BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di bumi, dimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di bumi, dimana kehendak bebas dan kuasa untuk mengelola bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Strategi yang dilaksanakan oleh masing-masing pengelola dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II. A. Struktur Organisasi. Pemerintah Kota Bandung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Aspek Hukum Partisipasi Masyarakat Kota Pekanbaru Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

SASARAN STRATEGIS 1 : Menurunnya beban pencemaran lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, terutama

`````````````````` LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMBANTU PELAKSANA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan saat ini mendapat perhatian

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

-1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HARI BAKTI RIMBAWAN TAHUN Jakarta, Senin, 18 Maret 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

PENDAHULUAN Latar Belakang

2014, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, dan ruang di angkasa, termasuk kekayaan alam yang

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

ANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

Perencanaan Perjanjian Kinerja

BAB. IV VISI DAN MISI. pedoman dan pendorong organisasi untuk mencapainya. langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Kehidupan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN SKPD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Berikut adalah Desa yang ada di wilayah kerja Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung :

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA PALEMBANG TAHUN

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

2015, No Kementerian sebagaimana telah tujuh kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013; 4. Peraturan Kepala Arsip Nasi

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR TANDA PENGHARGAAN/PRESTASI YANG DITERIMA PADA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MALANG PERIODE NOVEMBERTAHUN 2016 S/D NOVEMBER TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADIWIYATA MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBUDAYA LINGKUNGAN

Grafik 1. Area Bencana

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PENDAHULUAN. Daerah dalam melakukan dan melaksanakan pengelolaan keuangan daerah

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberlangsungan hidup semua mahluk hidup didunia ini, terlebih manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi kodratnya, memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di bumi, dimana kehendak bebas dan kuasa untuk mengelola bumi hanya diberikan kepada manusia. Hidup secara berdampingan dengan semua mahluk dan ciptaan lainnya, tentu harus berjalan secara seimbang untuk terciptanya kelestarian lingkungan hidup. Namun pada kenyataannya, banyak orang yang tidak memahami hal tersebut, bahwa dalam aktivitas dan kegiatannya sehari-hari, secara sadar atau tidak sadar manusia banyak melakukan kegiatan merusak bumi, akibatnya keseimbangan ekosistem di bumi terganggu, hal ini sudah kita rasakan dalam kejadian dan bencana yang terjadi di sekitar kita, seperti banjir di musim hujan dan kering kerontang di musim kemarau. Untuk menjaga lingkungan agar tetap nyaman dan lestari maka masalah kebersihan lingkungan dan ketersedian ruang terbuka hijau harus menjadi perhatian semua pemangku kepentingan. Membahas kerentanan lingkungan, hal ini lebih banyak dijumpai pada situasi lingkungan perkotaan, dimana faktor manusia merupakan penyumbang terbesar terhadap kerusakan lingkungan, dengan jumlah penduduk perkotaan yang padat akan berdampak pada tekanan lingkungan, dimana lahan menjadi sempit dan berkurangnya ruang terbuka hijau, dan juga meningkatnya konsumsi masyarakat, yang menimbulkan masalah baru yakni, volume, jenis dan karakteristik sampah, yang apabila tidak ditangani 1

dengan baik, akan berdampak pada masalah-masalah lingkungan dan kenyamanan kehidupan warga perkotaan. Terkait dengan hal tersebut, menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas lingkungan hidup di perkotaan yang berdampak kepada kesehatan masyarakat serta meningkatnya biaya operasional anggaran untuk memulihkannya, tentunya hal ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah sebagai penjamin pelayanan, tetapi seluruh komponen masyarakat (stakeholders) bertanggungjawab untuk terlibat dalam menjaga dan memeliharanya, demi terciptanya keberlangsungan kehidupan kota yang berkelanjutan. Untuk terciptanya pengelolaan lingkungan hidup perkotaan yang bersih, teduh dan berkelanjutan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup melahirkan suatu program Adipura, sebagai dorongan terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang baik dibidang lingkungan hidup, yang rewardnya salah satunya dalam bentuk Anugerah Adipura yang diberikan terhadap Kabupaten/Kota yang dinyatakan berhasil dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan sebagai kota terbersih dan teduh. Kota Boyolali dalam hal ini sebagai salah satu peserta kategori Kota kecil, yang berhasil meraih dan mempertahankan adipura 7 (tujuh) kali secara berturut-turut sejak 2005-2012. Program ini merupakan pengembangan dari Program Adipura (1986-1997) yang sempat terhenti karena krisis ekonomi, karena kondisi lingkungan perkotaan yang cenderung menurun sejak dihentikannya program ini pada tahun 1997, setelah sekitar 5 (lima) tahun terhenti menunjukkan grafik penurunan tingkat kebersihan yang cukup drastis antar kota-kota pesertanya. Tidak sulit memberi contoh atas realitas lingkungan perkotaan di Indonesia saat itu. Dari empat 2

kategori kota (metropolitan, besar, sedang, kecil) semua menunjukkan terjadinya penurunan nilai kebersihan secara drastis. Sebagai gambaran Program Adipura 1996 dan 1997, enam kota metropolitan peraih penghargaan itu rata-rata meraih nilai kebersihannya antara 75 sampai 80 lebih. namun begitu hanya dalam jangka waktu lima tahun (saat berakhirnya program adipura dan dengan dimulainya Bangun Praja 2002) perolehan nilainya anjlok sehingga hanya berada antara nilai 65-70. Kecenderungan yang sama juga berlaku pada 5 kota besar, 4 kota sedang dan 10 kota kecil lainnya yang juga mendapatkan penghargaan yang sama. Artinya dengan tamatnya Program Adipura kebersihan kota-kota tadi langsung terabaikan atau dengan kata lain, kota-kota yang dibanggakan karena prestasinya dalam menjaga kebersihan selama program adipura tiba-tiba menjadi salah satu kota terkotor. Sesuai dengan mandat Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan visi pembangunan berkelanjutan dengan rencana kerja yang diprioritaskan kepada Good Environmental Governance, dimana lingkungan yang terjaga baik diharapkan akan mendukung program Good Governance dengan melibatkan peran serta dan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan kota yang bersih dalam pengelolaan lingkungan perkotaan. Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28 H UUD 1945, Selain itu adanya kebijakan nasional tentang kelestarian lingkungan hidup yang diatur dalam peraturan perundang-undangan seperti UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang direvisi dengan 3

keluarnya UU Nomor 32 tahun 2009 serta Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut, Masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah daerah, harus mampu bangkit melakukan pembenahan dan perubahan dalam aktifitas nyata, yakni dengan menghidupkan kegiatankegiatan yang merupakan ciri karakter dan budaya masyarakat dengan keterlibatan semua pihak, karena secara sub ordinat keperdulian masyarakat dan Pemerintah Daerah memiliki kepentingan yang sama dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup, dimana kualitas lingkungan hidup yang baik, secara otomatis memberikan peluang untuk mendapatkan penghargaan dan anugerah Adipura bagi setiap daerah. Penghargaan Adipura diserahkan bertepatan dengan peringatan hari Lingkungan Hidup se-dunia yang diperingati setiap 5 Juni setiap tahunnya. Penghargaan ini diberikan, kepada kota-kota di Indonesia yang dinilai berhasil dalam menangani kebersihan dan keteduhan Kota. Adapun pengelompokan kota peserta program Adipura dibagi ke dalam 4 kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu: kota metropolitan (berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa), kota besar (500.001-1.000.000 jiwa), kota sedang (100.001-500.000 jiwa), dan kota kecil (kurang dari 100.000 jiwa atau lebih dari 20.000 jiwa) dalam hal ini Kabupaten Boyolali dengan Ibukotanya Kecamatan Boyolali, merupakan salah satu lokasi penilaian, yang masuk pada kategori Kota Kecil, dengan torehan prestasi adipura seperti pada tabel 1.1 berikut : 4

Tabel 1.1 Prestasi Adipura Kota Boyolali 2005-2012 No Tahun Penghargaan Ket. Sebutan Nilai 1 2004-2005 - Bangun Praja - 2 2005-2006 Piala Adipura Adipura 72,98 3 2006-2007 Piala Adipura Adipura 74,38 4 2007-2008 Piala Adipura Adipura 74,55 5 2008-2009 Piala Adipura Adipura 75,55 6 2009-2010 Piala Adipura Adipura 75,79 7 2010-2011 Piala Adipura Adipura 74,36 8 2011-2012 Piala Adipura Adipura 74,46 Sumber Data : Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali Tahun 2012 Berbagai upaya dan tindakan berbagai Kabupaten/Kota di Indonesia, dalam upaya meraih dan mempertahankan Anugerah Adipura setiap tahunnya, memerlukan strategi, maka melalui penelitian ini dan sesuai fakta keberhasilan Pemerintah Daerah Boyoli dalam program Adipura (2005-2012), untuk itu perlu diteliti seperti apa strategi dan faktor-faktor apa dibalik kesuksesan tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Untuk terciptanya pengelolaan lingkungan hidup perkotaan yang bersih, teduh dan berkelanjutan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup melahirkan suatu program Adipura, sebagai dorongan terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang baik dibidang lingkungan hidup, yang rewardnya salah satunya dalam bentuk Anugerah Adipura yang diberikan terhadap Kabupaten/Kota yang dinyatakan berhasil dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan sebagai kota terbersih dan teduh. Kota Boyolali dalam hal ini sebagai salah satu peserta kategori Kota Kecil, yang berhasil meraih dan mempertahankan adipura 7 (tujuh) kali secara berturut-turut sejak adipura 2005-2012. 5

Sebagai upaya mengungkapkan data dan fakta dibalik kesuksesan Pemerintah Daerah Boyoli (2005-2012) dalam program Adipura, maka timbul pertanyaan yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Strategi Pemerintah Daerah Boyolali dalam pencapaian prestasi Adipura 2005-2012? 2. Faktor-Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan Strategi Adipura di Kota Boyolali? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Mendeskripsikan strategi yang digunakan oleh Pemerintah Daerah Boyolali dalam meraih dan mempertahankan prestasi Adipura (2005-2012). 2. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung keberhasilan strategi dan faktor penghambatnya, sehingga perbaikan program terus-menerus (Continuous Improvement) dalam pengelolaan kebersihan dan keteduhan kota berjalan dengan baik. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk masyarakat Terciptanya budaya sehat, lingkungan yang bersih dan nyaman dalam kehidupan masyarakat perkotaan, khususnya di Kecamatan Boyolali sebagai wilayah lokasi Pantau Penilaian Adipura. 6

2. Manfaat untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, bahwa Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk evaluasi program Adipura pada penilaian tahun-tahun berikutnya; 3. Manfaat untuk ilmu pengetahuan a. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, serta memperkaya khasanah pengetahuan tentang Program Adipura dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perkotaan. b. Menjadikan penelitian ini, sebagai salah satu contoh referensi studi kasus pembelajaran bagi Kabupaten/Kota Kecil di Indonesia, khususnya Kota yang belum berhasil meraih anugerah Adipura. 1.5. Batasan Masalah Penelitian ini tidak bermaksud menguji atau membandingkan antara Strategi yang ada dalam Dokumen Rencana Strategi (RENSTRA) organisasi Badan Lingkungan Hidup sebagai pemilik nomenklatur Program Adipura, tetapi lebih kepada mencari fakta empiris melalui observasi penelitian tentang strategi Pemerintah Daerah dan dukungan pihak terkait (stakeholders) dalam mensukseskan Program Adipura, dimana adanya opini yang berkembang, bahwa lokasi Adipura hanya indah dan bersih, ketika hanya menjelang penilaian itu saja, tanpa ada strategi yang jelas untuk keberlangsungan program dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan mengubah mindset masyarakat untuk hidup sehat sesuai hakekat program adipura, dengan demikian dalam konteks penelitian ini, konsep yang dilihat adalah konsep strategi secara umum Pemerintah Daerah dan juga dukungan pihak swasta 7

dan masyarakat, yang berfungsi sebagai background knowledge bukan sebagai grand concept/grand theory. 1.6. Keaslian Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada Strategi Pemerintah Daerah Boyolali Dalam Mensukseskan Adipura (2005-2012), sesuai konfirmasi dengan pihak pemerintah daerah dalam hal ini Instansi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali, bahwa judul penelitian ini, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumya di Kota Boyolali (Lokus). Bahwa terkait program adipura, dalam penelitian Herry Frianady 2007 dengan judul Pengelolaan Kota yang Bermasalah Studi Kasus Kota Banjarmasin, telah melakukan penelitian pada fokus mengidentifikasi faktorfaktor yang menyebabkan Kota Banjarmasin menyandang predikat kota terkotor berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2006, yang sebelumnya Kota Banjarmasin merupakan Kota yang bersih dan pernah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan fokus Strategi Pemerintah Daerah Boyolali dalam mensukseskan Program Adipura (2005-2012) yang subjektivitas dan orisinalitasnya ini dapat dipertanggungjawabkan. 8