BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

BAB VII PENUTUP. ketertarikan terhadap isu ASEAN khususnya bidang sosial budaya. untuk mencapai tujuan bersama.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

I. PENDAHULUAN. Perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis. Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

2015 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP MENTAL GENERASI MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

perdagangan, industri, pertania

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. Pemuda sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader Selakigus aset. pengawasan pelaksanaan kenegaraan hingga saat ini.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PERAN PKK DALAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS KEWARGANEGARAAN

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

The Indonesian Student Association in Japan Persatuan Pelajar Indonesia Jepang PPI Jepang

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2015 PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPTIF MELALUI MEDIA LAGU BAGI PEMBELAJAR BIPA

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ulangan Formatif Keempat

I. LATAR BELAKANG GRHA SINERGI PERADAH

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

Menghubungkan Masyarakat dan Budaya

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan dalam bab ini mencakup beberapa subbab antara lain Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Penelitian serta Sistematika Penulisan. Latar belakang yang diuraikan oleh peneliti meliputi latar belakang pelaksanaan program dan pentingnya program Kapal Pemuda ASEAN Jepang/Ship For Southeast Asian Youth Program (SSEAYP) sebagai program pengembangan kepemimpinan pemuda indonesia. 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah bahwa Indonesia berperan serta aktif dalam upaya mewujudkan ketertiban dunia, pedamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini tertuang jelas dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Tahun 1945. Secara definitif operasional tujuan pembangunan ini dijabarkan dalam Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 yaitu mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional. Arah pembangunan ini kemudian dijabarkan menjadi enam butir yang beberapa butirnya secara langsung menjelaskan bagaimana Indonesia memposisikan diri dengan negara lain baik secara regional maupun internasional. Butir-butir tersebut antara lain butir ke empat, lima dan enam. Butir keempat menyatakan bahwa peningkatan efektivitas dan perluasan fungsi jaringan kerjasama yang ada demi membangun kembali solidaritas Association of South East Asian Nation (ASEAN) di bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan keamanan menuju terbentuknya komunitas ASEAN yang lebih solid. Pola kerjasamanya sendiri tertuang dalam dua butir selanjutnya yang menyatakan bahwa pemeliharaan perdamaian dunia melalui upaya peningkatan saling pengertian politik dan budaya, baik antar negara maupaun antarmasyarakat dunia serta peningkatan kerja sama internasional dalam membangun tatanan hubungan dan kerja sama ekonomi internasional yang lebih seimbang. Pola hubungan ini dijabarkan sasarannya pada butir keenam yang menyatakan penguatan jaringan hubungan dan kerja sama yang produktif antar aktor-aktor negara dan aktor-aktor non negara yang menyelenggarakan hubungan

2 luar negeri. Hal-hal tersebut jelas menegaskan bahwa menjalin hubungan dengan negara lain baik regional maupun internasional merupakan upaya penting mencapai tujuan nasional bangsa. Indonesia adalah salah satu dari sepuluh negara ASEAN, organisasi geopolitis dan ekonomi yang berdiri sejak 8 Agustus 1967. Pentingnya kawasan Asia Tenggara di masa depan karena secara geopolitis terletak dalam jalur aktif perdagangan dunia, membuat kedudukan negara-negara ASEAN yang semula terdiri dari Indonesia, Malaysia, Fillipina, Singapura dan Thailand diperhitungkan di mata dunia. Salah satu yang tertarik untuk menjalin kerjasama dengan ASEAN adalah Jepang. Pada tahun 1970, pemerintah Jepang telah mengantisipasi bahwa di milenium ketiga perlunya ditingkatkan kerjasama yang lebih baik dengan bangsa-bangsa di dunia. Program internasionalisasi yang dikumandangkan Jepang dilakukan pemerintah Jepang secara konisten dan konsekwen. Secara historis, Jepang berusaha untuk menegaskan peran internasional yang akan dilakukan pasca Perang Dunia II. Bagi Jepang, tahap pertama diplomasi pasca Perang Dunia II adalah tahun 1945-1970an ketika Jepang mencoba kembali pada komunitas dunia, dengan tujuan memulihkan perekonomian Jepang. Tahap kedua, dari 1970-an sampai 1980-an, adalah periode di mana Jepang mencoba menambah peran dan tanggung jawab internasionalnya. Proses inilah yang kemudian lebih dikenal dengan istilah internasionalisasi Jepang. Internasionalisasi dalam istiah bahasa Jepang dikenal dengan Kokusaika. Kokusaika secara lebih luas, dalam keseharian Jepang, artinya adalah suatu kesadaran sebagai anggota komunitas dunia dan bagaimana memberi makna pada kesadaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran ini tidak hanya terbatas pada pertukaran material dan budaya, tapi juga bertalian dengan interaksi antarmanusia sesama Jepang maupun warga bangsa lainnya. Pengambilan peran internasional Jepang ini menunjukkan upaya Jepang untuk kembali mengukuhkan posisinya sebagai negara kuat yang mencintai perdamaian, berbeda dengan format sebelum berakhirnya perang Dunia II. Upaya Jepang untuk kembali diterima oleh komunitas ASEAN dan mampu mewujudkan tujuan diplomasi tahap kedua salah satunya adalah

3 melakukan berbagai kegiatan yang merangkul bangsa ASEAN dalam bidang kebudayaan dan pendidikan. Salah satunya melalui kerjasama antar pemuda yang kita kenal dengan program kapal ASEAN. Program Kapal ASEAN atau The Ship for Southeast Asian Youth Program (SSEAYP) yang mulai dilaksanakan untuk pertama kali tahun 1974 dan diikuti oleh semua negara ASEAN. Dengan berkembang dan meluasnya keanggotaan ASEAN maka selain kelima negara ASEAN, Indonesia, Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand dan Jepang bergabunglah Brunei Darussalam, Burma (Myanmar), Kamboja, Laos, and Vietnam. Hingga saat ini program SSEAYP diikuti terus oleh 10 negara ASEAN. Wakil setiap negara dalam program ini terdiri dari 29 orang yang terdiri dari 28 orang youth participant (PY) dan 1 orang national leader (NL). Program SSEAYP telah berjalan 35 tahun, karena dianggap memiliki nilai strategis bagi pemerintah Jepang dan kesepuluh negara ASEAN lainnya, maka sampai saat ini masih dipertahankan. Bagi Jepang sendiri mengadakan program persahabatan dan berperan sebagai sponsor utama kegiatan dengan sasaran pemuda-pemuda dari negara-negara ASEAN mempermudah proses pencapaian tujuan diplomasi kedua Jepang. Selain itu mempermudah Jepang untuk kembali menjalin hubungan baik dengan negara ASEAN mengingat secara historis Jepang memiliki sejarah kelam terkait dengan upaya mendirikan Asia Raya. Sasaran utama kegiatan yang merupakan pemuda sangat potensial untuk memperoleh wawasan baru mengenai Jepang dengan segala fasilitas yang diberikan selama kegiatan. Hal ini juga menjadi sarana yang sangat efektif bagi upaya mempererat persahabatan antarnegara ASEAN dan saling mempelajari kekayaan budaya antar negara. Negara peserta selain ASEAN juga merasakan manfaat dari kegiatan ini. Selain mempererat persahabatan antar negara dan sebagai media promosi kebudayaan, kegiatan ini menjadi salah satu kantung pelatihan kepemimpinan bagi 29 kader pemuda terpilih di negaranya. Kita bisa membayangkan jika setiap tahun ada 29 pemuda terpilih mendapatkan pelatihan kepemimpinan maka pada saat yang sama kita telah berupaya menyiapkan 29 pemuda yang berpotensi menjadi pemimpin negeri ini. Apabila dikalkulasikan dengan usia kegiatan ini yang telah mencapai 35 tahun, maka selama ini kita telah mengirim sebanyak

4 1015 pemuda terpilih untuk mendapatkan latihan kepemimpinan di atas kapal ASEAN bersama delegasi dari negara ASEAN lainnya yang berarti kita juga telah mengkader 1015 pemuda terpilih untuk menyambung persahabatan dengan negara ASEAN lain, bersosialisasi dan belajar dari berbagai keragaman kebudayaan dan dinamika intelektual pemudanya. Di sinilah program ini kembali menegaskan bagaimana ASEAN memandang peran penting pemudanya, sebagaimana secara historis, hampir di seluruih negara ASEAN pemuda memilki sejarah pergerakan dan perjuangan dalam kejayaan negara mereka. Sebagai contoh terdekat adalah Indonesia yang dalam setiap perjuangan bangsa ini menjadi lebih baik selalu tampak pemuda berada pada garda terdepan dalam pergerakannya. Sebut saja peristiwa Sumpah Pemuda, Kelahiran Budi Utomo. Proklamasi Kemerdekaan hingga bergulirnya reformasi. Pemuda selalu menjadi tokoh sentral dalam dinamisasi politik sebuah negara. Bagi pemuda ASEAN secara pribadi program ini merupakan pengalaman berharga. Mereka diberi kesempatan untuk bertemu dengan lebih dari 200 pemuda terbaik di ASEAN. Dalam kesempatan ini mereka bisa belajar terbuka untuk berinteraksi dengan peserta dari negara lain yang memiliki latar belakang budaya bahkan ideologi yang berbeda. Selain itu mereka juga mengalami semacam pendidikan disiplin di atas kapal selama 52 hari. Kedisiplinan ini terbentuk mengingat selama program berlangsung para peserta wajib mengikuti semua tata peraturan yang ada, termasuk jadwal kegiatan selama program. Bahkan dalam kapal terdapat COC (Cruise Operating Commitee). COC merupakan salah satu organisasi yang merupakan badan tertinggi yang membicarakan dan memutuskan hal-hal pokok yang berhubungan dengan kehidupan dan kegiatan di atas kapal. Organisasi ini juga yang berwenang membicarakan dan memutuskan aturanaturan khusus yang berhubungan dengan kegiatan di atas kapal dan membahas segala permasalahan yang terjadi. Adanya organisasi ini menunjukkan bahwa terdapat mekanisme kontrol sosial selama di di atas kapal sehingga para peserta akan berupaya untuk mematuhi semua peraturan saat berada di atas kapal. Program ini menitikberatkan pada persahabatan dan kerjasama antara pemuda sesama negara ASEAN melalui pelatihan kompetensi kepemimpinan menuju penciptaan kader pemimpin yang berwawasan internasional. Untuk

5 Indonesia, kita mengenal beberapa alumni program SSEAYP yang mampu menduduki posisi puncak dalam bidangnya, seperti Azumardi Azra, mantan Rektor UIN Syarief Hidayatullah Jakata dan Barnabas Saebu, mantan Gubernur Propinsi Irian Jaya. Salah satu alasan terbesar mengapa sasaran program ini pemuda adalah karena peranan pemuda yang sangat signifikan bagi pembangunan negara. Dibelahan negara manapun pemuda menduduki posisi sentral yang strategis. Ditangan merekalah kelak masa depan bangsa ditentukan. Melalui data statistik Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005, jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 215.933.745 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok yang dikategorikan pemuda atau yang berusia 15-35 tahun, diperkirakan berjumlah sekitar 79.363.477 jiwa atau 36,75% dari jumlah penduduk seluruhnya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir 40% dari seluruh penduduk Indonesia didominasi oleh golongan penduduk muda usia. Di sisi lain, persentase jumlah penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 35 tahun masingmasing hanya sebesar 29,08% dan 34,17%. Artinya pemuda merupakan potensi sebagai sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Pemuda akan menempati posisi penting dan strategis, baik sebagai pelaku pembangunan maupun sebagai generasi penerus untuk berkiprah di masa depan. Jumlah pemuda yang besar ini merupakan aset nasional yang potensial sebagai kader pemimpin, pelopor, dan penggerak pembangunan yang produktif. Di Indonesia program SSEAYP ini juga dikenal dengan sebutan Program Kapal Nippon Maru yang kegiatannya selama berada di Indonesia dibawah tanggung jawab Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (MENEGPORA) sejak tahun 2004, yang sebelumnya ditangani oleh Departemen Pendidikan. Selanjutnya dalam penelitian ini program kapal ASEAN atau program kapal Nippon Maru disebut dengan Program SSEAYP. Sebagai fasilitator bagi pelaksanaan program tersebut, Menegpora melakukan serangkaian kegiatan mulai dari proses seleksi peserta, pembekalan delegasi dan acara di Indonesia. Walaupun pemerintah Jepang bertindak selaku sponsor utama program SSEAYP, namun pemerintah Indonesia dalam hal ini Menegpora juga mengalokasikannya dalam APBN. Menegpora dalam hal ini Deputi Bidang Pengembangan

6 Kepimimpinan Pemuda menjadikan SSEAYP sebagai salah satu program unggulannya dalam mencetak kader bangsa yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang besar terhadap program pengembangan kepemimpinan ini dan bahkan menjadikan program ini sebagai salah satu program unggulan. Selama perjalanan tiga dekade program SSEAYP ini menarik minat peneliti untuk melihat sejauhmana program SSEAYP masih relevan memenuhi harapan stakeholder yaitu pemuda. Setelah berjalannya program ini selama 35 tahun, pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemenegpora, belum pernah melakukan evaluasi terhadap program ini. Hal tersebut perlu dilakukan untuk merevitalisasi program SSEAYP sehingga berjalan tepat sasaran dalam membentuk kader kepemimpinan bangsa yang berwawasan internasional. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan pemikiran di atas, maka untuk dapat melakukan revitalisasi program SSEAYP perlu diketahui harapan dari para stakeholder dan pelaksanaan strategi yang tertuang dalam pokok permasalahan yang akan diteliti berfokus pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagaimana harapan stakeholder dalam rangka revitalisasi program Kapal Pemuda Asia Tenggara-Jepang sebagai salah satu program pengembangan kepemimpinan pemuda? 2. Bagaimana strategi yang diambil dalam rangka revitalisasi untuk memenuhi harapan stakeholder terhadap program Kapal Pemuda Asia Tenggara-Jepang sebagai salah satu program pengembangan kepemimpinan pemuda? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah: 1. Mengetahui harapan stakeholder dalam rangka revitalisasi Program Kapal Pemuda Asia Tenggara-Jepang sebagai salah satu program pengembangan kepemimpinan pemuda. 2. Merancang strategi yang diambil dalam rangka revitalisasi untuk memenuhi harapan stakeholder terhadap Program Kapal Pemuda Asia

7 Tenggara-Jepang sebagai salah satu program pengembangan kepemimpinan pemuda. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini : 1. Secara teoritis akademik penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademik untuk menambah referensi dan wawasan tentang program kepemudaan ASEAN khususnya Program Kapal Pemuda Asia Tenggara- Jepang dalam pengembangan kepemimpinan pemuda kawasan tersebut. 2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, khususnya Deputi Bidang Pengembangan Kepimimpinan Pemuda sebagai masukan yang berguna dalam mengembangkan program kepemudaan di tahun berikutnya, agar lebih efektif dan mengena sasaran dalam pengembangan kepemimpinan pemuda melalui program SSEAYP. 1.5. Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan lingkup penelitian evaluasi program terhadap alumni dan stakeholder SSEAYP di Indonesia, Host parent program SSEAYP, Nation Leader SSEAYP, Penyelenggara seleksi tingkat Provinsi/Dinas Pemuda dan Olahraga, dan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. 1.6. Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini secara sistemetis terdiri dari enam bab yaitu 1. Bab I Pendahuluan yang tediri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan 2. Bab II Landasan Teori yang terdiri dari teori transformasi organisasi, revitalisasi, diagnosis kondisi awal organisasi, teori SWOT dan teori kepemimpinan. 3. Bab III Gambaran Umum Organisasi yang meliputi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dan Program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang.

8 4. Bab IV Metode yang terdiri dari jenis penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data 5. Bab V Analisis Hasil Temuan Lapang yang menjelaskan beberapa hal penting antara lain gambaran program sebagai hasil pencarian data di lapangan, harapan stakeholder terhadap pelaksanaan program dan strategi peningkatan kualitas program 6. Bab VI Kesimpulan dan Saran yang berisi simpulan hasil analisis data temuan di lapangan dan saran penulis bagi peningkatan kualitas program.