I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

PENENTUAN TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL ORGANIK UNTUK MEMPERBAIKI BIOPROSES RUMEN PADA KAMBING SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Zeolit pertama kali ditemukan pada 1756 oleh Cronstedt, seorang ahli mineralogi

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

I PENDAHULUAN. dinucleotide dehydrogenase (NADH), RNA dan DNA polymerase, begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Pencernaan Pada Ternak Ruminansia

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi asli

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Perah dan Produksinya Kebutuhan Nutrien dan Pakan pada Kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara peningkatan pemberian kualitas pakan ternak. Kebutuhan pokok bertujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

I. PENDAHULUAN. Salah satu bahan pakan alternatif yang potensial dimanfaatkan sebagai

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Pejantan Bahan Pakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Pencernaan pada Ternak Ruminansia. Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

Muhtarudin Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

I. PENDAHULUAN. protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

ARTIKEL TUGAS TERSTRUKTUR PAKAN DAN NUTRISI RUMINANSIA PENGARUH MINERAL PADA MIKROBA RUMEN. Oleh: : Mochammad Ansor : D1E011104

HASIL DAN PEMBAHASAN

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting untuk mencapai hasil yang diinginkan selain manajemen dan pembibitan. Pakan berguna untuk kebutuhan pokok, produksi, dan reproduksi. Oleh karena itu, ternak harus mendapatkan pakan yang sesuai dengan kebutuhannya, baik dalam jumlah konsumsi maupun kandungan zat yang diberikan. Pemberian pakan yang tidak sesuai kebutuhan akan menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan, produksi, dan reproduksi. Oleh sebab itu, dibutuhkan pakan yang berkualitas dan ketersediaannya kontinyu. Kebutuhan pakan untuk ternak tidak terlepas dari hijauan yang tersedia peningkatan produktivitas ternak. Ketersediaan hijauan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas merupakan syarat utama. Ketersediaan pakan tersebut sangat mendukung untuk pengembangan populasi ternak dan juga dalam program penggemukan ternak. Peningkatan populasi ternak ruminansia menghadapi hambatan terutama akibat pertambahan jumlah penduduk yang mengakibatkan ketersediaan akan lahan untuk penanaman hijauan untuk ternak semakin menyempit. Selaian itu, juga

2 dipengaruhi oleh pesatnya pertumbuhan industri yang menggunakan lahan yang tidak sedikit. Oleh sebab itu harus ada solusi untuk memenuhi kebutuhan hijauan untuk ternak tersebut dengan memanfaatkan bahan pakan alternatif yang potensial, tersedia dalam jumlah yang banyak, ekonomis, mudah didapat, kualitas yang baik, mengandung zat gizi yang memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas ternak itu sendiri. Salah satu solusi untuk meningkatkan dan menjaga produktivitas ternak adalah dengan memaksimumkan pemberian bahan-bahan pelengkap (suplemen) baik yang tidak mengandung zat nutrisi seperti antibiotik, antioksidan dan perangsang nafsu makan maupun yang mengandung zat nutrisi seperti mineral, vitamin, asam amino, dan asam lemak tambahan. Harga yang relatif mahal dari bahan-bahan pelengkap, tidak selalu mudah diperoleh di semua tempat, dan karena dosis yang diperoleh sangat sedikit sehingga pencampurannya ke dalam ransum menuntut keterampilan tertentu untuk mengefektifkan dari beberapa diantara faktor-faktor pembatas penggunaan bahan pelengkap. Dalam bentuk bebas mineral mikro dapat saling berinteraksi positif dan negatif dengan lemak, protein atau bahan organik lain dalam saluran pencernaan ruminansia sehingga mineral tersebut akan terbuang bersama feses. Hal ini akan menyebabkan tubuh ternak kekurangan mineral dalam tubuhnya mineral mikro terdiri dari Zn, Cu, Cr, dan Se. Mineral Zn sangat berperan dalam sintesa protein oleh mikroba dengan cara mengaktifkan enzim-enzim mikroba (Arora, 1995). Selain itu mineral Zn juga berfungsi sebagai aktivator dan komponen dari beberapa dehidrogenase, peptidase

3 dan fosfatase yang berperan dalam metabolisme asam nukleat, sintesis protein dan metabolisme karbohidrat (Parakkasi, 1998). Mineral Cu berfungsi sebagai katalisator enzim metallo-protein (Tillman et al., 1991) karena Cu merupakan salah satu unsur enzim tersebut. Penambahan mineral Co bersama dengan Cu dapat meningkatkan kecernaan serat kasar pada ternak ruminansia (Arora, 1995). Defisiensi Cu akan mengakibatkan ternak mengalami anemia karena seruplasmin dalam tubuh akan rendah sebagai imbas dari rendahnya mineral Cu (Tillman et al.,1991). Mineral Cr termasuk mineral mikro yang harus tersedia dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit. Kromium berperan dalam sintesis lemak, metabolisme protein dan asam nukleat (McDonald, 1995). Selanjutnya McDonald (1995) menyatakan bahwa defisiensi mineral Cr dapat mengakibatkan penurunan kolesterol darah dan peningkatan HDL (High Density Lipoprotein) dalam plasma darah. Selain itu mineral Cr esensial untuk kerja optimum hormon insulin dan jaringan mamalia serta terlibat dalam kegiatan lipase (Nasoetion, 1984). Selenium dalam jumlah yang normal dapat menstimulir sintesa protein mikroba namun sebaliknya, jika berlebih akan menghambat sintesa protein mikroba (Arora, 1995). Mineral ini mungkin juga diperlukan dalam mekanisme penyerapan lipid di saluran pencernaan atau pengangkutan lemak melalui dinding usus (Parakkasi, 1998). Oleh karena itu, penggunaan mineral harus dalam bentuk mineral organik. Pemberian mineral organik dapat meningkatkan ketersediaan mineral dalam tubuh.

4 B. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) mengetahui pengaruh pemberian mineral mikro organik dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi pedaging. 2) mengetahui tingkat terbaik penggunaan mineral mikro organik kecernaan bahan kering dan bahan organik pada sapi pedaging. C. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan nyata penambahan wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang penentuan tingkat penggunaan mineral mikro organik terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi pedaging. D. Kerangka Pemikiran Pakan merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam budidaya ternak untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pakan berguna untuk kebutuhan pokok, produksi dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik kualitas maupun kuantitas sehingga dapat meningkatkan produksi ternak ruminansia. Bahan makanan merupakan biaya produksi paling besar pada usaha ternak sapi yaitu sampai mencapai 60%--80% dari biaya produksi total, sehingga dapat meningkatnya efisiensi penggunaan bahan makan oleh sapi pada akhirnya dapat menghasilkan kenaikan yang nyata pada efisiensi usaha ternak sapi

5 Salah satu solusi untuk meningkatkan dan menjaga produktivitas ternak dengan memaksimumkan pemberian bahan-bahan pelengkap (suplemen) baik yang tidak mengandung zat nutrisi seperti antibiotik, antioksidan, dan perangsang nafsu makan maupun yang mengandung zat nutrisi seperti mineral, vitamin, asam amino, dan asam lemak tambahan. Salah satu bahan yang saat ini sedang diteliti pemanfaatannya sebagai campuran ransum ternak adalah dan mineral organik. Kecernaan pakan serat dalam rumen pada dasarnya adalah kerja enzim-enzim pencernaan serat yang diproduksi oleh mikroba rumen. Untuk mencerna fraksi serat dalam pakan, ternak ruminansia sepenuhnya tergantung kepada peranan mikroba rumen. Untuk pertumbuhan mikroorganisme yang optimal, semua nutrien prekusor harus tersedia dalam konsentrasi yang optimum di dalam rumen. Nutrien tersebut termasuk (dalam ATP), asam-asam amino,mineral, dan vitamin (Erwanto, 1995). Haber dan Kung (1981) menyatakan bahwa efesien fermentasi dan sintesis protein mikroba rumen dapat dimaksimumkan bila semua prekusor tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dan selaras dengan ketersediaan nutrien lain. Ternak ruminansia tidak memproduksi enzim-enzim yang dapat menghindrolisis selulosa atau hemiselulosa. Untuk itu perlu meningkatkan populasi mikroba rumen penghasil enzim. Mineral merupakan salah satu unsur yang juga mempengaruhi produksi ternak. Sekitar 4% tubuh ternak terdiri atas mineral, namun hewan tidak dapat mensintesa mineral sendiri, karena itu harus diberikan dalam pakan (Maynard et al., 1979).

6 Mineral adalah salah satu unsur esensial yang diperlukan mikroba rumen untuk optimalisasi bioproses dalam rumen. Optimalisasi bioproses dalam rumen diharapkan dapat memacu fermentasi dan pertumbuhan mikroba rumen, sehingga dapat meningkatkan produksi ternak ruminansia. Kemajuan bioteknologi telah menghasilkan minerak organik yang dianggap suatu komponen penting dalam ilmu makanan ternak, selain penggunaan mineral anorganik, karena mineral organik lebih mudah diserap oleh tubuh ternak. Penambahan Zn organik diharapkan dapat meningkatkan produksi protein mikroba rumen. Bentuk Zn organik akan meningkatkan penyerapan Zn pasca rumen. Rojas et al. (1995), membandingkan penggunaan Zn-lisin, Zn-metionin, dan Zn sulfat, teryata Zn-lisin terserap lebih banyak dibandingkan perlakuan lainya yang digambarkan dengan kandungan Zn yang tinggi pada ginjal, liver, dan pankreas. Dilaporkan oleh Muhtarudin et al. (2003) bahwa penggunaan Zn organik (Lisin-Zn PUFA dan Zn-proteinat) dapat meningkatkan bioproses dalam rumen, kecernaan zat-zat makanan, metabolisme protein, dan penampilan ternak. Bioproses dalam rumen dan pascarumen harus didukung kecukupan meneral makro dan mikro. Mineral-mineral ini berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan metabolisme zat-zat makanan. Mineral mikro dan makro di dalam alat pencernaan ternak dapat saling berinteraksi positif atau negatif dan faktor lainnya seperti asam fitat, serat kasar, dan zat-zat lainnya dapat menurunkan ketersediaan mineral. Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak (Muhtarudin, 2003 dan Muhtarudin et al., 2003).

7 Mineral dalam bentuk chelates dapat lebih tersedia diserap dalam proses pencernaan. Agensia Chelating dapat berupa karbohidrat, lipid, asam amino, fosfat, dan vitamin. Dalam proses pencernaan chelates dalam ransum memfasilitasi menembus dinding sel usus. Secara teoritis, chelates meningkatkan penyerapan mineral. Mineral kalsium (Ca) adalah salah satu mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ternak. Mineral Ca sangat penting sebagai komponen struktural (tulang dan gigi) dan non struktural (metabolisme dan jaringan lemak). Penyerapan Ca dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk mineral ini, juga oleh interaksinya dengan mineral lainnya. Konsumsi yang tinggi mineral Al dan Mg dapat menggangu penyerapan Ca. Asam oksalat dan fitat menurunkan penyerapan Ca. Asam lemak menstimulir membentuk sabun yang tidak larut, akan tetapi sejumlah lemak dalam jumlah tertentu mendorong penyerapan kalsium (Maynard et al., 1982). Pembuatan sabun kalsium dengan asam lemak diharapkan dapat mengurangi interaksi negatif dengan mineral lain dan dapat meningkatkan penyerapan pascarumen. Pemberian mineral Zn dapat memacu pertumbuhan mikroba rumen (Putra, 1999. dan Muhtarudin, et al., 2003) dan meningkatkan penampilan ternak (Erna Hartati, 1998, dan Muhtarudin, et al., 2003). Defisiensi Zn ini dapat menyebabkan parakeratosis jaringan usus dan dapat mengganggu peranan Zn dalam metabolisme mikroorganisme rumen, mengingat kebutuhan Zn bagi mikroorganisme cukup tinggi yaitu 130--220 mg/kg (Hungate, 1966). Zn sebagai metalloenzim yang melibatkan banyak enzim antara lain polimerase DNA,

8 peptidase karboksi A dan B dan posfatase alkalin. Aktivitas enzim-enzim tersebut akan terganggu apabila terjadi defisiensi Zn. Di negara maju suplementasi Zn dan Cu, digunakan untuk mengatasi mastitis. Tidak kurang 60% sapi perah laktasi di Indonesia menderita mastitis subklinis sampai klinis. Hal ini menimbulkan kerugian ekonomis yang sangat besar karena susu ditolak konsumen. Defisiensi Zn antara lain menyebabkan puting susu mengeras, rapuh, pecah, dan mengundang infeksi bakteri patogen ke dalam ke dalam kelenjar ambing (Sutardi, 2001). Suplementasi mineral Zn baik berupa Zn lisinat atau proteinat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan parameter nutrisi pada ternak, sedangkan suplementasi Cu berbentuk Cu lisinat berpengaruh menurunkan pertumbuhan, namun sebaliknya dalam bentuk Zn, Cu proteinat mampu menghasilkan pertumbuhan terbaik pada domba. Oleh karena itu suplementasi Cu sebaiknya dalam bentuk Cu proteinat (Sutardi, 2001). NRC (1988) merekomendasikan kebutuhan Zn dan Cu masing-masing 50 ppm dan 10 ppm. Salah satu mineral mikro yang juga sangat dibutuhkan ternak ruminansia adalah Se (selenium) Kadarnya dalam pakan banyak yang belum diketahui, sedangkan dalam pakan yang telah diketahui kadarnya ketersediaan biologisnya sangat beragam. Dengan demikian peluang untuk defisien atau marjinal cukup besar. Defisiensi Se terkait erat dengan defisiensi vitamin E. antara lain menyebabkan diatesis eksudatif pada unggas dan penyakit daging putih (white muscle disease) pada domba, dan kemandulan pada sapi perah betina (Arthur, 1997).

9 Cromium dapat meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel-sel tubuh. Faktor Cr sebagai faktor toleransi glukosa (GTF) telah lama diketahui (Schwartz dan Mertz, 1959). GTF-cromium meningkatkan pengikatan insulin oleh reseptor pada membran sel sehingga pemasukan ke dalam sel meningkat. Suplementasi cromium-proteinat dapat meningkatkan glukosa darah yang dapat digunakan sebagai indikator peningkatan suplai glukosa ke dalam sel-sel tubuh dan alveolus susu. Kadar Cr pada sapi perah belum diperhitungkan dengan tepat. E. Hipotesis Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan ialah: 1) ada pengaruh pemberian mineral mikro organik dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi pedaging. 2) ada tingkat penggunaan mineral mikro organik terbaik dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi pedaging.