ANALISIS WAKTU TEMPUH ANGKUTAN PERKOTAAN TERMINAL AMPLAS TERMINAL SAMBU DI KOTA MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS

ANALISIS FLUKTUASI WAKTU PERJALANAN SAAT JAM SIBUK PADA SORE HARI DI JALAN UTAMA KELUAR KOTA MEDAN

TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN BERSIGNAL JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO. James A. Timboeleng ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA OPERASI BUS KOBUTRI JURUSAN KPAD-ANTAPANI ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

PERENCANAAN TRANSPORT TKW SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB IV PENGENDALIAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR )

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, saat ini sedang mengalami

ANALISA KINERJA RUAS JALAN AKIBAT PARKIR DI BADAN JALAN. (Studi Kasus: Jalan Zainul Arifin Kota Malang)

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

EVALUASI KINERJA JALAN SEBAGAI PARAMETER KEMACETAN SIMPANG EMPAT PINGIT YOGYAKARTA

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT)

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lingkungannya. Karena persepsi dan kemampuan individu pengemudi

BAB II STUDI PUSTAKA

3.2 Survey Lalu Lintas : Kecepatan dan Pertundaan. Menggunakan Alat Enoscope : (pengamat dalam kondisi tidak bergerak)

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB II TRANSPORTASI DARAT PERANGKUTAN JALAN RAYA

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.1, November 2012 (16-21)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL JALAN RAYA MENGKRENG KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

Transkripsi:

ANALISIS WAKTU TEMPUH ANGKUTAN PERKOTAAN TERMINAL AMPLAS TERMINAL SAMBU DI KOTA MEDAN Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik USU Abstrak: Analisis waktu tempuh angkutan perkotaan pada rule Terminal Amplas-Terminal Sambu Medan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kecepatan perjalanan, kecepatan gerak dan tundaan sepanjang rule yang dilalui. Dari analisis ditemukan data bahwa waktu tempuh pada rute tersebut yang terdiri dari kecepatan perjalanan rata-rata dari terminal Amplas ke terminal Sambu adalah 18,06 km/jam sedangkan dari terminal Sambu ke Amplas adalah 17,76 km/jam. Angka ini masih berada dibawah angka yang ditetapkan dalam kecepatan perjalanan minimum didaerah perkotaan yaitu 29 km/jam. Beberapa penyebab rendahnya kecepatan perjalanan angkutan perkotaan mikrobis pada rule ini adalah naik dan turunnya penumpang disembarang tempat, banyaknya jumlah kendaraan yang melintasi ruas jalan sehingga volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan. Kata kata kunci: Kecepatan Perjalanan, Volume Lalu Lintas, Tundaan, Kecepatan, Tingkat Pelayanan 1. PENDAHULUAN Persoalan yang paling sulit sekarang dihadapi perencana, pengatur Jalan Raya dan Transportasi adalah bagaimana menetapkan peranan mobil, angkutan perkotaan pada jalan raya. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Medan memiliki rute arus kendaraan angkutan perkotaan yang sangat banyak dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Perkembangan rute yang ada sekaligus didukung oleh sarana dan prasarana angkutan, membuat banyak rule yang ditempuh dengan berbagai alternatif lintasan sekaligus dalam memenuhi permintaan jasa angkutan umum di dalam kota Medan. Akibat banyaknya rute angkutan tersebut dibutuhkan pula jumlah kendaraan tertentu yang secara langsung meningkatkan arus lalu lintas di jalan raya Untuk kelancaran arus lalu lintas (Traffic Light) pemerintah telah memasang (Traff Light) diberbagai persimpangan jalan di kota Medan. Demikian juga pada rute yang dilalui oleh angkutan perkotaan dari Terminal Amplas ke Terminal Sambu dan sebaliknya antara lain : 1. Teminal Amplas Terminal Sambu a. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Perbatasan b. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Baru c. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Sakti Lubis/ Jl. Seksama PersimpanganJl. SM. Raja JL. HM Joni d. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Puri e. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Turi f. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Halat g. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Mesjid Raya h. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Japaris i. Persimpangan Jl. Sutomo Jl. Jl. Asia j. Persimpangan Jl. Sutomo Jl. Merbabu k. Persimpangan Jl. Sutomo MT. Haryiono 2. Terminal Sambu Terminal Ampals a. Persimpangan Jl. MT. Haryono Jl. Irian Barat b. Persimpangan Jl. Pandu Jl. SM Raja/Jl. Cerebon c. Persimpangan Jl. SM Raja Japaris d. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Mesjid Raya e. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. Halat f. Persimpangan Jl. SM Raja Jl. HM. Joni g. Persimpangan SM Raja Jl. Turi / Pelangi h. Persimpangan SM Raja Jl Sakti Lubis/ Jl. Seksama i. Persimpangan SM Raja Jl. Baru j. Persimpangan SM Raja Jl. Perbatasan Keberadaan Traffic Light pada jalan-jalan sepanjang rute tersebut yang arus lalu lintasnya pada umumnya padat sebenarnya sangat membantu kecepatan angkutan perkotaan pada rute tersebut. Untuk mengkaji permasalahan lalu lintas perkotaan tersebut, maka kami menyusun penelitian ini dengan judul Analisis waktu tempuh Angkutan Perkotaan Terminal Amplas Terminal Sambu di Kota Medan. 2. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN Maksud dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mendapatkan gambaran kecepatan perjalanan (travel speed) 2. Mendapatkan gambaran kece-patan gerak (tunning speed). 3. Mendapatkan gambaran tundaan (delay). 4. Mendapatkan gambaran waktu perjalanan (time 43

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 travel). Tujuan penelitian ini adalah agar tercapainya tuntutan dan kebutuhan masyarakat dalam melakukan perjalanannya yaitu: tertib, teratur, lancar, aman, nyaman, cepat dan efisien (Morlock, 1985). 3. PERMASALAHAN Suatu angkutan umum agar mampu memberikan pelayanan yang aman, lancar, nyaman atau memberikan kesan positif maka harus dioperasikan dengan sebaik-baiknya. Bahwa selama ini dapat dilihat bahwa dalam pelayanannya terutama dalam kecepatan perjalanannya angkutan umum yang melayani rute perjalanan dari terminal Amplas ke terminal Sambu menghadapi beberapa permasalahan, seperti : 1. Volume 2. Terlalu seringnya menaikkan dan menurunkan penumpang, dan itu dilakukan disembarang tempat. 3. Menunggu penumpang terlalu lama di pinggir jalan 4. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN Analisis kecepatan perjalanan angkutan kota di Kotamadya Medan mencakup lingkup pembahasan yang luas. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi pembahasannya, yaitu: a Meneliti kecepatan perjalanan angkutan umum yang melintas rute terminal Amplas - terminal Sambu (pusat kota). b. Waktu penelitian dipilih pada jam-jam sibuk waktu pagi hari, jam 7.00 wib -8.00 wib, siang hari,jam13.00wib-14.00 wib dan sore hari, jam 17.00 wib -18.00 wib. Dipilihnya rute terminal Amplas -terminal Sambu sebagai rute penelitian karena kedua terminal sangat potensial sebagai tujuan perjalanan (penarik perjalanan) dan melintasi pusat-pusat kegiatan dalam kota, yang akibatnya merupakan rute yang ramai kendaraan angkutan umum serta tata guna lahan sepanjang rute sangat beragam yang akan berpengaruh kepada arus lalu lintas. 5. UKURAN ARUS LALU LINTAS Setiap bagian operasional dari lalu lintas nyatakan dengan tiga ukuran(box, Paul C dan Oppenlader, Josseph C 1976), yaitu: - Kecepatan - Volume dan besar arus - Kerapatan - Tundaan - Tingkat pelayanan 5.1 Kecepatan Kecepatan didefmisikan sebagai pergerakan rata-rata yang dinyatakan sebagai jarak persatuan waktu. Umumnya dalam kilometer per jam (km/jam). Distribusi kecepatan individu yang bermacammacam dalam arus lalu lintas hams diselidiki serta beberapa mulai diantaranya digunakan untuk mewakili keadaan(hobbs, F.D 1979). Ada dua cara pendekatan untuk mengukur kecepatan, yaitu : 1. Time mean speed, adalah rata-rata dari kecepatan kendaraan selama suatu jangka waktu pada suatu titik tertentu. Jadi time mean speed didasarkan pada kecepatan masing-masing kendaraan yang didistribusi dalam waktu. 2. Space mean speed, adalah rata-rata dari kecepatan di berbagai tempat pada saat tertentu. Space mean speed pada kecepatan masing-masing kendaraan yang merupakan distribusi dari posisi. Berdasarkan waktu perjalanan kecepatan dibedakan atas dua kecepatan dengan cara pendekatan space mean speed, yaitu : 1. Average running speed, didefmisikan sebagai kecepatan kendaraan dengan membagi panjang segmen (jalur) jalan dibagi dengan running time. Running time adalah waktu yang diperlukan kendaraan untuk menempuh potongan jalan selama bergerak dan tidak termasuk waktu berhenti. 2. Average travel speed, didefmisikan sebagai kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, dan merupakan jarak antara dua tempat (panjang suatu potongan jalan) dibagi dengan average travel time (waktu perjalanan rata-rata) kendaraan untuk menempuh potongan jalan tersebut. Travel time adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kendaraan dari arus lalu lintas untuk bergerak dari satu titik ke titik lain dan didalamnya termasuk waktu berhenti. Pada perjalanan dimana penun-daan karena berhenti dimasukkan, maka kecepatan perjalanan rata-rata pasti lebih lembat daripada kecepatan bergerak ratarata Berdasarkan Highway Capacity Manual 1985 ukuran kecepatan yang digunakan adalah Kecepatan perjalanan rata-rata (average travel speed). Hal ini digunakan karena mudah dihitung dari observasi kendaraan individu dalam arus lalu lintas, dan rumus lalu lintas, dan rumus kecepatan yang digunakan : L L S = = n n t / n t i= 1 i i= 1 i (1) Dimana : S = Kecepatan perjalanan rata-rata (Average travel speed) (km/jam) L = Panjang potongan jalan (km) ti = Waktu (travel time) yang diperlukan suatu kendaraan (jam) n = Jumlah travel time yang diteliti 44

5.2 Volume dan Besar Arus Volume dan besar arus adalah dua ukuran kuantitas dari jumlah lalu lintas yang melintasi suatu jalur atau jalan selama jangka waktu tertentu. Kedua ukuran tersebut dinyatakan dengan satuan kendaraan/ jam. Perbedaan antara volume dan besar arus yaitu: volume adalah jumlah sebenarnya dari kecepatan yang diamati atau diramalkan melewati suatu titik selama jangka waktu tertentu, sedang besar arus mewakili jumlah kendaraan yang melewati suatu titik selama interval waktu kurang dari satu jam, tetapi dinyatakan dalam jam. Besar arus diperoleh dengan mengambil jumlah kendaraan yang diamati selama periode kurang dari satu jam dan dibagi dengan lama pengamatan (dalam jam), maka jika dalam suatu pengamatan diperoleh volume 100 kendaraan dalam waktu 15 menit, besar arus menjadi 100 kendaraan/ 0,25 jam atau 400 kendaraan perjam (vph) (Warpani,1990). 5.3 Kerapatan Kerapatan adalah parameter penting yang menggambarkan pelaksanaan lalu lintas. Karena kerapatan menggambarkan jarak antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya, sehingga mempengaruhi kebebasan bergerak dalam arus lalu lintas. Persamaan v = s x D, merupakan hubungan dasar antara parameter-parameter dari arus tidak terganggu. Hubungan tersebut dijabarkan dalam bentuk hubungan antara besar arus dengan kecepatan, besar arus dengan kerapatan, dan kecepatan dengan kerapatan. (Lubis, M. Alfian 1998) 5.4 Tundaan Penundaan (delay) karena berhenti adalah sederhana untuk didefmisikan dan diukur. Penundaan karena berhenti menimbulkan selisih waktu antara kecepatan perjalanan (travel speed) dan kecepatan berherak (running speed). Sebaliknya, penundaan karena padatnya lalu lintas sulit untuk diukur dengan tepat. Penundaan ini ditimbulkan oleh kelambatan atau macetnya kendaraan pada simpang jalan yang terlalu ramai oleh kendaraan, lebar jalan yang kurang, parkir mobil-mobil di jalan sempit, dan sebagainya. Akibatnya adalah pengurangan kecepatan bergerak di bawah kecepatan yang dianggap dapat diterima. Kedua jenis penundaan mencerminkan waktu yang tidak produktif dan bila dinilai dengan uang maka hal ini menunjukkan jumlah biaya yang harus dibayar masyarakat karena tidak memiliki jalan yang memedai. Waktu tunda juga menunjukkan keuntungan ekonomis yang dapat diharapkan bila rute tersebut diperbaiki untuk mengurangi penundaan dan ini memberikan prioritas untuk pekerjaan perbaikan jalan. 5.5 Konsep Tingkat Pelayanan Konsep tingkat pelayanan didefmisikan sebagai ukuran mutu atau kualitas yang menggambarkan kondisi operasonal dalam arus lalu lintas yang dipersepsikan oleh sipengemudi dan penumpang(wells, G.R., 1975). Tingkat pelayanan ditentukan dalam suatu skala interval yang terdiri dari enam tingkat. Tingkattingkat ini diklasifikasikan dengan tingkat A, B, C, D, E dan F dimana A merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dan F adalah tingkat pelayanan yang terendah (Clarkson et al. 1988). 6. HASIL ANALISA/PERHITUNGAN Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat hasil seperti yang ditujukkan oleh Tabel 1 sampai dengan Tabel 4. Tabel 1: Kecepatan perjalanan rata-rata (average travel speed ) No. Trayek Rute Kecepatan perjalanan rata-rata (km/jam) MedanBus0 P. Pasar - T. 18.39 18.20 17.52 Medan Bus T. Amplas - P. 18.27 18.39 17.88 Medan Bus 46 T. Amplas - P. 17.60 17.35 17.58 Medan Bus T. Amplas - P. 16.84 17.11 16.06 KPUM 03 P. Pasar - T. 18.61 18.84 18.45 KPUM03 T. Amplas - P. 17.89 18.43 17.44 45

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 Tabel 2: Kecepatan gerak rata-rata (average running speed) No. Trayek Rute Kecepatan gerak rata-rata (km/jam) Medan Bus 04 P. Pasar - T. Amplas 23.18 22.74 23.05 Medan Bus 04 T. Amplas- P. Pasar 22.46 22.16 21.42 Medan Bus 46 T. Amplas - P. Pasar 21.26 21.40 21.18 Medan Bus 46 T. Amplas - P. Pasar 20.64 20.48 19.26 KPUM 03 P. Pasar - T. Amplas 23.64 23.63 22.86 KPUM 03 T. Amplas - P. Pasar 22.54 22.58 21.98 Tabel 3:Tundaan (delay) No. Trayek Rute Tundaan (menit) Medan Bus 04 P. Pasar - T. Amplas 7.10 6.93 8.63 Medan Bus 04 T. Amplas - P. Pasar 6.30 5.72 5.72 Medan Bus 46 T. Amplas- P. Pasar 5.15 5.73 5.08 Medan Bus 46 T. Amplas -P. Pasar 5.68 5.00 5.38 KPUM 03 P. Pasar - T. Amplas 5.70 5.37 5.22 KPUM 03 T. Amplas - P. Pasar 5.97 5.15 6.13 Tabel 4: Waktu tempuh perjalanan (travel time) No. Trayek Rute Waktu perjalanan rata-rata (menit) Medan Bus 04 P. Pasar - T. Amplas 34.33 34.68 36.02 Medan Bus 04 T. Amplas - P. Pasar 33.82 33.60 34.57 Medan Bus 46 T. Amplas- P. Pasar 29.87 30.28 29.90 Medan Bus 46 T. Amplas -P. Pasar 30.87 30.37 32.37 KPUM 03 P. Pasar - T. Amplas 26.82 26.48 27.05 KPUM 03 T. Amplas - P. Pasar 28.92 29.67 29.67 46

7. KESIMPULAN Kecepatan perjalanan rata-rata untuk rute dari Pusat Pasar ke terminal Amplas adalah 17.76 km/jam, sedangkan untuk rute dari terminal Amplas ke Pusat Pasar adalah 18.06 km/jam. Angka tersebut jauh lebih rendah dari satu angka yang diharapkan dalam kecepatan perjalanan minimum di daerah perkotaan yaitu 29 km/jam Berdasarkan hasil tersebut maka kondisi jalan untuk rute Pusat pasar - Terminal Amplas dan sebaliknya berada pada tingkat pelayanan (LOS) E dengan kecepatan rata-rata > 16 km/jam. Dengan kecepatan perjalanan yang sangat rendah menunjukkan bahwa tujuan penelitian dalam tugas akhir ini masih belum terpenuhi. DAFTAR PUSTAKA Box, Paul, C, Oppenlader, Josseph, C. 1976. Manual of Traffic Engineering Studies, Institute of Transportation Engineers, London Clarkson, H, Oglesby, R, Hicks, G. 1988. Teknik Jalan Raya Edisi ke-4, Erlangga, Jakarta Hobbs, F.D. 1979. Traffic Planning and Engineering, Pergamon Press, Oxford Lubis, M. A. 1998. Penelitian Kecepatan dan Tundaan Angkutan Umum moda Mikrobis di Kotamadya Medan, Tugas Akhir, Tidak dipubliksikan, Fakultas Teknik Jurusan Sipil USU Morlock, K. E. 1985. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Transportasi Research Board, 1985. Highway capacity Manual National Research Council, Washington D.C Warpani, Suwardjoko, 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB, Bandung Wells, G. R. 1975. Comprehensive Transport Planning, Charles Griffin and Company Ltd, London 47