutnya akan larut dalam larutan asam yang terdapat dalam substrat. Adanya bakteri Bacillus sp selain menghasilkan enzim pektat lyase juga menyebabkan kondisi substrat menjadi asam. LEUPIN (1998) menyatakan bahwa senyawa yang termasuk dalam gum seperti pektin, lignin dan pentosa akan mampu larut dalam larutan asam setelah dihidrolisa oleh enzim yang spesifik. Hal inilah yang menyebabkan proses biodegumming mampu menurunkan kandungan NDF, ADF dan lignin pelepah sawit. Semakin banyak substrat dan semakin lama masa inkubasi maka semakin banyak kandungan NDF, ADF dan lignin yang terlarut. Semakin banyak substrat maka semakin banyak jumlah mikroba yang menghasilkan enzim yang digunakan untuk melarutkan ketiga komponen serat. Demikian pula semakin lama masa inkubasi, semakin banyak waktu yang tersedia bagi mikroba untuk menghidrolisis gum yang terdapat dalam pelepah sawit tersebut. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses biodegumming mampu menurunkan kandungan Netral Detregent Fiber, Acid Detergent Fiber dan lignin pelepah sawit. terbaik adalah dengan dosis substrat 15 liter/1 kg pelepah sawit dan lama inkubasi 7 hari menghasilkan kandungan Netral Detergent Fiber, Acid Detergent Fiber dan lignin terendah, masingmasing adalah 38,56; 32,19 dan 9,22% UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) yang telah memberikan dana Hibah Bersaing tahun 2007 untuk penelitian ini. Terima kasih juga kepada instruktur pelatihan penulisan artikel ilmiah DP2M tanggal 21-24 Agustus 2008 atas masukan untuk artikel ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA BADAN PUSAT STATISTIK. 2003. Statistik Indonesia 2003. Badan Pusat Statistik. Jakarta. BRUHLMANN, M., M. LEUPIN, K.H. ERISMANN and A. FIEEHTER. 2000. Enzymatic degumming of ramie bast fiber. J. Biotechnol. 76: 43-50. DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SUMATERA SELATAN. 2004. Buku Saku Data Perkebunan Sumatera Selatan Tahun 2004. Palembang. DIWYANTO, K., D. SITOMPUL, I. MARTI, I.W. MATHIUS dan SOENTORO. 2003. Pengkajian pengembangan usaha sistem integrasi kelapa sawit-sapi. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu, 9-10 September 2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 1-22. FENNEMA, O.R. 1982. Food Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York. LEUPIN, A. 1998. Enzymatic degumming through alkalophilic microorganism - A new Approach for best fiber processing. Hemp, Flax and other Bast Fibrous Plant Production, Technology and Ecology Symposium. Poznan, 24-25 Sept. 1998. Poznan, Poland. pp. 119-120. Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1992. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia, Jakarta. VAN DER MEER, J.M. and A.J.H. VAN ES. 2001. Optimal degradation of lignocellulosic feeds by ruminants and in vitro digestibility tests. Proceedings of a Workshop, Degradation of Lignocellulosics in Ruminant and Industrial Processes. March 17-20, 1986, Lelystad, Netherlands. pp. 21-34. ZHENG, L., Y. DU and J. ZHANG. 2003. Degumming of ramie fiber by alkalophilic bacteria and their polysaccharide - degrading enzyme. Bioresour. Technol. 78: 89-94. 287

288 JITV Vol. 14 No. 4 Th. 2009: 284-287