BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

dokumen-dokumen yang mirip
Jenis Rokok Kandungan Rokok

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi sindrom metabolik sangat bervariasi, disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

Indikasi Pemeriksaan

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan prevalensi tiap tahunnya. Sindrom metabolik merupakan sekumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

Sri Wahyu Basuki, Anita Sari Nurdi Atmaji, Dedik Hartono, dan Sigit Widyatmoko

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik secara rutin seperti berolahraga. 2

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ditetapkan penggunaan kabin bertekanan (cabin pressured) pada pesawat

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

Tingginya Paparan Asap Rokok di Dalam Rumah pada Balita Oleh : Septian Emma Dwi Jatmika, M.Kes Muchsin Maulana, S.KM., M.PH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tembakau merupakan salah satu komuditas perkebunan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ilmu fisiologi pernapasan.

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

BAB IV PENUTUP. Disertasi ini merupakan studi tentang pengaruh perilaku merokok terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

Transkripsi:

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perokok Pasif Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan perokok, terpapar asap rokok secara tidak sadar dari perokok aktif. Sidestream Smoke (SS) adalah asap rokok sampingan hasil pembakaran rokok itu sendiri sedangkan Mainsteam Smoke (MS) adalah asap rokok utama dihembuskan kembali ke udara oleh perokok aktif. 6 Kedua keadaan ini merupakan masalah penting bagi kesehatan lingkungan terutama di Indonesia karena meningkatnya pengkonsumsi rokok. Data WHO menyatakan, Indonesia mengalami peningkatan tajam pengkonsumsi rokok dalam 30 tahun terakhir, dari 33 milyar batang per tahun pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun tahun 2000. 1,2 Prevalensi perokok aktif di kalangan orang dewasa terus meningkat dari 26.9% pada tahun 1995 menjadi 32.5% pada tahun 2001. Pria pedesaan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan rendah memiliki prevalensi perokok lebih tinggi. 1,2 Data ini didukung oleh penelitian di Liverpool, tingkat sosioekonomi rendah merupakan faktor risiko signifikan terpapar asap rokok. 15 Hasil penelitian di Jawa Barat juga menyimpulkan, tingkat pendidikan dan pendapatan rendah memiliki prevalensi perokok lebih tinggi. 16 Suatu penelitian melaporkan, lebih dari setengah anak-anak di Inggris dan Wales pada tahun 1994 terpapar asap rokok di rumah. 17 Pada tahun 4

1998, 42% anak British terpapar asap rokok setidaknya dari satu orang perokok aktif di rumah. 18 2.2. Efek Perokok Pasif pada Fungsi Paru Anak Dari berbagai hasil penelitian cross sectional dan analisis longitudinal terbukti, baik paparan asap rokok aktif maupun pasif selama masa anak akan mengganggu (mempengaruhi) fungsi paru. Dari hasil analisis 21 penelitian cross sectional tahun 1979-1997 melaporkan, terjadi pengurangan volume puncak ekspirasi pada detik pertama atau Force Expiratory Volume One second (FEV 1 ) pada 18 dari 21 penelitian. Analisis ini menyimpulkan, umumnya ibu perokok (maternal smoking) semasa hamil mungkin berkaitan dengan pengurangan fungsi paru janin secara signifikan. 19 Penelitian-penelitian lain melaporkan ada efek terpisah pada anak perokok pasif. Hasil penelitian di Turki pada 360 anak usia 9-13 tahun, bapak perokok (paternal smoking) sangat erat kaitannya dengan pengurangan kapasitas vital paksa atau Force Vital Capacity (FVC), laju ekspirasi paksa pada 25% sampai 75% kapasitas vital atau Force Expiratory Flow between 25% and 75% of FVC (FEF 25-75 ) dan laju ekspirasi puncak. Keadaan ini terjadi karena di Turki lebih banyak pria perokok dibandingkan wanita. 20 Penelitian di Cina juga meaporkan bapak yang merokok lebih dari 30 batang sehari berkaitan dengan pengurangan signifikan pada FEV 1 dan FVC pada

keturunannya. Di Cina, prevalensi pria perokok 61%, sedangkan wanita hanya sekitar 7%. 21 Penelitian internasional skala besar pada anak usia berkisar antara 6 hingga 12 tahun melaporkan, paparan asap rokok berpengaruh pada FEV 1 dan laju midekspirasi maksimal atau Maximal Mid Expiratory Flow (MMEF), pengaruh ini semakin nyata pada paparan prenatal. 22 Penelitian-penelitian lain membuktikan kontribusi perokok pasif prenatal dan postnatal pada fungsi paru anak akan terjadi terutama apabila ibu perokok semasa hamil. Penurunan fungsi paru pada usia remaja dilaporkan berkaitan dengan paparan dini dari ibu perokok pada 5 tahun pertama kehidupan anak. 23 2.3. Mekanisme Paparan Asap Rokok pada Pengurangan Fungsi Paru Asap rokok merupakan campuran kompleks antar 4700 bahan kimia, termasuk radikal bebas dan oksidan (O - 2 ) dalam konsentrasi tinggi. 24,25 Beban oksidan bertambah dalam paru akibat pelepasan Reactive Oxygen Species (ROS) dari makrofag dan neutrofil. Disatupihak peningkatan sekuestrasi neutrofil pada sirkulasi mikro paru akibat paparan asap rokok dapat meningkatkan oksidan. Dipihak lain asap rokok juga mengurangi kapasitas antioksidan di plasma berkaitan dengan penurunan protein sulfhydryl di plasma atau glutathione (GSH). Penurunan GSH ini

menyebabkan peningkatan lipid peroksidase dan transkripsi gen sitokin proinflamasi yang berperan pada obstruksi paru. 25 Banyak penelitian mengenai mekanisme efek perokok pasif dilakukan pada binatang. Penelitian pada manusia dilaporkan, terjadi peningkatan signifikan ketebalan dinding dalam saluran respiratorik pada anak meninggal tiba-tiba (sudden infant death syndrome) akibat terpapar asap rokok pasif. Tidak dijumpai perubahan pada lapisan muskular, mukosa bronkus atau epitel saluran respiratorik. Peneliti menyimpulkan, perubahan struktural ini akibat peningkatan pembentukan kolagen. 26 2.4. Uji Fungsi Paru Uji fungsi paru pada anak digunakan untuk mendeteksi disfungsi mekanik, menentukan derajat disfungsi, dan menentukan apakah jenis disfungsi obstruktif, restriktif, atau gabungan keduanya. Uji fungsi paru juga berguna untuk pemantauan proses perjalanan penyakit dan menilai efek intervensi pengobatan akut maupun jangka panjang. 11-13 Peak Flow Meter, salah satu alat yang digunakan untuk menilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) atau Peak Flow Rate (PFR) dengan satuan liter per menit, mengetahui sedini mungkin adanya penurunan fungsi paru dan penyempitan ataupun sumbatan saluran respiratorik. 27 Sampai saat ini, alat baku yang dipakai untuk mengukur APE adalah wright peak flow meter. Cara kerja alat ini berdasarkan asas mekanika,

seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. Deras arus udara diukur dengan gerakan piston yang terdorong oleh arus udara yang ditiupkan melalui pipa peniup. Piston akan mendorong jarum penunjuk (marker). Karena piston dikaitkan dengan sebuah pegas, maka setelah arus berhenti, oleh gaya tarik balik (recoil) piston tertarik ke kedudukan semula dan jarum penunjuk tertinggal pada titik tunjuk jarum penunjuk. 14 Gambar 2.1 Mekanika kerja wright peak flow meter 14 Dari beberapa penelitian dengan menggunakan spirometri, nilai APE berkorelasi erat dengan FEV 1. Pengukuran APE di rumah dengan menggunakan PFM lebih mudah dibandingkan mengukur FEV 1, sehingga pengukuran APE setiap harinya direkomendasikan secara internasional untuk penderita asma. 28 Hasil pengukuran APE dalam bentuk angka dibandingkan dengan nilai APE prediksi anak sesuai jenis kelamin, usia, tinggi badan dan dipetakan dengan sistem zona traffic light. Zona hijau bila nilai APE 80% sampai 100% dibandingkan nilai prediksi, mengindikasikan fungsi paru baik. Zona kuning

50% sampai 80%, menandakan mulai terjadi penyempitan saluran respiratori, dan zona merah 50% berarti saluran respiratorik besar telah menyempit. 29

2.5. Kerangka Konseptual Jumlah anggota keluarga yang merokok di h Lama paparan Jumlah batang rokok Tingkat sosioekonom i Anak terpapar asap tembakau Penurunan protein sulfhidryl (GSH) Lipid peroksidasi Sekuestrasi neutrofil Transkripsi gen sitokin Penurunan fungsi Gambar 2.2 Kerangka Konseptual : Yang diamati dalam penelitian