BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI INDUSTRI PEMBUATAN BATU BATAA DS. SUKOREJO SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

IV-138 DAFTAR ISTILAH

BAB II LANDASAN TEORI

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA JASA KULI ANGKUT DI PASAR KLEWER SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II LANDASAN TEORI

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

Pengukuran Kelelahan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

SEJARAH & PERKEMBANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peneliti, Pratiwi Andiningsari

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KEDARURATAN LINGKUNGAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketahanan tubuh untuk bekerja(suma mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja dalam hubungan pertambangan. Pertambangan di Indonesia telah

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI A. Iklim Kerja 1. Pengertian Iklim Kerja Kenyamanan dari suatu tempat kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah iklim kerja. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi akibat dari tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya (PER.13/MEN/X/2011). Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja (Subaris, dkk, 2008). Iklim kerja merupakan kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara dan suhu radiasi pada suatu lingkungan kerja. Iklim kerja yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan sifat pekerjaan akan sangat mengganggu pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja (Siswantiningsih, 2010). Menurut Suma mur (2009) bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu sistem pengatur suhu (thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah 6

akibat keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh sebagai akibat metaboilsme dengan pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitar. Proses panas dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan yang telah atau sedang dikonsumsi, pengaruh dari panas tubuh sendiri, misalnya pada keadaan demam. 2. Iklim Kerja Panas Kemajuan teknologi dan proses produksi dalam industri, telah menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca panas. Astrand (1977) dalam Wahyuni (2008), iklim kerja panas merupakan mikrometeorologi dari lingkungan kerja dalam menjaga keseimbangan panas tubuh, tubuh mengeluarkan panas secara berlebih ke lingkungan sekitar secara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Tenaga kerja yang beraklimatisasi panas dapat mengeluarkan keringat 6-8 liter sehari kerja untuk membuang panas secara berlebih pada lingkungan sekitar. Menurut Wahyuni (2008) bahwa terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim yang panas yaitu : a. Proses produksi yang menggunakan panas, seperti : peleburan, pengeringan, pemanasan. b. Tempat kerja yang terkena langsung matahari, seperti : pekerjaan jalan raya, bongkar muat barang pelabuhan, nelayan dan petani. c. Tempat kerja dengan ventilasi kurang memadai. 7

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pertukaran Panas Perpindahan panas secara fisik menurut (Grandjean, 1986 dalam Nurmianto, 2003) yaitu: a. Konduksi Perpindahan panas dari permukaan kulit ke benda-benda yang menempel di kulit. Konduktivitas panas adalah sangat penting didalam memilih material untuk keperluan suatu perancangan, misalnya: lantai, mebel dan bagian-bagian peralatan yang dapat dipegang handle yang berada distasiun kerja. b. Konveksi Pertukaran panas melalui konveksi tergantung sepenuhnya pada perbedaan temperature antara kulit dan udara sekeliling dan juga pada aliran gerakan udara, pada kondisi yang normal, proses ini terhitung 25-30% dari total proses perpindahan panas dalam tubuh manusia. c. Evaporasi keringat Hilangnya panas dengan proses keluarnya kringat yang terjadi karena kringat dibagian kulit tersebut menguap/evaporasi. Menguapnya kringat akan mengonsumsi energi panas laten. Jumlah panas laten untuk evapolarisasi tersebut sebanyak 0,58 Kcals per gram air yang mengalir. Pada kondisi yang normal setiap orang akan menguapkan keringat sebanyak satu liter per hari. Berarti akan kehilangan 600 Kcals atau sekitar satu perempat dari 8

total panas yang hilang per harinya, akan tetapi jika temperatur sekeliling melebihi batas ambang kenyamanan maka kulit akan merefleksikannya berupa proses keluarnya keringat yang disertai dengan hilangnya panas. d. Radiasi Tubuh manusia yang yang panas akan meradiasikan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang relatif panjang, yang diabsorbsi oleh benda lain (obyek atau permukaan benda) dan dikonversikan lagi kedalam bentuk panas. Ini yang disebut sebagai radiasi infra-merah atau panas radiant. Hal itu tidak tergantung sama sekali pada medium material tertentu untuk mentransmisikanya. Dari penelitian ini faktor yang menyebabkan pertukaran panas di bagian sizing PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta adalah radiasi dikarenakan sumber panas didapat dari mesin-mesin yang ada di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta 4. Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Tenaga Kerja Menurut Balai Hiperkes (2011) Pengaruh iklim kerja di tempat kerja terhadap tenaga kerja antara lain: penurunan kerja pikir, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan otak, mengganggu koordinasi syaraf, perasa dan motorik. Menurut Bernard 1996 dalam 9

gesang (2011) gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagi berikut: a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain. b. Dehidrasi (suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan). c. Heat rash (seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah) d. Heat cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium. e. Heat syncope (keadaan yang disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawah ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan pemaparan suhu tinggi. f. Heat exhaustion (keadaan yang terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehingan garam, dengan gejalanya: mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah) 10

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kerja Untuk menilai hubungan iklim kerja terhadap seseorang perlu diperhatikan seluruh faktor yang meliputi lingkungan, manusia dan pekerjaan. Tabel 1. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja Faktor lingkungan Faktor manusiawi Pekerjaan Suhu Kelembaban Angin Radiasi Panas Sinar matahari Debu Aerosol Gas Uap logam (fume) Tekanan barometer Pakaian Usia Jenis kelamin Kesegaran jasmani Ukuran tubuh Kesehatan Aklimatisasi Gizi Motivasi Pendidikan Kemampuan fisik Kemampuan mental Kemantapan emosi Karakteristika genetis Kompleksnya tugas Lamanya tugas Beban fisik Beban mental Beban indera Beban pribadi Ketrampilan yang disyaratkan Sumber: Suma mur, 2009. 6. Standar Iklim Kerja Berdasarkan keputusan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 13/MEN/X/2011, Tentang NAB faktor fisik di tempat kerja dari sekian banyak indeks tekanan panas diatas yang digunakan di Indonesia adalah Indek suhu Basah dan Bola atau wet bulb globe themperatur indeks (WBGT). 11

Tabel 2. Standar iklim di Indonesia. Variasi kerja per jam Kerja terus menerus 8 jam / hari Kerja 75% istirahat 25 % Kerja 50% istirahat 50% Kerja 25% istirahat 75% ISBB ( C) Kerja Ringan Kerja Sedang Kerja Berat 30.0 26,7 25,5 30,6 28,0 25,5 31,4 29,4 27,9 32,2 31,1 30,0 Sumber: Kepmenaker No. Kep-13/MEN/2011 Dari hasil yang didapatiklim kerja di bagian sizing dengan variasi kerja 8 jam per hari kategori beban kerja sedang, kemudian pada bagian proses dengan variasi kerja yang sama yaitu 8 jam per hari kategori beban kerja ringan. 7. Pengukuran Iklim Kerja Panas Salah satu parameter pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan menilai indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter suhu udara kering, suhu udara basah, dan suhu panas radiasi. Kemudian secara manual ISBB dapat dihitung dengan menggunakan rumus: a. Pekerjaan dilakukan dibawah paparan sinar matahari (outdoor) ISBB = (0,7Xsuhu basah) + (0,2 x suhu radiasi ) + (0,1 x suhu kering) b. Pekerjaan dilakukan didalam ruangan (indoor) ISBB= (0,7Xsuhu basah) + (0,3 x suhu radiasi) 12

Contoh peralatan sederhananya adalah thermometer bola, Sling Psychrometer (suhu basah dan suhu kering), kata thermometer. Dan satu alat lagi yang modern yaitu Questtemp Heat Stress Monitor. Dari hasil pengukuran ISBB dapat disesuaikan dengan beban kerja yang diterima oleh pekerja, selanjutnya dilakukan pengaturan kerjawaktu istirahat yang tepat sehingga pekerja tetap dapat bekerja dengan aman dan sehat. B. Kelelahan Kerja 1. Definisi Kelelahan Kerja Kata lelah menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tapi semuanya berkaitan kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja (suma mur, 2009). Menurut Grendjen (1993) dalam Tarwaka (2011), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirah.kelelahan diatur sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sisitem aktivitas (bersifat simpatis) dan inhibis (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu, tetapi semua bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Menurut astrand dan rodhl (1997) dalam Tarwaka (2011) secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai 13

perasaan yang melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik maksimal. 2. Jenis-jenis Kelelahan Kerja Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan. a. Berdasarkan proses, meliputi: 1) Kelelahan otot (muscular fatigue) Kelelahan otot menurut Suma mur (1999) adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Hasil percobaan yang dilakukan para peneliti pada otot mamalia, menunjukkan kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Manusiapun menunjukkan respon yang sama dengan proses yang terjadi pada percobaan diatas. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus menerus. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan (Budiono, 2003). 14

2) Kelelahan umum Pendapat Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka (2004), biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. Pengaruh- pengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma mur, 1996). Menurut Budiono (2003), gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk. b. Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, meliputi: 1) Kelelahan akut Yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba. 15

2) Kelelahan kronis Merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan kebencian yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain (Budiono, 2003) c. Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi: a) Kelelahan fisiologis Merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu. b) Kelelahan psikologis Terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan (Depnaker, 2004). Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat 16

pelindung alami sebagai indikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun. 3. Gejala Kelelahan Kerja Menurut Chavalitsakulchai dan Shahnavas (1991) dalam Styawati (2010) kelelahan kerja pada umunya dikeluhkan sebagai kelelahan dalam sikap, orientasi, dan penyesuaian pekerja yang mengalammi kelelahan kerja. Menurut Suma mur (2009) suatu daftar gejala atau tanda yang ada hubunganya dengan kelelahan adalah: 1) Perasaan berat di kepala 2) Menjadi lelah seluruh badan 3) Kaki merasa berat 4) Menguap 5) Merasa kacau pikiran 6) Menjadi mengantuk 7) Merasa beban pada mata 8) Kaku dan canggung dalam gerakan 9) Tidak seimbang dalam berdiri 10) Mau berbaring 11) Merasa susah berfikir 12) Lelah bicara 13) Menjadi gugup 14) Tidak dapat berkonsentrasi 17

15) Tidak dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu 16) Cenderung untuk lupa 17) Kurang kepercayaan 18) Cemas terhadap sesuatu 19) Tidak dapat mengontrol sikap 20) Tidak dapat tekun dalam pekerjaan 21) Sakit kepala 22) Kekakuan di bahu 23) Merasa nyeri di punggung 24) Merasa pernafasan tertekan 25) Haus 26) Suara serak 27) Merasa pening 28) Spasme kelopak mata 29) Tremor pada anggota badan 30) Merasa kurang sehat Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan melemahnya kegiatan, 11-20 menunjukkan melemahnya motivasi dan 20-30 gambaran kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan. Menurut Gilmer (1966) dan Cameron (1973) dalam Setyawati (2010), ada beberapa gejala akibat kelelahan kerja antara lain: 18

a. Gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti : 1) Penurunan kesiagaan dan perhatian 2) Penurunan dan hambatan persepsi 3) Cara berfikir atau perbuatan anti sosial 4) Tidak cocok dengan lingkungan 5) Depresi 6) Kurang tenaga 7) Dan kehilangan inisiatif b. Gejala umum yang menyertai gejala-gejala diatas adalah : 1) Sakit kepala 2) Vertigo 3) Gangguan fungsi paru dan jantung 4) Kehilangan nafsu makan 5) Serta gangguan pencernaan Disamping gejala-gejala pada kelelahan kerja kronis terdapat pula gejala-gejala yang tidak spesifik berupa : 1) Kecemasan 2) Perubahan tingkah laku 3) Kegelisahan 4) Dan sukar tidur 19

4. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja Grandjean (1991) dalam Tarwaka (2011) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan.penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktuwaktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Faktor-faktor penyebab kelelahan antara lain: a. Intensitas dan lamanya kerja fisik mental b. Lingkungan: iklim, penerangan, kebisingan c. Cicardian rhythm d. Problem fisik: tanggung jawab, kekhawatiran koflik e. Nutrisi f. Kondisi kesehatan Menurut Suma mur (2009) penyebab kelelahan yaitu: a. Monotoni b. Intensitas lamanya kerja mental dan fisik c. Keadaan lingkungan d. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik 20

5. Faktor internal dan faktor eksternal penyebab kelelahan dari tenaga kerja: a. Faktor Internal 1) Usia Glimer (1966) dalam Setyawati (2011) faktor usia merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, mengingat usia berpengaruh terhadap kekuatan fisik dan mental seseorang serta pada usia tertentu seorang pekerja akan mengalami perubahan prestasi kerja. Puncak kekuatan otot pada laki-laki dan wanita sekitar usia 25-35 tahun. 2) Jenis Kelamin Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari wanita relatif kurang jika di bandingkan pria. Kemudian pada saat haid yang tidak noormal maka akan dirasakan sakit sehingga akan lebih cepat lelah (suma mur, 2009). 3) Status Gizi Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitanya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan unntuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk 21

bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma mur,2009). Status gizi ini bias dihitung dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT) dengan rumus : IMT Berat Badan Kg Tingi badan m x Tinggi Badan m Tabel 3. NilaiStandar IMT No Kategori IMT 1 Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0 2 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5 3 Normal 18,5-25,0 4 Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0-27,0 5 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 4) Psikis Tenaga kerja yang mempunyai masalah pisikologis amatlah mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psiklogis adalah pekerjaan yang monoton yaitu, suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dengan hal yang sama dalam periode atau waktu yang tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar (Ramadhani,2003). 22

b. Faktor Eksternal 1) Beban Kerja Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental, ataupun sosial (Suma mur,2009). Bahkan banyak juga di jumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan(ramandhani,2003). 2) Aktivitas fisik Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi kelelahan. Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan maka kelelahan tenaga kerja semakin meningkat 3) Masa kerja Masakerjaadalahdihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun. 4) Lama kerja Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari 5) Iklim Kerja Iklim Kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara, kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Untuk ukuran suhu nikmat untuk orang dewasa 24-26 C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas akan berakibat pada menurunya prestasi kerja pikir. 23

Penurunan sangat hebat sesudah 32 C. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, menggangu kecermatan dan kinerja otak, mengganggu kordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang (Suma mur, 2009). Pengaruh lainya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena semakin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Apabila pasokan oksigen tidak mencukupi kekurangan oksigen jika terus-menerus, maka terjadi akumulasi yang selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat yang mempercepat kelelahan (Santoso, 2004). 6. Pengukuran Kelelahan Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2011) pengukuran kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu antara lain sebagai berikut: a. Kualitas dan kuantitas kerja Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti target produksi, faktor sosial dan prilaku psikologi dalam kerja. Sedangkan kualitas 24

output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kecelakaan, tetapi faktor tersebut merupakan causal faktor. b. Uji pisiko motor Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsangan sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu dan denting suara serta sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot. c. Uji hilangnya kerlipan Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kerlipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan unyuk jarak antara dua kerlipan. Uji kerlipan digunakan untuk mengukur kelelahan juga menunjukan keadaan kewaspadaan tenaga kerja. d. Pengukuran kelelahan secara subyektif Subjective self rating test dari industrial fatique research commite (IFRC) jepang, merupakan salah satu kuesioner yang 25

dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari: 1) 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan 2) 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi 3) 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik Sinclair (1992) dalam Tarwaka, dkk (2010) menjelaskan beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subjektif. Metode tersebut antara lain: ranking methods, rating methods,questionnaire methods, interviews dan checklists. C. Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Kerja Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi ruangan yang tidak cukup bagi pekerja akan sangat menimbulkan kelelahan. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka tubuh akan mendapatkan beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu berkurangnya cadangan energi dan meningkatkan sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efesiensi otot yang disadari sebagai kelelahan. Sehingga berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Akibat dari pekerjaan ini, maka frkuensi denyut nadi akan meningkat pula. Tenaga kerja yang terpapar iklim kerja panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain atau regangan panas 26

merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Santoso,2004). 27

D. Kerangka Teori Iklim Kerja Panas Paparan Panas Mengeluaran keringat berlebih dan garam NaCl Suhu tubuh meningkat Faktor Internal : 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Status gizi Tubuh kekurangan cairan dan garam NaCl Fungsi faal tubuh menurun Kelelahan kerja Faktor Eksternal : 1. Beban Kerja 2. Aktivitas fisik 3. Masa kerja 4. Iklimkerja 5. Lama kerja Gambar 1. Kerangka Teori 28

E. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat Iklim Kerja Panas kelelahan \ Variabel pengganggu terkendali 1. Jenis Kelamin 2. Masakerja 3. Umur Variabel pengganggu tidak terkendali 1. Aktivitas fisik 2. Lama kerja 3. Pisikis 4. Beban kerja 5. Status gizi Gambar 2. Kerangka Konsep F. Hipotesis Hipotesis yang penulis sajikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Ada pengaruh iklim kerja panas terhadap kelelahan kerja pada tenaga kerja dibagian sizing di PT.Iskandar Indah Printing Textil Surakarta. 29