BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SAAT MASA KONTRAK SEDANG BERLANGSUNG

JAMSOSTEK. (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum yakni norma yang dibuat

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM PENGATURAN TUNJANGAN HARI RAYA MENURUT PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 116/PUU-XIII/2015 Jangka Waktu Pengajuan Gugatan Atas Pemutusan Hubungan Kerja

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM KETENAGAKERJAAN TENAGA KERJA, JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

IMPLEMENTASI UU NO. 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMSOSTEK PADA PT. RIMBA MATOA LESTARI DI KABUPATEN JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENGAGA KERJA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PEKERJA KONTRAK, DAN HAK CUTI. 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja dan Pekerja Kontrak

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA DAN HAK-HAK PEREMPUAN. Istilah Pekerja/ Buruh muncul untuk menggantikan istilah Buruh pada zaman

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-24/MEN/VI/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR: 13 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN KERJA, PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

PELAKSANAAN PROGRAM JAMSOSTEK DITINJAU DARI PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA. DAHLIA Dosen Fakultas Hukum UNISRI

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

BAB IV PENUTUP. atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Wahyu Septyan dan PT

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga 1. Pekerja adalah setiap orang yang

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi diarahkan antara lain

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

H U B U N G A N K E R J A

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana perlindungan tersebut menurut hukum dan undang-undang yang berlaku. Karena pada

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA

STANDARISASI PEMUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. dapat diperoleh kesimpulan bahwa : bekerja selama 12 (dua belas). ini berhak untuk mendapatkan cuti tahunan.

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik I

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dan Rumusan Masalah

Transkripsi:

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN 2.1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dalam pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Replubik Indonesia Nomor Kep.100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, yang dimaksud dengan perjanjian kerja waktu tertentu adalah perjanjian antara pekerja/buruh dan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau pekerjaan tertentu. Pasal 59 ayat 4 UU Ketenagakerjaan mengatur batas jangka waktu perjanjian kerja waktu tertentu. Perjanjian kerja waktu tertentu diadakan paling lama 2 tahun dan dapat diperpanjang sekali selama 1 tahun. Berarti hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu paling lama adalah 3 tahun. Selain batas jangka waktu perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu, hal ini diatur didalam pasal 59 ayat 1 UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Secara khusus persyaratan kerja waktu tertentu diatur dalam pasal 56 s/d pasal 59 UU a quo. Dari pasal-pasal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembuatan perjanjian kerja waktu tertentu harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut 7 : 7 Hidayat Muharam, Panduan Memahami Hukum Ketenagakerjaan Serta Pelaksanaannya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 6

1. Didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu. 2. Harus dibuat secara tertulis dan menguraikan Bahasa Indonesia. 3. Tidak boleh ada masa percobaan. 4. Hanya dapat dibuat untuk pekerjaan yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu. 5. Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. Kecuali untuk poin ke-2 jika sebuah perjanjian kerja waktu tertentu tidak memenuhi/melanggar unsur-unsur diatas, maka demi hukum perjanjian tersebut menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau dengan kata lain sang buruh menjadi buruh tetap. Pekerja kontrak/pekerja Waktu Tertentu dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sesungguhnya tidak melanggar prinsipprinsip hukum perjanjian. Berbagai penentangan keadaan dimana kecenderungan perusahaan memakai sistem tersebut untuk segala pekerjaan yang sebenarnya bersifat tetap. Di samping itu hak-hak normatif lain seperti perlindungan, jaminan sosial kesehatan, upah dan berbagai tunjangan lain tidak diberikan sebagaimana mestinya. Hal inilah yang kemudian membuat kalangan buruh beranggapan sistemnya yang salah dan hal tersebut harus diperbaharui atau dengan kata lain harus ditolak.

2.2 Pihak-pihak Dalam Hubungan Kerja yang Diikat Dalam PKWT Pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang menjadi pihak dalam perjanjian adalah pekerja secara pribadi dan langsung dengan pengusaha. Hubungan kerjasama antara Pengusaha dengan Pekerja Kontrak. Perjanjian-perjanjian yang dibuat para pihak harus memenuhi syarat sah perjanjian seperti yang tercantum dalam pasal 1320 BW. 2.3 Hak-Hak Pekerja Kontrak 1. Upah Sebagai basis penetapan upah, digunakan upah minimum regional/provinsi (UMR/UMP) yang selalu direvisi pemerintah setiap tahunnya. Perusahaan juga wajib menyusun struktur dan skala upah dengan memerhatikan golongan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Struktur dan skala upah harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak menciptakan kesenjangan dan kecemburuan sosial antarpekerja. 2. THR (Tunjangan Hari Raya) Hak pekerja kontrak lainnya yang sering dipertanyakan adalah THR. THR wajib dibayarkan perusahaan kepada pekerjanya, baik pekerja tetap maupun pekerja kontrak. Tapi ada syaratnya, yaitu pekerja tetap yang sudah bekerja selama satu tahun dan mendapatkan satu kali uang gaji. Jika bekerja kurang dari satu

tahun tapi lebih dari tiga bulan, maka akan mendapatkan THR sesuai dengan proporsional. 3. Jamsostek (Jaminan sosial tenaga kerja) Pekerja kontrak juga berhak atas tunjangan kesehatan, sebagai bagian dari Jamsostek. Jamsostek juga suatu perlindungan bagi pekerja dalam bentuk santunan uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang layanan akibat peristiwa atau keadaan yang dialami pekerja. Seperti kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, dan meninggal dunia. 2.4 Hak Normatif Pekerja/Buruh yang Dikembalikan Sebelum Masa Kerja Habis Pemutusan hubungan kerja tidak bisa diputuskan atau dilakukan seenaknya, sebab sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dari seseorang. Masalah yang paling penting dengan adanya pemutusan hubungan kerja sebelum masa kerja habis mendapatkan perlindungan atas hak-hak normatifnya. Khusus untuk melindungi pekerja waktu tertentu atau tenaga kerja kontrak outsourcing maka ketentuan dalam Pasal 6 Undang-undang No.13 Tahun 2003 adalah ketentuan yang sangat penting untuk mempersamakan perlakuan dengen pekerja tetap. Menurut pasal ini maka setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminalisasi dari pengusaha. Tinggal sekarang bagaimana realisasi dari peraturan yang baik ini. Menurut pasal 56 Undang-undang No.13

Tahun 2003 maka perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu dan untuk waktu tidak tertentu, Perjanjian kerja untuk waktu tertentu didasarkan atas: a. Jangka waktu tertentu b. Selesainya suatu pekerjaan tertentu. Pekerja kontrak adalah termasuk dalam perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dan dimaksudkan untuk menutup kesulitan menentukan jenis pekerjaan tertentu yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu. Ini juga merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan penyedia tenaga kerja dan pemberi kerja agar mendapat tenaga murah dan berkualitas. Bagi pekerja kontrak sebenarnya pembedaan ini dapat dibuat tidak berarti apabila mereka mengetahui tentang hak-hak dasar pekerja seperti disebutkan dalam pasal 6 diatas yakni hak nondiskriminasi. Hak-hak dasar ini dipertegas lagi dalam berbagai pasal sebagai berikut ini: Pasal 35 ayat (3) dari UU No 13 Tahun 2003 ini menyebutkan pemberi kerja dalam mempekerjakan pekerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan, baik mental maupun fisik pekerja. Bilamana hak-hak pekerja ini tidak terpenuhi maka tuntutan pekerja ini dapat diajukan kepada Pegawai Perantara Dinas Tenaga Kerja dan mobilitas Penduduk setempat dengan permohonan agar dapat diberikan perantara ini dapat berupa anjuran agar pemberi kerja menjalin kembali hubungan kerja yang non

diskriminatif dengan pihak pekerja atau dalam hal pekerja diberhentikan maka diberikan hak-hak normatif seperti diberikan kepada pekerja tetap. Pada pasal 156 ayat 1 dan 2 huruf a, b, c, dan d maka pekerja atau buruh dapat menerima uang pesangon sebagai berikut: a. Masa kerja kurang dari 1 tahun; 1 bulan upah b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, 2 bulan upah c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, 3 bulan upah d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun, 4 bulan upah. 1.7. Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Kontrak Dalam Memperoleh Kesejahteraan dan Jaminan Sosial. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia. Perkembangan masalah ketenagakerjaan dan jaminan sosial bagi tenaga kerja di Indonesia mutlak diperlukan mengingat bidang ini sangat menentukan keberhasilan pembangunan dalam segala segi.

Hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha perlu diarahkan pada terciptanya kerja sama yang serasi yang dijiwai dengan pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 dimana masing-masing pihak saling menghormati, saling membutuhkan, saling mengerti peran serta hak dan kewajibannya. Perlindungan pekerja melalui program jaminan sosial semata-mata diperuntukkan bagi pekerja itu sendiri, tetapi diperuntukkan pula bagi keluarganya pada saat terjadi resikoresiko seperti kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia dan hari tua. Program Jaminan Sosial Tenaga Keja (Jamsostek) bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Terdapat 4 (empat) Program bagi Tenaga Kerja Dalam Hubungan Kerja dan Pekerja di Luar Hubungan Kerja, mencakup: a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) b. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) c. Jaminan Hari Tua (JHT) d. Jaminan Kematian (JK) 1. Jaminan Kecelakaan Kerja

Program Jaminan Kecelakaan Kerja berupa pemberian kompensasi dan rehabilitasi bagi pekerja yang mengalami: a. Kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah b. Menderita penyakit akibat hubungan kerja. Jaminan kecelakaan kerja yang akan diberikan kepada pekerja yang tertimpa kecelakaan meliputi: a. Santunan b. Santunan Cacat c. Santunan Kematian d. Pengobatan dan Perawatan; e. Rehabilitasi; f. Ongkos Pengangkutan, dan; g. Santunan dan Pengobatan Penyakit Yang Timbul Akibat Kerja 2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pelayanan diberikan di pelaksana pelayanan kesehatan ( fasilitas kesehatan ) yang memiliki ikatan kerjasama tertulis dengan Badan Penyelenggara.

Diselenggarakan secara terstruktur, terpadu, dan berkesinambungan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bersifat menyeluruh dan meliputi pelayanan peningkatan kesehatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. 3. Jaminan Hari Tua Program Jaminan Hari Tua merupakan dana jangka panjang untuk memberikan kepastian adanya dana pada saat tenaga kerja tidak produktif lagi karena meninggal, cacat, atau memasuki hari tua. 4. Jaminan Kematian Diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun berupa uang. Peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur perselisihan hubungan industrial yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI). UU PPHI menjadi sebuah hukum acara dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui jalur hukum baik litigasi maupun non litigasi. UU PPHI hanya mengatur mengenai perselisihan hubungan industrial. Perselisihan yang tergolong kedalam perselisihan industrial adalah perselisihan antara pihak pengusaha dengan pihak

buruh baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan. UU PPHI juga secara khusus membagi jenis-jenis perselisihan hubungan industrial menjadi 8 : c. Perselisihan hak; d. Perselisihan kepentingan; e. Perselisihan pemutusan hubungan kerja; f. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. UU PHI juga mengenal adanya alternatif penyelesaian sengketa. UU PPHI memberikan peluang agar penyelesaian perselisihan industrial dilakukan diluar jalur pengadilan (non-litigasi). Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui jalur non litigasi diatur didalam Bab II UU PPHI. Buruh yang dikenakan pemutusan hubungan kerja dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial apabila tidak menerima pemutusan hubungan kerja tersebut. Namun gugatan tersebut diberikan batas waktu oleh undang-undang. Gugatan oleh buruh atas pemutusan hubungan kerja hanya dapat diajukan 1 tahun sejak diterimanya atau diberitahukannya keputusan dari pihak pengusaha. 9. Pembuatan surat gugatan dalam sengketa perdata di pengadilan harus dilakukan secara jelas dan teliti, hal ini berlaku juga pada Pengadilan Hubungan 8 Indonesia, Undang-undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, UU NO.2 Tahun 2004, LN N0.6 Tahun 2004, TLN 4356, ps.2 9 Indonesia, Undang-Undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, op.cit, ps.82

Industrial. Surat gugatan harus memiliki formulasi surat gugatan yang baik sehingga tidak berakibat pada tidak diterimanya gugatan. Karena itu, gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial lebih memerlukan bantuan pengacara dibandingkan dengan lembaga sebelumnya yaitu panitia penyelesaian perselisihan perburuhan daerah/pusat. Yang dimaksud dengan formulasi surat gugatan adalah perumusan (formulation) surat gugatan yang dianggap memenuhi syarat formil menurut ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10 10 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cet II, Jakarta, Sinar Grafika, 2005, hal.51