Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENANGANAN PASCA BENCANA

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

224/PMK.07/2008 PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH

Butir-Butir Laporan Gubernur NAD pada Sidang Kabinet Terbatas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias, 5 Juli 2005

KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

2012, No.76 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari Anggaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

Rapat Dewan Pengarah Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah. Kepulauan Nias, Provinsi Sumut. Jakarta, 3 Mei 2005

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1419, 2014 BNPB. Dana Masyarakat. Bantuan. Pengelolaan. Pengumpulan. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

STRATEGI PENGANGGARAN KEGIATAN TIM TERPADU DAN RENCANA AKSI PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

2008, No c. bahwa pembentukan Kabupaten Buru Selatan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyaraka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rancangan Awal Butir-Butir Pembahasan Rapat Bulanan Anggota Dewan Pengarah BRR Aceh-Nias Juli 2005

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

2016, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

2008, No Mengingat : 1. c. bahwa pembentukan Kabupaten Pulau Morotai bertujuan untuk meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. PASAL DEMI PASAL Pasal l Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN 168/PMK.07/2008 TENTANG HIBAH DAERAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

2011, No beras pemerintah yang sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.02/2009; d. bahwa berdasarkan pertimbangan

PERAN SOP DALAM MITIGASI DAN PENANGANAN BENCANA. Oleh : Siswantobp SEKRETARIAT / KANTOR PELAKSANA HARIAN BADAN KORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Powered by TCPDF (

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LOMBOK UTARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. disahkan untuk periode satu tahun merupakan bentuk investasi pemerintah dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

2008, No c. bahwa pembentukan Kota Tangerang Selatan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII PENDANAAN VII - 1

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

2008, No.99 2 c. bahwa pembentukan Kabupaten Lombok Utara bertujuan untuk meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakat

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2007 (31/2007) TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

Butir-Butir Pembahasan Sidang Kabinet Terbatas Tentang Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD Nias

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LOMBOK UTARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Repu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Menurut Governmental

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENANGANAN PENGUNGSI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22TAHUN 2008 TENTANG PENDANAANDANPENGELOLAAN BANTUANBENCANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

2013, No

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53/PMK.010/2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2010 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Transkripsi:

Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Hasil Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara No Data : 3 / 8/ 2006 Judul Referensi : Pengalokasian,Pendanaan dan mekanisme Penanggulangan Bencana ALam : RUU Penanggulangan Bencana UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara Hasil Diskusi dengan Pakar Berbagai Mass Media Tgl Analisis : 25 Juli 8 Agustus 2006 Tim Analisis : 1. Dra. Sri Lestari,MM 2. Aris Subiakto, S.Sos 3. M. Yus Iqbal, SE 4. Nurlaily Rahmawati, SE 5. Handriyanto Setiadi, SE 6. Ikawati, Se 7. Titie Budi.S, SE 8. Eko Priyanto, Se 9. eny Sulistiowati, Skom 10. Titik Kurnianingsih,SE 11. Martiasih Nursanti, SE

PENANGGULANGAN BENCANA ALAM : Pengalokasian, Pendanaan dan Mekanisme Penanggulangan Bencana ALam I. Latar Belakang Masalah Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana terutama gempa bumi, tsunami, banjir dan letusan gunung berapi. Melihat kondisi lambatnya penanganan tanggap darurat dan rekonstruksi atas bencana-bencana yang baru saja terjadi, nampaknya pemerintah kurang mengantisipasi bencana-bencana yang akan terjadi dan tidak belajar dari penanganan bencana yang sebelumnya. Berbagai media menyebut hal ini dikarenakan ketidakjelasan pengalokasian dana, kurangnya koordinasi serta rigidnya birokrasi dan belum transparannya prosedur pengalokasian dan mekanisme penyaluran dana bencana alam yang menyebabkan lambatnya pemberian bantuan kepada korban bencana alam. Dan selanjutnya muncul pula gejala tidak transparannya pengalokasian sampai pengelolaan dana bencana, sehingga munculnya isu Korupsi dan percaloan dana bencana ini. II. Pengalokasian, Pendanaan dan Mekanisme Penanggulangan Bencana Alam Sumber Pendanaan Penanganan Bencana Potensi sumber pendanaan yang tersedia bagi penanganan bencana alam secara garis besar terdiri dari dana APBN, APBD, hibah (grant), serta dana yang berasal dari masyarakat. 1

Potensi sumber dana yang berada dalam APBN terdiri dari: a. Dana rupiah murni b. Hibah luar negeri baik yang bersifat bilateral maupun multilateral c. Realokasi atau reprogramming dana pinjaman luar negeri yang sedang berjalan dialihkan untuk wilayah terkena bencana d. Pinjaman luar negeri baru (apabila diperlukan) serta e. Penundaan dana pembayaran bunga dan pokok utang luar negeri. Mekanisme Pengalokasian Dana Penanggulangan Bencana Pengalokasian dana bencana yang sumber pendanaannya diambil dari APBN berupa dana tanggap darurat diatur dalam Pasal 27 ayat (4) UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara : Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Seluruh kewenangan pengalokasian ada di Pemerintah dan disetujui oleh DPR melalui mekanisme pembahasan rutin APBN. Sedangkan pencairannya dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. Mekanisme Penyaluran Dana Penanggulangan Bencana Penanggulangan bencana bagi daerah dibiayai melalui tiga mekanisme yaitu : 1.Melalui kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi yang ditangani oleh Badan Pelaksana (Bapel) dengan tugas: a. Mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi 2

b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan termasuk penandatangan kontrak dengan pihak ketiga, maupun pengadaan barang dan jasa. c. Melaksanakan proyek-proyek pada berbagai sektor yang utama dan strategis (flagship) serta seluruh proyek yang lintas sektor. 2. Melalui pemerintah daerah yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) yang ada di APBD akan langsung dilaksanakan oleh pemerintah daerah, baik oleh Provinsi dan masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayah bencana. 3. Kegiatan penanggulangan bencana yang dibiayai oleh hibah dapat dilaksanakan oleh pihak donor atau dikelola oleh Pemerintah Indonesia (Badan Pelaksana), 2.4. Perubahan Mekanisme Penyaluran Dana Penanggulangan Bencana Pemerintah telah mengusulkan Mekanisme penanganan Pasca bencana yang diusulkan oleh pemerintah dalam pembahasan APBN 2007 adalah sebagai berikut : 2006 2007 Setelah Pemerintah menerima pagu dari DPR-RI: 1. Pemda Kab/Kota/Prov mengajukan usulan kepada Bakornas PB 2. Bakornas mengadakan Rakor Interdep membahas usulan tersebut 3. Hasil Rakor Interdep disampaikan oleh Bakornas PB kepada Menteri Keuangan 4. Menteri Keuangan langsung menerbitkan dokumen anggaran (DIPA) 5. Dokumen anggaran disampaikan kepada Pemerintah Daerah, KPPN dan Bakornas PB 6. Menteri Keuangan melaporkan 1. Setiap Kab/Kota/Satlak PB berkewajiban mengkoordinasikan potensi daerah untuk pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi daerah masing- masing 2. Apabila masih ada yang belum tertangani oleh Kab/Kota/Satlak PB maka dilaporkan kepada Provinsi/Satkorlak PB 3. Provinsi/Satkorlak PB berkewajiban mengkoordinasikan potensi daerah baik Kab/Kota maupun Provinsi untuk pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi dilingkup provinsi yang bersangkutan. 3

penggunaaan dana penanggulangan bencana kepada DPR RI 4. Apabila masih ada yang belum tertangani, maka dilaporkan ke Pusat (Bakornas PB) untuk seterusnya dilakukan seperti mekanisme di atas. Sedangkan mekanisme penyaluran Dana Penanggulangan Bencana (DPB) untuk tahun anggaran (TA) 2006 melalui surat No. S54/MK.02/2006 Dilakukannya perubahan mekanisme pencairan Dana Penanggulangan Bencana (DPB) untuk Tahun Anggaran (TA) 2006 dan seterusnya diharapkan penanggulangan bencana tidak terlambat. Perbandingan mekanisme penyaluran dana penanggulangan dijelaskan sebagai berikut : bencana No sebelum perubahan Usulan perubahan dari Depkeu 1 Berdasarkan Keppres No.3/2001 dibentuk Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi yang di dalamnya terdapat perwakilan dari departemen-departemen teknis terkait dan segala pembiayaan untuk mendukung kegiatannya dibebankan kepada APBN. 2 Pembiayaan kegiatan dan operasional Satkorlak dan Satlak Bakornas BP dibebankan kepada APBN Provinsi/ Kab/Kota masing-masing. Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi di dalamnya terdapat perwakilan dari departemen-departemen teknis terkait dan segala pembiayaan untuk mendukung kegiatannya dibebankan kepada APBN. Dokumen DIPA akan dialokasikan pada masingmasing departemen sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), baru kemudian dilaporkan kepada DPR. Bakornas PBP mengevaluasi usulan penggunaan DPB yang disampaikan oleh para bupati dan walikota dan atau kementerian dan lembaga 3 Depkeu meminta persetujuan panitia anggaran DPR dahulu sebelum menerbitkan dokumen DIPA. Setelah dikeluarkan persetujuan, barulah dikeluarkan DIPA yang kemudian disampaikan kepada Depkeu langsung mengalokasikan DPB dengan cara menerbitkan dokumen anggaran DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) setelah mendapat usulan dari Pemda Kabupaten dan telah 4

Pemda, KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) dan Bakornas. Menkeu kemudian melaporkan penggunaan anggaran tersebut kepada DPR. Sehingga pencairan dana dilakukan pada triwulan ke tiga dan keempat dibahas oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Bakornas PBP) dalam rakor inter departemen. DIPA akan dialokasikan pada masing-masing departemen teknis terkait sesuai dengan tupoksi baru kemudian dilaporkan kepada DPR 2.5. Peran DPR dalam Fungsi Anggaran dan Pengawasan Pendanaan Penanggulangan Bencana Dalam mekanisme Alokasi hingga penyaluran Dana Penanggulangan Bencana memang tidak dicantumkan secara eksplisit peran dan fungsi DPR. Fungsi DPR dilaksanakan pada saat pelaksanaan alokasi Dana Tanggap Darurat pada Pembahasan APBN. Selanjutnya pada saat pelaksanaan kegiatan, fungsi pengawasan DPR hanya dilaksanakan seperti umumnya pengawasan anggaran rutin lainnya. Hal ini tentunya berpotensi menjadi polemik, mengingat fungsi DPR untuk menyampaikan aspirasi rakyat, tentunta termasuk aspirasi dari daerah-daerah yang terkena bencana. Hak untuk pengawasan juga meliputi kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana. Tidaklah bijak hanya menyandarkan beban dan tanggung jawab perencanaan hingga akuntabilitas kegiatan penanggulangan bencana alam hanya pada Pemerintah, apalagi hanya pada pelaksana kegiatan seperti Bakornas dan Kantor Menko Kesra. Namun turut campur DPR yang tidak pada porsinya, misalnya dalam pengalokasian yang akan berpotensi menyebabkan tuduhan indikasi KKN dan percaloan. Sebuah sistem yang sehat, tentunya tercipta dari adanya perencanaan yang terpadu, kegiatan yang terkoordinasi hingga pelaporan yang transparan dan akuntabel. Hal ini juga harus ditunjang dengan kesempatan rakyat untuk menyampaikan 5

aspirasi, masukan dan juga hak untuk melakukan pengawasan. Fungsi inilah yang tentunya harus dilaksanakan dengan baik dan efektif oleh DPR sebagai perwakilan rakyat. Kondisi yang sekarang terjadi, Bakornas sebagai lembaga resmi yang berhak menggunakan banyak dana APBN belumlah memiliki pasangan kerja (counter part) Komisi di DPR. Hal ini tentunya menambah ketidakjelasan mekanisme pengalokasian, penggunaan hingga pertanggungjawaban dana bencana, walaupun Panitia Anggaran DPR pernah berinisiatif menyusun mekanisme tersebut namun kemudian meyepakati untuk menunggu selesainya pembahasan RUU Penangganan Bencana. III. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Pengalokasian dana penanggulangan bencana merupakan kewenangan pemerintah yang dilakukan melalui mekanisme pembahasan APBN. Namun, tidak menyebutkan secara eksplisit fungsi DPR, kecuali fungsi anggaran pada mekanisme penetapan APBN. 2. Pendanaan penanggulangan dan rehabilitasi bencana dilakukan melalui tiga mekanisme : a. Badan Pelaksana (Bapel) Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Belum diputuskan merupakan counter part komisi) b. Pemerintah Daerah melalui mekanisme anggaran daerah yaitu DAU,DAK dan DBH (Dibahas dalam Panitia Kerja Belanja Daerah Panitia Anggaran DPR) c. Lembaga Donor (dibawah koordinasi Bappenas) 3. Adanya perbaikan mekanisme diharapkan dapat meningkatan kesigapan aparat pemerintah baik pusat maupun daerah serta memadainya informasi dan sosialisasi serta penanganan yang tepat dan cepat dalam koordinasi birokrasi. 4. Program penanganan rehabilitasi dan rekontruksi diharapkan dapat disinkronkan dengan program pemerintah daerah. 6

Saran / Rekomendasi 1. Pemerintah dan DPR perlu melakukan evaluasi dan pembicaraan menyeluruh terhadap mekanisme pengalokasian, penggunaan hingga pertanggungjawaban dana bencana, mengingat didalam undang-undang mengamanatkan bahwa dalam keadaan darurat pemerintah dapat melakukan pengeluaran namun tetap harus diusulkan dalam perubahan APBN pada tahun tersebut, dan disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. 2. Diperlukan sebuah sistem terpadu dari Pengalokasian hingga pertanggungjawaban dana penanggulangan bencana yang melibatkan perencana dan pelaksana dari Pemerintah, dengan mengakomodir aspirasi rakyat dan hak pengawasan yang disampaikan DPR.Hal ini mengingat mekanisme penanganan pasca bencana yang pernah diusulkan pemerintah kepada Panitia Anggaran DPR belumlah diputuskan. 3. Bakornas sebagai lembaga independen yang bertugas dalam penanggulangan bencana wajib melaporkan laporan pelaksanaan tugasnya kepada presiden. Selanjutnya pengawasan penggunaan anggaran dan pelaksanaan tugas Bakornas dilaporkan oleh presiden kepada DPR sebagai bentuk pertanggung jawaban anggaran negara. Hal ini tentunya juga menuntut kejelasan Komisi DPR yang merupakan counter part dari Bakornas. 4. Dalam penyaluran dan penggunaan dana bencana Perlu dilakukan perencanaan dan koordinasi antar sektor agar proses rehabilitasi dan rekontruksi dapat berjalan sinergis, simultan dan berkesinambungan. 5. Untuk memperjelas proses dan mekanisme pengalokasian pendanaan dan kegiatan penanggulangan bencana seperti halnya posisi kelembagaan yang berwenang menangani kegiatan penanggulangan bencana (Bakornas, Menkokesra dan Pemda) perlu segera disahkan undang- undang penanganan bencana. RUU saat ini masih dalam proses pembahasan Pansus. Panitia Anggaran DPR pernah memulai inisiatif untuk menyusun mekanisme pengalokasian pendanaan dan 7

kegiatan penanggulangan bencana, namun disepakati menunggu diselesaikannya pembahasan RUU Penanganan Bencana tersebut. 6. Penggunaan dana-dana bantuan dan partisipasi publik yang berasal dari dalam dan luar negeri harus dikoordinir oleh pemerintah dan dilaporkan secara transparan dan berkala. 8