OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 BAHAN DAN METODE

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

ABSTRAK. Kata kunci: Brachionus plicatilis, Nannochloropsis sp., salinitas, nitrogen, stres lingkungan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

Pengaruh Penggunaan Madu Untuk Pengkayaan Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Rotifera (Brachionus plicatilis)

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades,

PERTUMBUHAN Diaphanasoma sp. YANG DIBERI PAKAN Nannochloropsis sp. Sri Susilowati 12 ABSTRAK

Pemberian Mikroalga Terhadap Pertambahan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Skala Laboratorium Di BBPBL Lampung

I. PENDAHULUAN. Pakan utama bagi larva ikan yaitu pakan alami. Pakan alami, seperti

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

PENDAHULUAN. Untuk mendukung usaha tersebut dibutuhkan Balai Benih Ikan. ikan. Ketika usaha pemeliharaan atau pembesaran berkembang dibutuhkan bibit

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

BAB 3 BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

I. PENDAHULUAN. Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan.

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp. (Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp.

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi, contohnya pada pembenihan ikan Kerapu Macan (Epinephelus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

I. PENDAHULUAN. air tawar, payau, dan perikanan laut, dapat dilihat dari semakin banyaknya

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

Kultur Nannochloropsis

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Daphnia magna

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Brachionus plicatilis menurut Edmonson (1963) adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembenihan pakan alami telah terbukti baik untuk larva.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

VIABILITAS ROTIFER Brachionus rotundiformis STRAIN MERAS PADA SUHU DAN SALINITAS BERBEDA

Studi Kultur Semi-Massal Mikroalga Chlorella sp Pada Area Tambak Dengan Media Air Payau (Di Desa Rayunggumuk, Kec. Glagah, Kab.

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

The effect of urea manuring addition with different doses on the abundance of density Nannochloropsis sp.

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KEPADATAN ROTIFER Oleh :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

Pengaruh Pemberian Kompos Sampah Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Chlorella vulgaris Pada Skala Laboratorium

BAB III BAHAN DAN METODE

PENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFERA (Brachionus plicatilis) SESUDAH DIBERIKAN PENAMBAHAN MAKANAN PADA MEDIA PERLAKUAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

PRODUKSI BIOMASSA Spirulina sp. DENGAN VARIASI KONSENTRASI CO2 DAN FOTOPERIODE. Okta Nugraha 1) dan Elida Purba 1)

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP Artemia sp. DENGAN PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April

PENGGUNAAN JENIS PAKAN BERBEDA PADA KULTUR ROTIFER (Brachionus rotundiformis)

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS Artemia sp DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO. Abstrak

Transkripsi:

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp) Andi Khaeriyah Program Studi Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Makassar Email : andi_khaeriyah@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan optimasi pemberian kombinasi fitoplankton dan ragi dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan rotifera. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2013 di Balai Budidaya Air Payau Takalar, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan dan satu kontrol. Masing masing perlakuan diulang tiga kali sehingga jumlah satuan percobaan sebanyak 12 unit. sebagai berikut: Perlakuan A : Kontrol (tanpa pengkayaan) Perlakuan B : 14 x 10 6 individu/ml + ragi 10 gram Perlakuan C : 15 x 10 6 individu/ml + ragi 10 gram. Perlakuan D : 16 x 10 6 individu /ml + ragi 10 gram. Hasil penelitian menunjukkan Pemberian kombinasi pakan fitoplankton dan ragi dengan dosis yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan Branchionus plicatilis. Pertumbuhan relatif Branchionus plicatilis yang terbaik diperoleh pada perlakuan C (pemberian fitoplankton 5 x 10 6 + ragi 10 gr) 118,43%. Kata kunci: Fitoplankton, ragi, pertumbuhan, rotifera PENDAHULUAN Pada saat ini budidaya perikanan, baik finfish maupun non finfish berkembang sangat pesat seiring dengan jumlah permintaan yang semakin besar karena minat konsumen yang terus bertambah. Usaha budidaya ini tidak terlepas dari kegiatan pembenihan sebagai penyedia benih. Penyediaan benih secara kuantitas dan kualitas serta berkesinambungan harus diperhatikan dengan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya adalah pakan. Pada tahap awal tumbuh kembang larva, ketersediaan pakan mutlak sangat diperlukan terutama pakan hidup. Pakan hidup merupakan sumber nutrisi yang baik bagi larva karena mengandung asam lemak essensial dan berperan dalam menjaga kualitas air sehingga belum dapat digantikan oleh pakan buatan. Jenis pakan hidup yang dapat diberikan pada larva mempunyai kriteria penting yang harus dipenuhi, yaitu ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva, pergerakannya tidak terlalu cepat dan mengapung sepanjang waktu, mengandung nilai nutrisi tinggi, mudah dicerna dan diserap oleh pencernaan larva, cepat perkembangbiakannya dan mudah dikultur secara massal serta dapat diproduksi dengan biaya murah (Satyantini dan Sunaryanto, 1989 dalam M. Thariq, dkk, 2002). Kriteria tersebut banyak dimiliki oleh Rotifera (Brachionus sp.) Produksi rotifera secara kuantitas dan kualitas serta berkesinambungan perlu terus ditingkatkan dengan memberikan kombinasi pakan dan suplemen yang dibutuhkan guna melengkapi kandungan nutrisi dan mempercepat tingkat pertumbuhan, sehingga dapat menghasilkan produksi benih yang tinggi dan berkualitas serta tahan terhadap serangan penyakit. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat optimasi pemberian 14

kombinasi fitoplankton dan ragi dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan Rotifera Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah agar tersedianya rotifera (Brachionus sp) pada skala massal secara kuantitas dan kualitas yang berkesinambungan dan tepat waktu sebagai pakan awal larva. MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2013 di Balai Budidaya Air Payau Takalar, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan. Wadah Penelitian Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember bervolume 30 liter sebanyak 12 buah setiap wadah diisi air 20 liter. Air Media Air media yang digunakan yaitu air laut dengan salinitas 31 ppt, ini didasarkan pada pernyataan Lavens dan Sargeloos (1996) bahwa salinitas optimum untuk pertumbuhan Branchionus plicatilis berada pada kisaran dibawah 35 ppt. Hewan Uji Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Branchionus plicatilis. Hewan uji tersebut diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar. Kepadatan awal Rotifer yang digunakan adalah 15 ind/ml. Prosedur Penelitian Setiap ember diisi air laut yang telah disucihamakan sebanyak 20 liter untuk setiap wadah, kemudian ditebari bibit Branchionus plicatilis dengan kepadatan 15 ind/ml. Pemberian pakan Nannocloropsis disesuaikan dengan perlakuan. Pemberian ragi dilakukan dengan cara menakar/menimbang terlebih dahulu volume ragi yang akan diberikan, kemudian ragi tersebut dicampur dengan air laut, diaduk, dan dibiarkan selama kurang lebih 5 menit. Selama penelitian berlangsung setiap ember diberi aerasi, fungsinya adalah untuk pemerataan penyebaran pakan agar tidak mengendap dan juga sebagai sumber oksigen, setiap hari dilakukan perhitungan terhadap kepadatan fitoplankton selanjutnya ditambahkan kembali fitoplankton sesuai dengan densitas awal. Perkembangan populasi Branchionus plicatilis diamati setaip hari, selama tujuh hari dengan teknik sampling. Densitas B. plicatilis dihitung dibawah mikroskop dengan menggunakan sedgwich rafter counting chamber sedangkan kepatan pakan uji dihitung dengan menggunakan haemocytometer dan alat bantu hitung hand tally counter. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan dan satu kontrol. Masing masing perlakuan diulang tiga kali sehingga jumlah satuan percobaan sebanyak 12 unit. yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Perlakuan A : Kontrol (tanpa pengkayaan) Perlakuan B : 14 x 10 6 individu/ml + ragi 10 gram Perlakuan C : 15 x 10 6 individu/ml + ragi 10 gram Perlakuan D : 16 x 10 6 individu/ml + ragi 10 gram Penempatan unit percobaan dilakukan secara acak untuk memperkecil bias penelitian 15

sesuai pendapat Hanafia (2000), dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Analisis Data Data yang diperoleh berupa pertumbuhan Rotifera branchionus sp. Dianalisis sidik ragam atau dengan menggunakan Uji F pada Rancangan Acak Lengkap. Jika hasil menunujukkan pengaruh dari perbedaan dosis perlakuan terhadap pertumbuhan Rotifera branchionus sp., maka dilanjutkan lagi dengan uji Beda Nyata terkecil Gambar 1. Penempatan unit percobaan setelah diacak Pengamatan Peubah Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan populasi Branchionus plicatilis dilakukan pengukuran pertambahan populasi dengan menggunakan rumus Cushing (1968 dalam Yusuf, 1994) sebagai berikut; Keterangan: t N : Pertumbuhan relatif (Pertumbuhan populasi) N 0 : Jumlah populasi awal N t : Jumlah populasi pada waktu t Sebagai data penunjang pada penelitian ini dilakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air. Adapun alat dan cara serta waktu pengukuran kulaitas air tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan Cara Serta Waktu Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian. Peubah Alat dan Cara Waktu Pengukuran Suhu ( 0 C) Salinitas ph DO Thermometer batang Hand refractometer Tes kit/ ph Scan DO meter Siang dan malam 1 x sehari 1 x sehari 1 x sehari (BNT). HASIL DAN PEMBAHASAN P6tertumbuhan Relatif Rotifera Branchionus plicatilis Pertumbuhan populasi Branchionus plicatilis pada masing-masing perlakuan dan ulangan selama penelitian disajikan pada tabel 2, yang menunjukkan bahwa jumlah populasi pada semua perlakuan terus bertambah sejalan dengan waktu pemeliharaan sampai mencapai puncak pada akhir penelitian untuk semua perlakuan pada hari ketujuh. Tabel 2. Rata-rata Pertumbuhan B. plicatilis (ind/ml) Setiap Perlakuan Selama penelitian. Hari PERLAKUAN A B C D 1 15.00 15.00 15.00 15.00 2 17,00 20,67 26,00 25,33 3 18,67 28,00 35,67 31,33 4 22,33 40,00 46,00 39,33 5 26,00 68,67 85,00 72,67 6 33,33 144,67 166,67 94,67 7 42,33 254,33 314,67 216,33 Nilai rata-rata pertumbuhan relatif (%) populasi B. plicatilis selama penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan relatif tertinggi pada perlakuan C (pemberian 16

fitoplankton 15 x 10 6 sel/ml + ragi 10 gr), disusul perlakuan B (pemberian fitoplankton 14 x 10 6 sel/ml + ragi 10 gr), kemudian perlakuan D (pemberian fitoplankton 16 x 10 6 sel/ml + ragi 10 gr) dan terendah perlakuan A ( pemberian fitoplankton 20 x 10 6 sel/ml). Hasil analisis sidik ragam rata-rata pertumbuhan relatif (%) populasi Branchionus plicatilis (ind/ml) selama penelitian (Lampiran 3), menunjukkan bahwa semua perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan relatif populasi B. plicatilis. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa pertumbuhan relatif pada perlakuan C (pemberian fitoplankton 15 x 10 6 sel/ml + ragi 10 gr) berbeda sangat nyata dengan perlakuan B (pemberian fitoplankton 14 x 10 6 sel/ml + ragi 10 gr), dan perlakuan D (pemberian fitoplankton 16 x 10 6 sel/ml + ragi 10 gr), serta perlakuan A (pemberian fitoplankton 20 x 10 6 sel/ml), sedangkan perlakuan D (pemberian fitoplankton 16 x 10 6 + ragi 10 gr) berbeda nyata dengan perlakuan B (pemberian fitoplankton 14 x 10 6 + ragi 10 gr) dan perlakuan C (pemberian fitoplankton 15 x 10 6 + ragi 10 gr). Hasil perhitungan pertumbuhan relatif (%) Branchionus plicatilis selama penelitian (Lampiran 1) menunjukkan bahwa pertumbuhan relatif dari semua tiap perlakuan berbeda-beda dan mengalami penurunan (setelah mencapai puncak) seiring dengan meningkatnya lama pemeliharaan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya; batas daya dukung media hidup serta ketersediaan pakan yang tidak mendukung dengan pertambahan kepadatan populasi Branchionus plicatilis, artinya pakan yang diberikan tidak bertambah sejalan dengan pertambahan populasi sehingga mengakibatkan kelaparan bagi sebahagian Branchionus plicatilis, selain itu juga disebabkan oleh adanya persaingan ruang gerak dalam media pemeliharaan yang dapat menyebabkan kematian Branchionus plicatilis. Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) menjelaskan bahwa dalam pemeliharaan Branchionus plicatilis perlu adanya penambahan pakan sejalan dengan masa pemeliharaan, agar Branchionus plicatilis tidak mengalami kelaparan. Djarijah (1995) menjelaskan bahwa Branchionus plicatilis mengalami penurunan pertumbuhan secara drastis apabila pakan sudak tidak mencukupi, oleh karena itu untuk setiap produksi B. plicatilis harus memperhatikan kebutuhan pakan yang disesuaikan dengan kepadatan B. plicatilis. Dari pengamatan diperoleh data perlakuan C (pemberian fitoplankton 15 x 10 6 ind/ml + ragi 10 gr) dengan nilai rata-rata pertumbuhan relati tertinggi dibandingkan dengan perlakuan A (tanpa pengkayaan), perlakuan B (pemberian fitoplankton 14 x 10 6 individu/ml + ragi 10 gr), dan perlakuan D (pemberian fitoplankton 16 x 10 6 + ragi 10 gr), disebabkan pemberian fitoplankton 15 x 10 6 ind/ml + ragi 10 gr) diduga sebagai dosis yang sesuai untuk pertumbuhan Branchionus plicatilis, selain itu jumlah pakan yang cukup tersedia, baik dari alga maupun ragi. Sebagaimana telah disebutkan, bahwasanya ragi dapat menjadi alternatif pakan dalam kultur Rotifera. Selain itu, kualitas nutrisinya juga diduga lebih baik, karena adanya tambahan unsur-unsur lain dari ragi yang diberikan yang baik bagi pertumbuhan Rotifera (Dikrurahman, dkk. 2006). 17

Gambar 2. Grafik pertumbuhan relatif Branchionus plicatilis pada Semua perlakuan Selama Penelitian Gambar 2, menunjukkan bahwa pencapaian pertumbuhan populasi relatif Branchionus plicatilis semua perlakuan sama yaitu pada hari ketujuh pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kontara (2001) bahwa pertumbuhan relatif Branchionus plicatilis diperoleh setelah 7-9 hari pemeliharaan, sedangkan Wirosaputro (1993) mengatakan bahwa pencapaian puncak populasi pertumbuhan relatif pada lima sampai tujuh hari dan populasi akan menurun setelah mencapai puncak populasi relatif tertinggi. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh perlakuan C (pemberian fitoplankton 15 x 10 6 sel/ml + ragi 10 gr) pertumbuhan relatif tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, disebabkan karena pada perlakuan C pakan yang diberikan sudah cukup digunakan untuk pertumbuhan B. plicatilis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Dikrurahman dkk. (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan populasi rotifera yang diberi perlakuan dengan pemberian pakan alga 15 x 10 6 + ragi + suplemen menghasilkan pertumbuhan populasinya B. plicatilis mencapai 527 ind/ml pada hari ke-9. Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor penting selama penelitian, baik buruknya kualitas air sangat mempengaruhi pertumbuhan Rotifera. Hasil pengamatan parameter kualitas air selama penelitian disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Nilai Kisaran Parameter Kualitas Air pada Setiap Perlakuan Selama penelitian Kualitas Air Parameter A B C D (Kontrol) Suhu ( 0 C) 28,0 29,0 28,0 29,5 28,0 29,0 28,0 29,5 Salinitas (ppt) 30,0 32,0 30,0 32,0 30,0 32,0 30,0 32,0 ph 7,6 8,0 7,7 8,0 7,7 8,0 7,6 8,0 18

Pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa suhu air selama penelitian berkisar dari 28,0 29,5 o C. Suhu air tersebit masih dalam kisaran yang layak bagi pertumbuhan B. plicatilis. Hal ini didasarkan pada pernyataan Hirata dan Murakoshi (1977, dalam Anonim, 1985) bahwa Branchionus plicstilis dapat hidup baik pada kisaran perairan 25 hingga 35 o C dan didukung oleh Huff dan Snell (1989), dalam Ismail, dkk. (1996), bahwa kisaran suhu untuk pertumbuhan Branchionus plicatilis berkisar pada 20 35 O C. Salinitas selama penelitian untuk semua perlakuan berkisar antara 30 32 o / oo. Hal ini berarti bahwa nilai salinitas selama penelitian cukup mendukung untuk pertumbuhan B. plicatilis, hal ini sesuai dengan pendapat Lavens dan Sargeloos (1996), bahwa salinitas optimum untuk reproduksi B. plicatilis di bawah 35 o / oo. Derajat keasaman (ph) yang diperoleh selama penelitian berkisar dari 7,6 8,0. Derajat keasaman (ph) tersebut masih layak bagi pertumbuhan B. plicatilis. Peckod (1973, dalam Ibrahim, 1992) mengatakan bahwa ph yang ideal untuk kehidupan B. plicatilis dalam perairan berkisar 6,5 9,5. Sedangkan ph optimum untuk pertumbuhan B. plicatilis berkisar dari 7,4 8,5 (Walne, 1974 dalam Yusuf, 1994). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai optimasi pemberian kombinasi pakan fitoplankton dan ragi terhadap pertumbuhan Rotifera B. plicatilis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: sangat nyata terhadap pertumbuhan B. plicatilis. 2. Pertumbuhan relatif B. plicatilis diperoleh pada perlakuan C (pemberian fitoplankton 5 x 10 6 + ragi 10 gr) 118,43%. DAFTAR PUSTAKA Adehoog. www.thealgaesource.net/chromophyta. 21 Mei 2001 Anonimous., 2001. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. BBL lampung. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Proyek Pengembangan Perekayasaan Teknologi BBL Lampung Tahun Anggaran 2002. Bandar Lampung. Fulks, W and K. L. Main., 1991. Rotifera and Microalgae Culture Systems. Proceeding of a U. S. Asia Workshop. The Oceanic Institute. Honolulu. Hawaii. 364 p Isnansetyo dan Kurniastuty., 1995. Tehnik Kultur Phytoplankon dan Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta. Kevin Fitzsimon. www.ag.arizona.edu/azaqua/ algaeclass/lecturenotes/classone.htm. 21 Mei 2001. Redjeki dan Ismail,, 1993. Mikroalga sebagai Langkah Awal Budidaya Ikan Laut. Disampaikan dalam Seminar Bioteknologi Mikroalga. Bogor. Siagian, M., 2004. Ekologi Perairan. Diktat Kuliah dan Penuntun Praktikum. Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru Sleigh, 1989 and Williams, 1991., Protista and Other Protists dalam Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. BBL lampung. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Proyek Pengembangan Perekayasaan Teknologi BBL Lampung Tahun Anggaran 2002. Bandar Lampung. 1. Pemberian kombinasi pakan fitoplankton dan ragi dengan dosis yang berbeda berpengaruh 19