BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB V PEMBAHASAN. penelitian yang didapatkan, keterbatasan penelitian yang telah dilakukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

KERANGKA ACUAN CLINICAL PREVILEGE KEPERAWATAN RS. TMC TASIKMALAYA I. PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAERAH BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

KEBERFUNGSIAN SOSIAL (INDIVIDU-KELOMPOK- KOMUNITAS) NELSON ARITONANG STKS BANDUNG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

2016, No menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana; Mengingat

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

b. Tantangan Eksternal 1) Kelembagaan : Dukungan sektor lain terhadap bidang kesehatan masih belum optimal karena masih ada anggapan bahwa

Post Conflict Need Assessment (PCNA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. gambaran pengalaman psikososial remaja yang tinggal di panti asuhan.

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab VII merupakan penutup yang menguraikan kesimpulan merekondendasikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB IV PENUTUP. awal penulisan ini. Adapun kesimpulan tersebut sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR: 120/674/2016 T E N T A N G

BAB III PENYAJIAN DATA. lokasi penelitian, yaitu di YOGA ATMA CONSULTING PEKANBARU. Counsulting Pekanbaru, penulis mendapatkan informasi bahwasanya :

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 82 / HUK / 2006 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. keluarga telah mencapai resiliensi sebagaimana dilihat dari proses sejak

BAB III METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GRAND THEORY BETTY NEUMAN. KLP II Ayu Lestari Rasdin Suarni Tutik Agustini Mardin Paridah Lairing Andan Firmansyah

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DI PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

PANDUAN PENGAJUAN PROPOSAL HIBAH RISET MONITORING DAN EVALUASI

Transkripsi:

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Dampak psikososial yang dialami oleh masyarakat korban bencana lumpur Lapindo di desa Pajarakan disimpulkan dengan mengacu pada tujuan khusus dan tema-tema yang ditemukan sebagai berikut: 1. Dampak psikologis yang dialami masyarakat korban meliputi adanya perubahan emosi, perubahan kognitif, dan mekanisme koping yang digunakan dalam menghadapi bencana Lumpur Lapindo. a. Perubahan emosi yang terjadi adalah adanya gejala depresi, kecemasan, marah, dan harga diri rendah. b. Perubahan kognitif berupa penurunan daya fakir dan gangguan fungsi indra penciuman akibat bau Lumpur c. Mekanisme koping yang digunakan ada yang adaptif maupun maladapatif. Mekanisme koping adapatif yang teridentifikasi antara lain pengalihan, peningkatan spiritualitas, represi, dan minta bauntuan kepada saudara. Sedangkan mekanisme maladapatif seperti demonstrasi terus, displacement, dan membuntu (memblokir) jalanan. Setiap ada bencana, masyarakat korban mengalami dampak psikologis seperti perubahan emosi dan perubahan kognitif. Dampak psikologis ini dipengaruhi oleh durasi terjadinya bencana, kualitas dan kuantitas kehilangan yang dialami, dan faktor internal individu korban dalam menggunakan mekanisme koping yang digunakan serta dukungan sosial yang ada. 180

181 2. Dampak sosial yang terjadi dimasyarakat desa Pajarakan antara lain adanya perubahan fungsi keluarga, perubahan hubungan social masyarakat, resiko gangguan perkembangan anak dan remaja, penurunan aktifitas spiritual, kehilangan mata pencaharian, dan dukungan social yang ada. a. Perubahan fungsi keluarga yang terjadi adalah adanya gangguan fungsi sosial keluarga dan fungsi ekonomi keluarga. Fungsi sosial terganggu karena banyak anggota masyarakat yang pindah sehingga posisi mereka terpisah-pisah dan terjadinya disharmoni keluarga akibat adanya bencana lumpur Lapindo. Sementara fungsi ekonomi terganggu karena ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan pendidikan anak akibat hilangnya mata pencaharian orang tua serta belum mampunya memenuhi kebutuhan papan (tempat tinggal baru). b. Hubungan sosial masyarakat juga mengalami perubahan dalam bentuk melemahnya solidaritas dan kepedulian sosial masyarakat c. Perkembangan anak dan remaja beresiko mengalami gangguan perkembangan karena bencana yang berlangsung lama dan belum adanya kepastian tempat tinggal serta aktifitas positif yang bisa dilakukan para remaja. d. Perubahan hubungan sosial masyarakat juga terjadi karena terjadinya penurunan aktifitas spiritual dan hilangnya mata pencaharian. e. Dalam kondisi perubahan sosial masyarakat ini dukungan social yang didapatkan dari masyarakat umumnya berasal dari keluarga (Istri/suami), tokoh masyarakat dan tokoh agama. Dampak sosial yang terjadi pada masyarakat korban bencana merupakan kerugian modal sosial yang dialami masyarakat korban khususnya dapat

182 disebabkan oleh adanya perubahan emosi atau sebaliknya. Untuk mencegah terjadinya efek yang lebih serius perlu dilakukan intervensi psikososial dan penguatan sistem dukungan baik berasal dari keluarga, lingkungan sosial maupun kebijakan. 3. Harapan masyarakat korban lumpur Lapindo terhadap penyelesaian masalah bencana yang mereka alami selama ini ditujukan kepada pemerintah dan kepada PT Lapindo a. Kepada pemerintah, masyarakat korban berharap agar ada ketegasan dari pemerintah mengenai pembayaran ganti rugi tahap II (80%) secepatnya tanpa harus menunggu PT Lapindo melunasi uang ganti rugi di daerah bencana sebagaimana isi Kepres N0 48 tahun 2008. Disamping itu masyarakat juga berharap agar mereka diperhatikan kondisi dan kebutuhan hidupnya selama sisa ganti rugi tahap II belum dibayarkan. b. Kepada PT Lapindo, masyarakat berharap agar peduli kepada nasib masyarakat korban yang saat ini kehilangan pekerjaan dan tidak mempunyai penghasilan, sehingga berharap bisa di libatkan sebagai tenaga kerja dalam proyak yang dilakukan Lapindo misalnya dalam pembangunan tanggul di wilayah daerah bencana. Harapan masyarakat untuk terselesaikanya masalah akibat bencana lumpur Lapindo merupakan hak masyarakat korban untuk mendapatkan kehidupan layak dan sejahtera sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945. Dengan demikian harapan masyarakat korban semestinya dapat dan harus direalisasikan sebagai perwujudan dari pelaksanaan UUD 1945 dan deklarasi PBB tentang hak asasi manusia.

183 4. Kebutuhan masyarakat tentang layanan kesehatan meliputi kebutuhan layanan kesehatan fisik, dan kebutuhan layanan kesehatan psikososial. a. Layanan kesehatan fisik dibutuhkan masyarakat korban mengingat kondisi di desa Pajarkan sudah dirasa mengganggu kesehatan warga misalnya bau lumpu yang menyengat sehingga pernafasan mereka terganggu. Disamping itu juga ketersediaan bersih tidak ada karean air sumur yang mereka pakai selama ini sudah berubah warna dan tersa gatal apabila mengenai kulit. b. Layanan kesehatan jiwa juga mereka butuhkan terutama bagi anak-anak. Bentuk layanan kesehatan jiwa ini misalnya penyuluhan, pengukuran status derajat kesehatan jiwa, dan cara menghadapi menghadapi anakanak agar tetap sehat dan belajar dengan baik. Layanan kesehatan jiwa ini juga perlu dilakukan untuk persiapan masyarakat korban menempati tempat tinggal baru setelah ada pembayaran tahap II. Kebutuhan masyarakat korban akan layanan kesehatan baik layanan kesehatan fisi maupun psikososial merupakan kebutuhan yang umum dibutuhkan oleh masyarakat paska mengalami korban. Hal ini mestinya menjadi prosedur tetap bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat korban bencana. 5. Penelitian ini menghasilkan sembilan tema inti yang mengacu pada tujuan khusus penelitian dan dua tema tambahan. Dua tema tambahan tersebut adalah resiko dan gangguan perkembangan pada anak dan remaja; dan tema distres spiritual.

184 B. SARAN 1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan a. Mengembangkan pengajaran tentang masalah kesehatan jiwa masyarakat terutama bagi masyarakat yang sedang atau pasca mengalami bencana b. Menjadikan wilayah masyarakat yang sedang atau pasca mengalami bencana sebagai wilayah praktik keperawatan kesehatan jiwa c. Bekerjasama dengan intansi pelayana dan organisasi profesi dalam penyusunan standar asuhan keperawatan pada klien korban bencana d. Bekerja sama dengan organisasi profesi (PPNI) dalam penyusunan kurikulum khususnya topik penanganan masalah kesehatan jiwa pasca bencana sesuai kompetensi setiap tingkatan pendidikan keperawatan e. Mengadakan seminar, workshop, atau pelatihan tentang pemberian asuhan keperawatan kepada masyarakat korban bencana terutama masalah psikososial 2. Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas a. Pengembangan instrumen pengkajian dan intervensi kepada masyarakat pasca bencana untuk menghindari atau mengurangi perubahan psikologis dan sosial yang terjadi. b. Melakukan pengkajian kebutuhan masyarakat korban bencana c. Menyusun standart asuhan keperawatan pada klien korban bencana, baik pada klien individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat d. Membentuk struktur dan bagian/bidang khusus yang bertanggung jawab dalam memberikan pertolongan pelayanan kesehatan bagi masyarakat bencana

185 e. Kerjasama perawat spesialis jiwa dengan lintas sektor sebagai upaya untuk menjaga kestabilan emosi dan social melalui kegiatan kesehatan jiwa masyarakat dalam bentuk pendidikan kesehatan jiwa kepada semua elemen masyarakat melalui peran majelis taklim, kegiatan kepemudaan, atau kegiatan sosial lainnya. Bila diperlukan perawat spesialis jiwa juga dapat melakukan terapi spesialis seperti terapi suportif, Self Help Group (SHG) atau terapi lain. 3. Bagi Organisasi Profesi (PPNI) a. Membuat regulasi yang jelas, legal dan dapat diterima oleh semua pihak berdasarkan standar kompetensi yang dimiliki perawat termasuk kompetensi perawat bencana b. Mempunyai system remunarasi yang bisa diketahui dan diterapkan oleh semua institusi pendidikan dan instansi pelayanan keperawatan c. Memberikan perlindungan hukum kepada perawat bencana d. Menggerakkan dan menginstruksikan semua elemen keperawatan untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat korban bencana 4. Bagi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo a. Memberikan perhatian khusus kepada masyarakat korban bencana Lumpur Lapindo agar tidak terjadi masalah kesehatan yang serius, baik masalah kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa, seperti pelayanan pengobatan gratis, konsultasi kesehatan, rekreasi terutama bagi anak-anak korban

186 b. Memberikan dukungan profesi keperawatan dengan cara melibatkan dan memberi kewenangan untuk memberikan layanan keperawatan kesehatan jiwa c. Mengalokasikan anggaran pelayanan kesehatan khususnya masyarakat korban lumpur Lapindo melalui APBD untuk pengembangan program kesehatan jiwa d. Menginformasikan, mengusulkan dan memperjuangkan dengan sunguhsunguh mengenai pembayaran sisa ganti rugi tahap II e. Meningkatkan keterampilan tenaga keperawatan agar mampu menerapkan terapi individu, terapi keluarga, terpai kelompok dan terapi komunitas bagi masyarakat korban melalui pendidikan dan pelatihan khusus penanganan masyarakat bencana secara berkala dan merata. 5. Bagi Penelitian Keperawatan a. Penelitian dampak psikososial masyarakat korban setelah menempati tempat tinggal baru (relokasi). b. Penelitian tentang dampak psikososial bagi anak-anak c. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan psikososial masyarakat korban d. Penelitian dengan menggunakan pendekatan lain, misalnya etnografi, grounded theory, riset tindakan, atau dengan menggunakan desain kuantitatif e. Mempublikasikan hasil penelitian kepada Institusi pendidikan, pelayanan, organisasi profesi maupun Institusi pemerintah