Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas dan oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch) M.Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Dinamika serangan hama kumbang bubuk pada varietas dan diamati pada 300 gr sample dengan 3 ulangan untuk melihat reaksi kedua varietas terhadap tekanan serangga. Data tentang indikator mutu benih dari kedua varietas tersebut diatas diamati antara lain ; panjang akar, panjang tunas, berat kering kecambah, persentase kekerasan biji (sebelum diremdam aquades dan sesudah direndam), persentase daya tumbuh (hari, 3, 4 dan 5), persentase kadar air, uji daya kecambah (normal kuat, normal lemah dan abnormal), dan persentase biji sehat, demikian pula data reaksinya terhadap infestasi hama kumbang bubuk (Sitophilus zeamasi Motsch) juga diamati. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum terdapat perbedaan nilai dan besaran dari pengukuran variabel pengamatan pada kedua varietas yang diuji, akan tetapi nilai tersebut tidak menunjukkan adanya variasi yang besar dan mencolok. Disatu sisi variable pengamatan tercatat nilai nampak lebih tinggi akan tetapi pada variable lain justru yang lebih tinggi. Kata kunci : dan, reaksi varietas, hama bubuk Pendahuluan Jagung di Indonesia termasuk salah satu serealia penting yang digunakan sebagai bahan pangan dan pakan dan merupakan salah satu komoditas ekspor non migas. Sebagai bahan pangan, komoditas jagung ini umumnya disimpan dalam bentuk biji pipilan, sedikit sekali yang disimpan dalam bentuk klobot. Kadar air basis kering biji antara 11-13 %, biji jagung masih sangat rentan terhadap infestasi serangga hama gudang (Anonim. 1988, Bedjo. 1993, FAO. 1977) melaporkan bahwa kehilangan hasil oleh infestasi hama gudang dalam proses penyimpanan bervariasi antara 9,6-20,2 % (Dobbie, P. 1974; Sudjak Saenong. 1997; Rejesus, B.M, and P.A. Javier. 1980) Beberapa jenis hama yang merusak pada proses penyimpanan antara lain Sitophilus zeamais, S. Oryzae, Tribolium castebeneum, Rhyzopherta dominica, Oryzaephilus surinamensis, Sitotroga cerealella, Ephestiia cautella dan Corcyra cephalonica (Erliana. 1991; ICRI- SAT. 1988). Hama-hama tersebut menyerang beberapa komoditi pertanian seperti beras, sorgum, gandum, kedelai, kacang hijau dan jagung. Akan tetapi pada komoditas jagung, Sitophilus zeamais merupakan hama utama dan yang paling dominant menimbulkan kerusakan (Rejesus, B.M. 1981; Ryoo, M.I. and H.Q. Cho. 1992;). Sebagai hama utama, hama ini bahkan dapat menyerang tanaman jagung sejak tanaman masih berada di lapangan. Ini terjadi pada varietas-varietas yang mempunyai karakter penutupan klobot yang kurang sempurna sehingga mudah bagi serangga untuk melakukan penetrasi ke dalam biji (Bedjo. 1992; Oman, S., Masmawati, dan D. Baco. 1996a ; Oman, S. dan M. Hamdani. 1996b). 368
Oleh karena serangga ini memegang peranan penting dalam proses produksi yang secara signifikan dapat menurunkan baik kuantitas maupun kualitas biji maka langkahlangkah penanganannya diarahkan kepada pembentukan galur/famili yang tahan, melakukan upaya penyaringan galur/famili hasil rekayasa teknologi baik dalam dan luar negeri, uji heribilitas ketahanan genotipe, studi kehilangan hasil, studi pola makan, pengujian preferensi terhadap sumber makanan dan kajian-kajian lain yang diharapkan menghasilkan masukan-masukan teknologi dan penanganan hama gudang. Bahan dan Metode Bahan metoda yang digunakan adaah sebagai berikut: Uji Daya Kecambah. Uji daya dilakukan dengan meletakkan 50 biji benih jagung pada selembar kertas koran yang terlebih dahulu dibasahi air dan dilapisi plastic dibawahnya dalam 3 ulangan dan kemudian diletakkan dalam germinator. Setelah benih uji tumbuh, maka dilakukan pengamatan terhadap benih yang tumbuh normal kuat, normal lemah dan biji abnormal. Daya Tumbuh. terhadap persentase daya tumbuh hampir sama dengan metoda uji daya kecambah, yakni dilakukukan dengan menanam sebanyak 50 biji pada kertas Koran. terhadap daya tumbuh benih uji dilakukan selama 3 hari yakni hari ke 3, 4 dan 5 setelah penanaman. Uji Kekerasan Biji. Uji kekerasan biji dilakukan yakni dengan mengambil secara random 25 biji sehat, kemudian dipisahkan yang keras dan yang tidak keras dengan 3 ulangan. Pada perlakuan lain yakni 25 biji benih uji direndam dalam 100 ml air aquades, kemudian dibersihkan dari kotoran robekan Koran dan didiamkan selam 24 jam, kemudian pada kedua cara tersebut diatas dihitung tingkat kekerasan bijinya dan juga dilakukan daya hantar listrik dengan alat konduktivimeter. Kadar Air. kadar air dilakukan menggunakan grain moisture tester Kett PM-400. Sebanyak 1 gelas biji jagung yang diambil secara acak dan dimasukkan pada alat pengukur. Baca nilai pengukuran yang tertera pada pada tombol average dan lakukan sebanyak 2 kali. Berat Kering Kecambah. berat kering kecambah dilakukan dengan mengambil kecambah yang telah dipanen kemudian dicuci bersih, lalu dimasukkan dalam oven selama 3 x 24 jam dengan suhu 60 0 C untuk selanjut ditimbang beratnya. Panjang Akar. panjang akar dilakukan dengan cara mengecambahkan biji benih uji sebanyak 10 biji kemudian diukur panjang akarnya, dilakukan dengan mengulang 2 kali. Panjang Tunas. panjang tunas metodanya mirip dengan pengukuran panjang akar yakni dengan mengukur 10 kecambah tanaman lalu diukur panjang tunasnya. Mutu Fisik dan Serangan. mutu fisik dilakukan dengan mengambil 100 g biji benih yang diuji kemudian dihitung biji yang rusak fisik dan sehat fisik, sedangkan untuk pengamatan serangan hama kumbang bubuk, diambil 300 g benih uji lalu diamati presentase biji terserang dan biji yang tidak terserang (utuh). 369
Hasil dan Pembahasan Hasil pengamatan daya kecambah nampak bahwa nilai NK dan Nl untuk lebih besar dari pada, kecuali pada pengamatan kecambah abnormal dimana menunjukkan angka yang lebih besar (Tabel 1). Tabel 1. Persentase daya kecambah pada jagung varietas dan daya kecambah Kecambah nor mal kuat (NK) Kecambah normal lemah (NL) Kecambah abnor- 30.33 5.00 13.00 35.33 8.00 5.66 Hasil pengamatan persentase daya tumbuh benih uji nampak bahwa persentase daya tumbuh hari ke 3 dan 4 untuk varietas nampak lebih besar dari, tetapi pada hari ke 5 kedua varietas menunjukkan nilai yang sama (Tabel 2). Hasil pengamatan uji kekerasan biji nampak bahwa pada pengukuran sebelum direndam air nilai lebih tinggi dari, sebaliknya pada pengukuran setelah direndam nilai lebih tinggi dari (Tabel 3). Hasil pengamatan kadar air, berat kering kecambah, panjang akar dan panjang tunas nampak nilai pengukuran dari kedua varietas yang diuji relatif hampir sama (Tabel 4). Tabel 3. Pengukuran uji kekerasan biji sebelum dan sesudah direndam air kekerasan biji Uji kekerasan biji (sebelum direndan) Uji kekerasan biji (setelah di- 6.88 145.26 7.10 141.20 Tabel 4. Persentase kadar air, berat kering kecambah, panjang akar dan panjang tunas Tabel 2. Persentase daya tumbuh hari ke 3, 4 dan 5 daya tumbuh (%) hari ke 3 (%) hari ke 4 37.60 44.30 46.60 31.00 42.60 46.60 beberapa variabel Kadar (%) Berat kering kecambah Panjang (cm) akar Panjang tunas (cm) 12.76 12.13 10.80 3.10 12.66 12.80 8.42 3.27 370
Hasil pengamatan kerusakan mutu fisik benih dan kerusakan akibat serangan hama kumbang bubuk nampak bahwa persentase kerusakan yang tercatat varietas menunjukkan nilai yang lebih besar dari, sebaliknya pada pengamatan mutu fisik biji sehat dan persentase biji utuh yang tidak terserang hama, nilai varietas lebih besar dari (Tabel 5). Tabel 5. Persentase biji sehat, biji rusak, biji terserang dan biji utuh mutu fisik dan serangan hama kumbang bubuk Mutu Fisik : Biji Rusak (%) Biji Sehat (%) Serangan Hama: Biji Terserang (%) Kesimpulan 1.63 98.37 1.59 Hasil pengamatan terlihat bahwa secara umum terdapat perbedaan nilai dan besaran dari pengukuran variable pengamatan pada kedua varietas yang diuji, akan tetapi nilai tersebut tidak menunjukkan adanya variasi yang besar dan mencolok 7.84 92.16 8.41 Daftar Pustaka Anonim. 1988. Kordinasi Program Penelitian Nasional Jagung. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Bedjo. 1992. Pengaruh kadar air awal biji jagung terhadap laju infestasi kumbang bubuk. Dalam Astanto et al. (ed). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang Tahun 1991. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. P.294-298. Bedjo. 1993. Pengaruh pengapasan kayu Albizzia terhadap infestasi hama gudang Sitophilus sp. pada penyimpanan jagung. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan Malang. Dobbie, P. 1974. The laboratory assesment of the inherent susceptibility of maize varieties to post harvest infection by Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera : Curculionidae). Journal Stored Product Research. Vol.10:183-197. Pergamon Press Erliana. 1991. Pengaruh bahan nabati, arang, dan abu dapur terhadap kerusakan biji jagung dalam penyimpanan. Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang. Balittan Malang. FAO. 1977. Analysis of an FAO survey of post harvest crop losses in developing countries (AGPP : MISC/227). Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. ICRISAT. 1988. Annual Report. Oman, S., Masmawati, dan D. Baco. 1996a. Heritabilitas ketahanan genotipe terhadap hama bubuk Sitophilus zeamais. Hasil -hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman Tahun 1995/96. Badan Litbang Pertanian. Balitjas Maros. P-21-27. 371
Oman, S. dan M. Hamdani. 1996b. Pembentukan galur/famili untuk penyaringan ketahanan jagung terhadap hama kumbang Sitophilus zeamais. Hasil-hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman Tahun 1995/96. Badan Litbang Pertanian. Balitjas Maros. P.7-14. Rejesus, B.M, and P.A. Javier. 1980. Laboratory assesment of damage caused by Sitophilus spp. and Rhizoperta dominica in stored grain. In Sorghum and millets abstract C.A.B. April 1982. Vol.7, No.1. Abstract 1-2. Rejesus, B.M. 1981. Stored product pest problems and research needs in the Philippines. Proceeding of Biotrop Symposium on Pest of Stored Procuct. Bogor. Pp.47-63. Ryoo, M.I. and H.Q. Cho. 1992. Feeding and oviposition preference and demography of rice weevil (Coleroptera : Curculionidae) Reared on mixtures of brown, polished and rought rice, Environ. Entomol. 21:549-555. Sudjak Saenong. 1997. Pengaruh perbedaan padat populasi terhadap tingkat kerusakan benih jagung di laboratroium. Kumpulan Seminar Mingguan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia. 372