Oleh : Vira Ismis Kairat

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

Oleh: Riski Amelia. Abstract :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR LUAS TRAPESIUM DAN LAYANG-LAYANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TAI DI SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI (SPI) DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Ramadhani

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. Persentase siswa yang mencapai kategori terampil pada setiap aspek. psikomotor meningkat setiap siklus.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI SEKOLAH DASAR. Oleh

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA N 2 BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Pembina Liang Pada Pokok Bahasa Luas Segitiga Melalui Pendekatan Kontekstual

Ruiyati, Samsurizal M. Suleman, dan Lestari MP Alibasyah

Konseling dan Pendidikan

Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan 14 61% Tuntas 9 39% Tidak Tuntas Jumlah % Nilai Rata-rata 64 Nilai Tertinggi 86 Nilai Terendah 52

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ips Dengan Menggunakan Model Snowball Throwing Di Kelas VI SDN 08 V Koto Kampung Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Wardani (2007:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL

APLICATION CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TO IMPROVE THE RESULT OF SCIENCE STUDY OF STUDENTS OF SD NEGERI 001 SEIKIJANG BANDAR SEIKIJANG DISTRICT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal Classroom Action Research (Wardhani dkk, 2007: 13).

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. dengan baik dan benar (Kunandar, 2011: 41). Adlan (2011: 4) menjelaskan

PENERAPAN PENDEKATAN CTL BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN IPA DI KELAS IV SDN 20 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL BAMBOO DANCING DI SEKOLAH DASAR

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Di Kelas III Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan


BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih

Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas V SD Negeri 111 Pekanbaru

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Zaiyasni PGSD FIP UNP Padang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV SDN 01 PAYAKUMBUH BALAI GADANG.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang

METODE PENELITIAN. kolaboratif. Menurut Wardhani (2009: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah. aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar

PENINGKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DI KELAS IV SD

Oleh : Maimunah. Universitas Negeri Padang

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

Elia 1, Farida. F 1,Wirnita Eska 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Bung Hatta

PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen PadaPelajaran IPA Kelas IV SDN No.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research (CAR). Menurut Tarigan (2011: 103), penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas, atau dikenal dengan classroom action

BAB III METODE PENELITIAN

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGHITUNG LUAS TRAPESIUM DAN LAYANG-LAYANG DI KELAS V SD Oleh : Vira Ismis Kairat Viraismiskhairat28@gmail.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan hasil belajar menghitung luas trapesium dan layang-layang dengan pendekatan Contextual Teacning and Learning di kelas V SDN 34 Simpang Haru Kota Padang, dengan subjek yang digunakan dalam penelitian adalah guru dan 32 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pada : perencanaan sebesar 17,86%, pelaksanaan, aspek guru sebesar 18,5% dan aspek siswa sebesar 16%, dan hasil belajar siswa sebesar 15,27. Abstract This research was designed for describing the improvement of the students learning achievement on the calculate area of trapezium and layang-layang by using Contextual Teaching and Learning approach in the fifth grade of SDN 34 Simpang Haru Kota Padang. The subject of the research was the teacher and 32 students of the school. The result of the research showed that there was an improvement on: the plan about 17,86%, on the teacher aspects about 18,5% and the students aspects for 16%, and the students learning achievement about 15,27. Kata Kunci : Luas trapesium dan layang-layang, CTL. PENDAHULUAN Salah satu aspek mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI adalah menghitung luas tapesium dan layang-layang. Diantara beberapa materi pembelajaran tentang menghitung luas bangun datar, menghitung luas trapesiumdan layang-layang merupakan salah satu materi yang harus dikuasai siswa Sekolah Dasar (SD) khususnya di kelas V (Depdiknas, 2006:427).

Agar pembelajaran menghitung luas trapesium dan layang-layang mudah dipahami siswa hendaknya materi yang disajikan dekat dengan pola pikir siswa dan melakukan belajar sesuai dengan hal-hal nyata dalam kehidupan sehari-harinya, selain itu dalam penyajian materi diharapkan guru menggunakan alat peraga berupa benda nyata yang menarik serta membentuk kelompok belajar, hal ini dijelaskan oleh Suwangsih (2006:16) Siswa hendaknya diperkenalkan dengan kegiatan belajar, seperti bermain sambil belajar matematika, menggunakan alat peraga yang menarik atau memanipulasi alat peraga, menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, dan mengaitkan pembelajaran matematika dengan dunia anak serta membentuk pembelajaran dalam kelompok. Untuk membelajarkan siswa, guru hendaknya menggunakan alat peraga dan berbagai macam metode pembelajaran serta membawa kedunia nyata dan guru harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran yakni melalui pembelajaran berkelompok agar siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan maksimal, dapat membangun pengetahuannya sendiri dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengalaman di SDN 34 Simpang Haru, ditemukan berbagai permasalahan yaitu: 1) guru belum menciptakan lingkungan belajar yang alamiah, 2) guru tidak menghadirkan benda-benda nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa dikelas, 3) guru belum mengaitkan materi pembelajaran dengan hal-hal yang nyata disekitar siswa, 4) guru belum mengajak siswa untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan yang mereka butuhkan, 5) guru belum membentuk sebuah kelompok belajar, 6) guru belum meminta siswa secara bersama menyimpulkan pembelajaran. Penyebab di atas berdampak pula pada siswa, diantaranya: 1) tidak tercipta rasa kerjasama antar siswa seperti siswa yang pandai tidak mau membantu temannya yang lemah, siswa yang lemah tidak mau pula bertanya kepada siswa yang pandai, 2) siswa kurang aktif bertanya, 3) siswa tidak berani mengajukan pendapatnya mengenai materi pembelajaran, 4) siswa tidak dapat mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapatkan dalam kehidupan mereka sehari-hari, 5) siswa belajar secara individual sehingga kurang terlihatnya kerja sama antar siswa dalam proses pembelajaran, 6) siswa tidak tahu hal penting apa saja yang telah mereka pelajari.

Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa, dimana hasil belajar siswa pun tidak memuaskan. Dengan KKM yang ditetapkan sebesar 75 terhadap kompetensi dasar tersebut, dari hasil ulangan harian siswa kelas V SDN 34 Simpang Haru. Pada tahun pelajaran 2014/2015 didapatkan data bahwa dari 28 orang siswa hanya 10 orang siswa mendapatkan nilai lebih dari 75 dan 18 orang mendapatkan nilai kurang dari 75. Sesuai data tersebut hanya 35% siswa yang mencapai KKM 75, sedangkan 65% siswa tidak mencapai KKM. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran ini belum berhasil. Untuk mengatasi permasalahan di atas, salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning, karena pendekatan CTL adalah suatu pendekatan yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarinya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini sesuai yang dijelaskan oleh Sanjaya (2009:255) CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar menghitung luas trapesium dan layang-layang dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning di Kelas V SDN 34 Simpang Haru Kota Padang. Manfaat dari penelitian ini bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat membandingkannya dengan penerapan teori pembelajaran yang lain di SD. Di samping itu, penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bagi guru, penerapan pendekatan ini dapat bermanfaat sebagai masukan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam melaksanakan peningkatan pembelajaran menghitung luas trapesium dan layang-layang dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). METODOLOGI Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan di dalam kelas. Kunandar (2010:45) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sesuatu penelitian yang dilakukan guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sendiri atau

bersama-sama dengan orang lain (kolaboratif) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui tindakan tertentu dalam suatu siklus. Penelitian dilaksanakan di kelas V SDN 34 Simpang Haru Kota Padang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 34 Simpang Haru Kota Padang dengan jumlah siswa kelas V sebanyak 32 orang, yang terdiri dari 16 orang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2015/2016. Sumber data penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dari proses pembelajaran di kelas V SDN 34 Simpang Haru Kota Padang dengan pendekatan CTL yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, kegiatan evaluasi, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan observasi dan tes. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi dan lembar tes. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan tahapan : (1) menelaan data yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan dengan menggunakan proses transnkrip hasil pengamatan, penyeleksian dan pemilihan data, (2) Reduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian, (3) Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang direduksi, (4) Menyimpulkan hasil penelitian. Sedangkan penerapan model analisis data kuantitatif terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan rumus penilaian yang dikemukakan oleh Purwanto (2006:102) dengan rumus sebagai berikut : NP = x 100% Keterangan : NP R SM : nilai persen yang dicari atau diharapkan : skor mentah yang diperoleh peserta didik : skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : bilangan tetap Kriteria kualifikasi nilai menurut Aderusliana (2007:6) adalah sebagai berikut: Tingkat penguasaan Predikat Nilai huruf Bobot 80% -100% Sangat baik SB 4 70% - 79% Baik B 3 60% - 69% Cukup C 2 59% Kurang K 1

Menurut Muslich (2011:36) Ketuntasan belajar ideal minimum adalah 75%. Artinya suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa memperoleh ketuntasan yang ideal minimum 75%, jadi lebih dari setengah jumlah siswa harus tuntas dan mencapai KKM yang sudah ditetapkan. HASIL Siklus I Siklus I Pertemuan 1 Penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 25 November 2015 jam 08.55-10.05 WIB. Perencanaan Penyusunan perencanaan tindakan dilakukan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Adapun komponenkomponen yang terdapat dalam RPP mencakup : 1) Identitas, meliputi : Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Sememster, Alokasi Waktu, 2) Standar Kompetensi, 3) Kompetensi Dasar, 4) Indikator, 5) Tujuan Pembelajaran, 5) Pendekatan Pembelajaran, 6) Materi Pembelajaran, 7) Langkah-langkah Pembelajaran, 8) Media dan sumber belajar, 9) Penilaian.. Pelaksanaan Proses pelaksanaan pada siklus I, baik pertemuan 1 pembelajaran berlangsung selama 70 menit. Pertemuan 1 kegiatan yang dilakukan ialah komponen pertama konstruktivisme, yakni sebelumnya membuka skemata siswa dengan meminta siswa membuat gambar trapesium, lalu bertanya jawab dengan siswa untuk membangun pengetahuan baru, dari pengetahuan yang telah imilikinya. Komponen kedua menemukan (inquiry), yaitu guru menugaskan siswa menentukan tinggi dari trapesium sembarangan, dilanjutkan dengan menentukan pertengahan tinggi dari trapesium, memotong trapesium menjadi empat bagian dan menyusun potongan tersebut menjadi dua bangun persegi panjang. Komponen ketiga bertanya (questioning), yakni siwa diberikan kesempatan bertanya jawab baik dengan guru tentang cara menemukan rumus luas trapesium. Komponen keempat masyarakat belajar (learning community), yakni guru membagi siswa menjadi enam kelompok yang heterogen. Dalam kegiatan ini siswa

bersama teman anggota kelompoknya saling berdiskusi mengenai menemukan kembali rumus luas trapesium. Siswa yang belum mengerti dapat bertanya pada siswa yang mengerti dalam kelompok tersebut, dan siswa yang sudah mengerti dapat berbagi dengan temannya yang belum mengerti. Komponen kelima pemodelan (modelling), yakni setiap kelompok yang telah selesai dengan kerja kelompoknya melaporkan hasil kerja kelompok, dan mempersentasikan ke depan kelas. Komponen keenam refleksi (reflection), siswa bersama guru merenungkan dan mengingat kembali materi menghitung luas trapesium yang telah dipelajari. Kemudian siswa dan guru bertanya jawab untuk menyimpulkan pembelajaran dan siswa mencatat hal-hal penting dari materi yang telah dipelajari. Komponen ketujuh melakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment), yakni siswa mengerjakan tes akhir pembelajaran yang diberikan guru, dan guru memberikan penilaian terhadap tes yang telah dikerjakan siswa. Siklus I pertemuan 2 Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 28 November 2015 jam 07.45-08.55 WIB. Perencanaan Penyusunan perencanaan tindakan dilakukan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Adapun komponenkomponen yang terdalat dalam RPP mencakup : 1) Identitas, meliputi : Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Sememster, Alokasi Waktu, 2) Standar Kompetensi, 3) Kompetensi Dasar, 4) Indikator, 5) Tujuan Pembelajaran, 5) Pendekatan Pembelajaran, 6) Materi Pembelajaran, 7) Langkah-langkah Pembelajaran, 8) Media dan sumber belajar, 9) Penilaian. Pelaksanaan Proses pelaksanaan pada siklus I pertemuan 2 pembelajaran berlangsung selama 70 menit. Pertemuan 2 kegiatan yang dilakukan ialah komponen pertama konstruktivisme, yakni sebelumnya membuka skemata siswa dengan meminta siswa menceritakan pengalamannya bermain layangan dan dilanjutkan dengan membuat gambar layang-layang pada karton. Komponen kedua menemukan (Inquiry), yaitu guru

meminta siwa menentukan garis diagonal layang-layang. Layang-layang yang telah ditentukan garis diagonalnya dipotong menjadi 3 bagian, selanjutnya siswa diarahkan untuk memindahkan potongan-potongan tersebut sehingga membentuk sebuah bangun baru yaitu persegi panjang. Komponen ketiga bertanya (Questioning), untuk mengetahui sifat ingin tahu siswa diawali dengan memancing siswa untuk bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang langkah-langkah menemukan rumus luas layang-layang dengan kegiatan tersebut. Komponen keempat masyarakat belajar (Learning Community), siswa dibagi menjadi enam kelompok yang heterogen, guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok, dan siswa mendiskusikan LKS dalam kelompok serta menuliskan hasil diskusinya pada kertas chart. Komponen kelima yaitu permodelan (Modeling), dengan menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran yaitu meminta siswa pada masing-masing kelompok untuk melaporkan hasil kerja kelompok, serta mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. Kemudian kelompok yang lain mengamati dan menanggapi hasil kerja anggota kelompok tersebut. Komponen keenam refleksi (Reflection), guru meminta siswa merenungkan kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu. Kemudian guru membimbing siswa menyimpulkan hasil pelajaran pada hari itu. Komponen terakhir yaitu penilaian sebenarnya (Authentic Assesment), kegiatan ini dilakukan pada tahap akhir untuk melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Guru memberikan soal latihan berupa essay sebanyak 5 buah dan memberikan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan. Pengamatan Hasil pengamatan pada siklus I dilakukan terhadap RPP, aspek guru, aspek siswa, dan hasil belajar siswa. Berikut ini adalah hasil pengamatan dari keempat aspek tersebut selama siklus I ; pengamatan RPP memperoleh hasil 69,43%, Pegamatan aspek guru 70,25% dan siswa memperoleh hasil 70,25%. Pengamatan hasil belajar hasil belajar siswa memperoleh rata-rata 68,97. Ada 4 orang siswa yang berhasil mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah, sedangkan 28 orang siswa masih belum berhasil mencapai KKM. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar belum mencapai kategori keberhasilan yang diharapkan, yakni perrsentase ketuntasan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I adalah 12,5%, sedangkan kriteria ideal persentase ketuntasan hasil belajar yaitu 75%. Dengan demikian penelitian akan dilanjutkan ke siklus II dengan harapan hasilnya lebih baik dari siklus I. Segala kekurangan yang muncul di siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Siklus II Siklus II pertemuan 1 Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 November 2015 jam 08.20-09.30 WIB. Perencanaan Penyusunan perencanaan tindakan dilakukan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Contextual Teacing and Learning. Adapun komponenkomponen yang terdapat dalam RPP mencakup : 1) Identitas, meliputi : Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Sememster, Alokasi Waktu, 2) Standar Kompetensi, 3) Kompetensi Dasar, 4) Indikator, 5) Tujuan Pembelajaran, 5) Pendekatan Pembelajaran, 6) Materi Pembelajaran, 7) Langkah-langkah Pembelajaran, 8) Media dan sumber belajar, 9) Penilaian. Pelaksanaan Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 berlangsung selama 70 menit. Kegiatan yang dilakukan ialah komponen pertama konstruktivisme, guru menanyakan kepada siswa jenis-jenis trapesium, siswa membuat gambar ketiga jenis trapesium tersebut pada kertas karton. Hal ini dapat membangun pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sehingga lebih bermakna. Kompone kedua yaitu menemukan (inquiry), guru menugaskan siswa meotong ketiga jenis trapesium tersebut, dan meminta siswa memilih salah satu jenis trapesium yaitu trapesium sembarangan. Selanjutnya menentukan tinggi dari trapesium, menentukan pertengahan tinggi dari trapesim, memotong saling terpisah trapesium tersebut menjadi 4 bagian dan menyusun potongan-potongan tersebut sehingga membentuk 2 bangun persegi panjang. Komponen ketiga bertanya (questioning), untuk mengetahui sifat ingin tahu siswa diawali dengan

memancing siswa untuk bertanya kepada guru tentang cara menemukan rumus luas trapesium berdasarkan kegiatan sebelumnya, dan siswa diarahkan menemukan rumus luas trapesium dengan pernyataan-pernyataan dari guru Komponen keempat masyarakat belajar (learning community), siswa dibagi menjadi enam kelompok belajar, guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok, dan siswa mendiskusikan LKS dalam kelompok serta menuliskan hasil diskusinya pada kertas chart. Komponen kelima permodelan (modeling), dengan menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran yaitu meminta siswa pada masingmasing kelompok untuk melaporkan hasil kerja kelompok, serta mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. Kemudian kelompok yang lain mengamati dan menanggapi hasil kerja anggota kelompok tersebut. Komponen keenam refleksi (reflection), guru meminta siswa merenungkan kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu. Kemudian guru membimbing siswa menyimpulkan hasil pelajaran pada hari itu. Komponen berikutnya penilaian sebenarnya (authentic assesment), kegiatan ini dilakukan pada tahap akhir untuk melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Guru memberikan soal latihan berupa essay sebanyak 5 buah dan memberikan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan Siklus II pertemuan 2 Penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 Desember 2015 jam 08.55-10.05 WIB. Perencanaan Penyusunan perencanaan tindakan dilakukan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Adapun komponenkomponen yang terdalat dalam RPP mencakup : 1) Identitas, meliputi : Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Sememster, Alokasi Waktu, 2) Standar Kompetensi, 3) Kompetensi Dasar, 4) Indikator, 5) Tujuan Pembelajaran, 5) Pendekatan Pembelajaran, 6) Materi Pembelajaran, 7) Langkah-langkah Pembelajaran, 8) Media dan sumber belajar, 9) Penilaian.

Pelaksanaan Proses pelaksanaan pada siklus II pertemuan 2 pembelajaran berlangsung selama 70 menit. Pertemuan 2 kegiatan yang dilakukan ialah komponen pertama konstruktivisme, yakni sebelumnya membuka skemata siswa dengan meminta siswa menceritakan pengalamannya bermain layangan dan dilanjutkan dengan membuat gambar layang-layang pada karton. Komponen kedua menemukan (Inquiry), yaitu guru meminta siwa menentukan garis diagonal layang-layang. Layang-layang yang telah ditentukan garis diagonalnya dipotong menjadi 3 bagian, selanjutnya siswa diarahkan untuk memindahkan potongan-potongan tersebut sehingga membentuk sebuah bangun baru yaitu persegi panjang. Komponen ketiga bertanya (Questioning), untuk mengetahui sifat ingin tahu siswa diawali dengan memancing siswa untuk bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang langkah-langkah menemukan rumus luas layang-layang dengan kegiatan tersebut. Komponen keempat masyarakat belajar (Learning Community), siswa dibagi menjadi enam kelompok yang heterogen, guru membagikan LKS kepada masingmasing kelompok, dan siswa mendiskusikan LKS dalam kelompok serta menuliskan hasil diskusinya pada kertas chart. Komponen kelima yaitu permodelan (Modeling), dengan menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran yaitu meminta siswa pada masing-masing kelompok untuk melaporkan hasil kerja kelompok, serta mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. Kemudian kelompok yang lain mengamati dan menanggapi hasil kerja anggota kelompok tersebut. Komponen keenam refleksi (Reflection), guru meminta siswa merenungkan kembali pembelajaran yang telah mereka pelajari pada hari itu. Kemudian guru membimbing siswa menyimpulkan hasil pelajaran pada hari itu. Komponen terakhir yaitu penilaian sebenarnya (Authentic Assesment), kegiatan ini dilakukan pada tahap akhir untuk melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Guru memberikan soal latihan berupa essay sebanyak 5 buah dan memberikan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan. Pengamatan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II penilaian RPP yang diperoleh adalah 87,29% dengan kualifikasi sangat baik. Persentase skor aktivitas guru adalah 88,75%, persentase skor

aktivitas siswa adalah 86,25% dan rata-rata hasil belajar siklus II 84,24 dengan persentase ketuntasan 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sudah termasuk kategori sangat baik dan mengalami peningkatan dari siklus I. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sudah mencapai kategori keberhasilan yang diharapkan, yakni persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II sudah diatas 75% yaitu 100%. Dengan demikian penelitian ini berhenti pada siklus II dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. PEMBAHASAN Perencanaan Dari hasil penelitian pelaksanaan pendekatan CTL pada pembelajaran menghitung luas trapesium dan layang-layang pada mata pelajaran matematika kelas V SDN 34 Simpang Haru Kota Padang, terungkap bahwa guru membuat perencanaan yang dimulai dengan membuat rancangan pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu suatu rancangan yang disusun oleh guru untuk tercipta pembelajaran yang baik sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Depdiknas (2006:162) mengemukakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan di dalam silabus. Berdasarkan catatan hasil penelitian yang dilakukan observer pada RPP siklus I masih terdapat beberapa kekurangan yang ditemukan diantaranya : cakupan materi belum luas untuk itu perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah memperluas cakupan materi, pemilihan sumber atau media pembelajaran belum sesuai dengan lingkungan siswa, untuk itu perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah menyesuaikan pemilihan sumber atau media pembelajaran dengan dengan lingkungan siswa. Kejelasan proses pembelajaran tidak sesuai dengan alokasi waktu, untuk itu perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah kejelasan proses pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan. Teknik pembelajaran belum sesuai

dengan lingkuangan siswa, perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah menyesuaikan dengan lingkungan siswa. Berdasarkan data yang terdapat pada lembaran hasil pengamatan penilaian RPP siklus I diperoleh rata-rata nilai 69,43% pada hasil pengamatan RPP. Upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus II telah membuahkan hasil, dimana pada siklus II dengan persentase 87,29% dengan kriteria sangat baik. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sesuai dengan apa yang telah direncanakan, yang mana pada siklus I pembelajaran disajikan dalam 2 x pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan selama 70 menit, dan pertemuan kedua 70 menit. Berdasarkan diskusi peneliti dengan guru kelas V SDN 34 Simpang Haru Kota Padang, pelaksanaan dari pembelajaran menghitung luas trapesium dan layang-layang sudah terintegrasi di dalamnya komponen-komponen pendekatan CTL. Berdasarkan hasil pengamatan selama peneliti melaksanakan pembelajaran, ditemukan beberapa kekurangan-kekurangan yang terdapat pada setiap komponenkomponen CTL tersebut. Kekurangan-kekurangan tersebut adalah : 1) Pada komponen bertanya guru tidak mengarahkan siswa agar mau menghargai pendapat teman, 2) Pada komponen masyarakat belajar guru belum berperan sebagai fasilitator dan membimbing proses belajar dalam kelompok, 3) Pada komponen pemodelan guru belum memberikan penguatan atau penghargaan terhadap siswa yang menjadi model, 4) Pada komponen refleksi guru belum membantu siswa meluruskan kesimpulan yang telah dibuat jika ada kesimpulan yang belum tepat, 5) Pada komponen penilaian yang sebenarnya guru belum memberikan soal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Upaya perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan di atas dilakukan pada siklus II, sehingga pada siklus II kekurangan-kekurangan tersebut sudah bisa diatasi. Berdasarkan data hasil pengamatan aspek guru pada siklus I diperoleh persentase sebesar 70,25% dengan kualifikasi baik, dan aspek siswa pada siklus I diperoleh persentase 70,25% termasuk ke dalam kualifikasi baik. Upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus II telah membuahkan hasil, dimana perolehan skor pada aspek guru memperoleh persentase 88,75% dan aspek siswa pada siklus II dengan persentase 86,25% dengan kualifikasi sangat baik.

Hasil Belajar Siswa Berdasarkan catatan pada lembar observasi dan diskusi peneliti dengan observer penyebab dari belum tercapainya hasil belajar secara maksimal pada siklus I adalah : siswa masih banyak yang belum aktif dalam pembelajaran, dan siswa masih kurang serius dan sungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran ini tidak hanya merujuk kepada peningkatan kemampuan pada hasil saja, tetapi juga pada proses pemerolehan pengetahuan yang diperoleh setelah ia menerima pengalaman belajar. Menurut Sudjana (2009:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar meliputi 3 aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sudjana (2009:22) menyatakan bahwa: hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan terdiri dari tiga aspek, yaitu: (1) aspek kognitif yang mencapakup keterampilan-keterampilan intelektual, informasi dan pengetahuan, (2) aspek afektif menekankan pada sikap, nilai, perasaan dan emosi, dan (3) aspek psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf. Hasil penelitian berkaitan dengan evaluasi pembelajaran, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil, nilai yang diperoleh siswa masih di bawah ketuntasan belajar yang diinginkan. Dari analisis penelitian siklus I, evaluasi hasil ranah kognitif pada siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 66,25 sedangkan pada pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata 74,38. Evaluasi proses dapat dilihat dari aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek afektif pada siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 63,91 sedangkan aspek afektif pada pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata 70,88, dan aspek psikomotor pada siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 65,16 sedangkan aspek psikomotor pada pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata 72. Berdasarkan analisis nilai yang dilakukan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa pada siklus I didapatkan ratarata nilai 68,97 dimana masih ada 28 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, dan 4 orang siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I ini adalah 12,5%. Berdasarkan paparan data hasil pengamatan hasil belajar siswa pada siklus I, maka direncanakan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya di siklus II.

Perbaikan-perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II diantaranya mengupayakan peningkatan pemahaman (kognitif) siswa terhadap materi yang diajarkan dengan cara memperluas cakupan materi dan sumber belajar. Selain itu dalam upaya perbaikan dalam peningkatan hasil belajar afektif dan psikomotor dilakukan dengan meningkatan motivasi dan keterampilan siswa agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran serta dapat menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan dengan kegiatan pengamatan sehingga dapat membangun pengetahuan tersebut dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupannya mereka dengan baik. Upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus II telah membuahkan hasil, hal ini terlihat dari data hasil pengamatan hasil belajar siswa yang dilakukan pada siklus II. Pada ranah kognitif di siklus II pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 81,25 dan pada pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata 92,81. Kemudian, evaluasi proses dapat dilihat dari ranah afektif dan ranah psikomotor. Pada ranah afektif siklus II pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 75,78, dan pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata 89,13. Selanjutnya, pada ranah psikomotor siklus II pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata 77,34, dan pada pertemuan 2 diperoleh nilai 89,13. Hasil belajar siswa pada siklus II adalah 84,24. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II ini sudah mencapai 100%. Berdasarkan paparan data analisis penelitian siklus II, penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran sudah mencapai nilai yang diharapkan, baik dari penilaian proses maupun penilaian hasil. Dengan demikian, pelaksanaan siklus II telah terlaksana dengan baik dan peneliti telah berhasil menerapkan pendekatan CTL pada pembelajaran menghitung luas trapesium dan layang-layang di kelas V SDN 34 Simpang Haru Kota Padang. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menghitung luas trapesium dan layang-layang dengan pendekatan CTL di kelas V SDN 34 Simpang Haru Kota Padang, dapat disimpulkan: Bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menghitung luas trapesium dan layang-layang dengan Pendekatan CTL tidak jauh berbeda dengan bentuk RPP yang ditetapkan kurikulum dan sekolah. Hasil penelitian menunjukan bahwa aspek penilaian RPP pada siklus I pertemuan 1 adalah 67,86%, dan pada pertemuan 2 penilaian RPP

mengalami peningkatan menjadi 71%, sedangkan rekapitulasi RPP pada siklus I memperoleh nilai sebesar 69,43%. Pada siklus II mengalami peningkatan pada pertemuan 1 sebesar 78,57%, dan pada pertemuan 2 penilaian RPP mengalami peningkatan menjadi 96% dengan hasil rekapitulasi RPP pada siklus II sebesar 87,29%. Hal ini berarti aspek penilaian RPP mengalami peningkatan 17,86%. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan CTL yang mempunyai 7 komponen yaitu: 1) konstruktivisme, 2) menemukan (Inquiry), 3) bertanya (questioning), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) pemodelan (modelling), 6) refleksi (reflection), 7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan hasil rekapitulasi aspek penilaian aktifitas guru pada siklus I yaitu 70,25%, sedangakan hasil rekapitulasi aspek penilaian aktifitas guru pada siklus II yaitu 88,75%. Hal ini berarti aspek penilaian aktifitas guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 18,5%. Berdasarkan hasil rekapitulasi aspek penilaian aktivitas siswa pada siklus I adalah 70,25%. Pada siklus II aspek penilaian aktifitas siswa mengalami peningkatan menjadi 86,25%. Hal ini berarti aspek penilaian aktifitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke silkus II sebesar 16%. Hasil belajar siswa dengan pendekatanctl pada pembelajaran menghitung luas trapesium dan layag-layang di kelas V sudah meningkat. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari rekapitulasi hasil belajar pada siklus I diperoleh nilai`rata-rata sebesar 68,97. Sedangkan rekapitulasi hasil belajar pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 84,24. Dilihat dari rekapitulasi hasil belajar pada siklus II, sudah banyak siswa memperoleh nilai di atas ketuntasan yang ditetapkan. Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari penelitian ini maka peneliti mengajukan beberapa saran : kepada guru hendaknya dalam perencanaan Pembelajaran menghitung luas trapesium dan layang-layang dengan Pendekatan CTL dapat sesuai dengan aspek-aspek yang telah ditetapkan sehingga nantinya dapat dilaksanakan dengan maksimal. Dalam hal pelaksanaan, hendaknya penggunaan pendekatan CTL ini dapat terlaksana seperti yang telah direncanakan dan sesuai dengan komponen-komponen yang digunakan, sehingga bukan hanya dapat meningkatkan hasil belajar namun juga dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. Dengan penggunaan Pendekatan CTL ini diharapkan dapat meningkatan hasil belajar siswa baik dari aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotor, baik untuk materi pembelajaran menghitung luas trapesium dan layang-layang maupun materi lain yang sesuai dengan pendekatan ini. DAFTAR RUJUKAN Aderusliana. 2007. Konsep Dasar Evaluasi Hasil Belajar. (online). http://aderuslina.wordpress.com. (diakses tanggal 20 Agustus 2015). Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Pers. Muslich, Masnur. 2011. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.