METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR BAGAN... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia

BAB III METODE PENELITIAN. pengelompokkan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODE PENELITIAN O X O

Keterangan: O : Pretes, Postes X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Dalam implementasinya di lapangan, penelitian ini menggunakan dua

BAB III METODE PENELITIAN O X O

KATA PENGANTAR. laporan pengembangan pembelajaran aktif-kooperatif menggunakan lembaran kerja

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kelomprok kontrol pretes-postes (pre-test post-test control group

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi Kuasi-Eksperimen, sehingga subjek tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Pengukuran kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pseudoeksperimen

Adapun desain yang dimaksud adalah sebagai berikut: I. Desain Penelitian untuk Kemampuan Kreatif Matematik Siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen atau eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Gagasan pemikiran penelitian yang dilakukan disampaikan pada Gambar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas Pre-test Perlakuan Pos-test Eksperimen O X O Kontrol O Y O

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini menggunakan

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46

III. METODE PENELITIAN. seluruh siswa kelas X semester genap SMAN 1 Rumbia tahun pelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek, yang di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 317 siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Nasional PP No 20 tahun 2003, permasalahan-permasalahan proses

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas. Desain pada penelitian ini berbentuk:

BAB III METODE PENELITIAN O X O

METODE PENELITIAN. terdiri dari 6 kelas jurusan manajemen (Akuntansi, Pemasaran dan Perkantoran).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma dan Metode Penelitian Mutu pendidikan sains, termasuk kimia, di Indonesia perlu terus ditingkatkan. Salah satu caranya adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa calon guru pada LPTK. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan membekali calon guru dengan kemampuan dalam bidang studi (materi subyek) dan keterampilan generik sains secara lebih baik melalui mata kuliah-mata kuliah yang mereka ikuti. Salah satu mata kuliah yang harus diberikan adalah Kinetika Kimia yang merupakan bagian dari kimia fisika. Kinetika kimia merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelajaran kimia (Tastan, Yalcinkaya, Boz, 2010). Meskipun demikian penelitian tentang mengajar dan belajar kinetika kimia masih kurang (Chairam, Somsook dan Coll, 2009; Tastan, Yalcinkaya, dan Boz, 2010). Penguasaan konsep kinetika kimia merupakan sesuatu yang dipersyaratan bagi calon guru kimia (Kemendiknas, 2007; Oklahoma State Dep. of Education, 2012). Kimia fisika, termasuk di dalamnya kinetika kimia, memiliki banyak konsep yang abstrak (Zielinski & Schwenz, 2004). Selain itu, mata kuliah kimia fisika biasanya sulit dipahami oleh mahasiswa (Alper,1999; Banerjee, 1995; Eberhart, 1995; Gerharti, 1994; Adesoji & Ibraheem, 2009). Bahkan menurut Nicoll dan Fransisco (2001) mata kuliah kimia fisika tidak hanya dianggap sulit oleh mahasiswa tetapi juga oleh para dosen. Mereka juga mengemukakan bahwa mahasiswa masuk ke kelas dengan persepsi negatif terhadap kimia fisika dan

51 harapan rendah terhadap mata kuliah dan kesuksesan mereka. Disamping itu, penelitian dan dokumentasi menunjukkan bahwa kinetika kimia dianggap sebagai konsep yang sulit bagi siswa/mahasiswa (Cakmakci & Aydogdu, 2010). KINETIKA KIMIA PEMBELAJARAN AKTIF-KOOPERATIF LKM PEMBELAJARAN KINETIKA KIMIA MENGGUNAKAN LKM MAHASISWA CALON GURU KIMIA PENGUASAAN KONSEP KINETIKA KIMIA DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS Gambar 3.1 Bagan Paradigma Penelitian Pembelajaran kinetika kimia pada LPTK masih didominasi oleh metode yang belum memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Peran dosen masih sangat besar, sehingga belum dapat membekali mahasiswa secara optimal. Untuk itu diperlukan pengembangan pembelajaran kinetika kimia yang dapat membekali mahasiswa calon guru kimia penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains. Pada penelitian

52 ini dikembangkan pembelajaran aktif-kooperatif menggunakan Lembaran Kerja Mahasiswa (LKM) yang berisi pertanyaan yang mengarahkan mahasiswa mengkonstruksi pengetahuan mereka. Pembelajaran yang dikembangkan diimplementasikan pada kinetika kimia. Kimia fisika dapat dibagi ke dalam empat bagian besar, salah satunya adalah kinetika, bagian lainnya adalah: termodinamika, kimia kuantum, mekanika statistik. Kinetika dibagi dua yaitu: kinetika fisik (physical kinetics) dan kinetika kimia (chemical kinetics atau reaction kinetics). Kinetika kimia merupakan salah satu bagian kimia yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana dan seberapa cepat reaksi berlangsung. Pembekalan kimia fisika, termasuk kinetika kimia sangat penting bagi mahasiswa calon guru kimia. Pembelajaran yang dikembangkan diharapkan selain membekali mahasiswa penguasaan konsep kinetika kimia juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan generik mahasiswa. Pembelajaran yang dikembangkan diharapkan cocok dengan latar belakang kemampuan mahasiswa yang bervariasi. Gambar 3.1 memperlihatkan bagan paradigma penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi research and development (Borg & Gall, 1983). Metode ini adalah proses yang biasa digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil penelitian pendidikan. Bagan prosedur penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.2.

53 B. Prosedur Penelitian Studi literatur - Teori yang relevan - Hasil penelitian terkait Studi Pendahuluan Studi Lapangan - Kondisi pembelajaran: Tujuan, bahan ajar, media/sumber, strategi, dan evaluasi - Kemampuan mahasiswa - Pendapat mahasiswa & dosen Perencanaan Menent. Konsep-konsep esensial Menentukan keterampilan generik Draf Desain (Bahan ajar, sumber/media, strategi, dan evaluasi) Evaluasi draf desain (pakar dan dosen kimia fisika) Uji Coba Lapangan Uji coba terbatas (desain kasar, implementasi, evaluasi, revisi) Uji coba secara luas (desain halus, implementasi, evaluasi, revisi) Implementasi Implementasi (pembelajaran, pretes, postes) Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian Pembelajaran Aktif Kooperatif Pada Kinetika Kimia untuk Meningkatkan Penguasan Konsep dan KGS Mahasiswa Langkah-langkah yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi empat tahap, yaitu: studi pendahuluan, perencanaan, uji coba lapangan, dan Implementasi.

54 Dalam studi pendahuluan dilakukan studi literatur terhadap teori-teori dan hasilpenelitian penelitian yang relevan; dan studi lapangan. Dalam tahap ini dikumpulkan data: pembelajaran kinetika kimia yang sekarang dilakukan; konsepkonsep kinetika kimia yang sulit bagi mahasiswa menurut mahasiswa calon guru kimia dan dosen kinetika kimia, serta pendapat mahasiswa dan dosen kinetika kimia. Langkah kedua yang dilakukan adalah perencanaan. Pada tahap ini dilakukan pengembangan pembelajaran kinetika kimia. Langkah ini dimulai dengan menentukan konsep-konsep esensial dalam mata kuliah kinetika kimia dan menentukan keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan dari konsepkonsep esensial tersebut. Setelah itu dilakukan: penyusunan tujuan, bahan ajar, sumber/media, pemilihan strategi, dan menentukan teknik evaluasi pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut dibuat LKM (Lampiran IV) yang berisi tugas-tugas pembelajaran aktif-kooperatif yang disusun sedemikian rupa sesuai struktur kinetika kimia. Kemudian dilakukan validasi oleh pakar dan dosen kinetika kimia Langkah ketiga adalah uji coba lapangan. Pembelajaran yang dikembangkan kemudian diuji coba pada jumlah mahasiswa terbatas sebanyak dua kali pertemuan dengan jumlah mahasiswa 10 orang dan 9 orang. Kemudian diuji coba dilanjutkan pada kelas sebenarnya dengan jumlah mahasiswa 41 orang sebanyak lima kali. Langkah terakhir adalah Implementasi pembelajaran Kimia Fisika untuk calon guru. Implementasi dilakukan dua kali. Implementasi I dilakukan untuk membandingkan pembelajaran yang dikembangkan dengan pembelajaran yang

55 biasa dilakukan oleh dosen kimia fisika pada LPTK. Implementasi II dilakukan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains pada penerapan pembelajaran yang dikembangkan. C. Lokasi dan Subyek Penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada dua LPTK negeri yang menghasilkan sarjana pendidikan kimia di Makassar dan Bandung. Subyek penelitian adalah mahasiswa program pendidikan kimia semseter IV yang sedang mengikuti mata kuliah kinetika kimia. Implementasi I dilakukan pada sebuah LPTK negeri di Makassar, sedangkan implementasi II dilakukan pada sebuah LPTK negeri di Bandung. Pada implementasi I, pembelajaran dilakukan pada semester genap pada tahun ajaran 2004-2005. Kisi-kisi Matakuliah Kinetika Kimia dapat dilihat pada Lampiran VIIA. Perkuliahan tersebut dilakukan pada topik-topik: kinetika reaksi, mekanisme reaksi, pengaruh temperatur, dan fotokimia. Implementasi I dilakukan pada dua kelas. Satu kelas diajar dengan pembelajaran aktif-kooperatif yang dikembangkan (Kelas Eksperimen) dan satu kelas diajar dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh dosen LPTK (Kelas Kontrol). Kelas Eksperimen adalah kelas A terdiri atas 39 mahasiswa sedangkan kelas eksperimen adalah kelas B yang terdiri atas 42 mahasiswa. Pembagian kelas didasarkan pada ganjil-genap NIM (Nomor Induk Mahasiswa). Mahasiswa dengan NIM ganjil dimasukkan kelas A (Kelas Eksperimen) dan mahasiswa dengan NIM genap dimasukkan kelas B. Pengukuran pendapat mahasiswa dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran, sedangkan pengukuran penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan

56 generik sains mahasiswa dilakukan hanya sesudah pembelajaran. Pada implementasi II, pembelajaran yang dikembangkan diterapkan pada satu kelas dengan jumlah mahasiswa 70 orang yang terdiri atas 56 mahasiswa angkatan 2007 (angkatan dengan semester berjalan), dan 14 orang mahasiswa angkatan 2005 dan 2006 (angkatan lama). Pembelajaran dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2008-2009. Pembelajaran dilakukan selama 12 (dua) belas kali pertemuan dengan waktu 100 menit setiap pertemuan. D. Analisis Data Ada dua jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi dan wawancara terhadap dosen dan mahasiswa. Data kualitatif akan dikelompokkelompokkan dan dilaporkan secara naratif. Data kuantitatif berupa skor penguasaan konsep kinetika kimia, keterampilan generik sains, dan pendapat mahasiswa terhadap kinetika kimia diolah secara statistik deskriptif dan infrensial. Pada implementasi I, sampel terdiri atas dua kelompok. Satu kelompok diberi pembelajaran kinetika kimia dengan pembelajaran yang dikembangkan dan kelompok lainnya diberi pembelajaran seperti biasa. Penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains kedua kelompok dibandingkan dan diuji secara statistik infrensial. Pendapat mahasiswa antara kedua kelompok juga dibandingkan, baik sebelum pembelajaran maupun sesudah pembelajaran. Jika sampel berdistribusi normal dan homogen maka akan diuji dengan uji-t dan jika tidak maka akan dilakukan uji non parametrik.

57 Pada implementasi II, uji efektifitas pembelajaran yang dikembangkan dilakukan dengan membandingkan skor postes dengan pretes penguasaan konsep kinetika kimia, keterampilan generik sains, dan pendapat mahasiswa. Selain itu juga dilakukan uji perbandingan N-Gain mahasiswa berdasarkan perbedaan angkatan, nilai KF I (nilai mata kuliah kimia fisika I), dan IPK (indek prestasi kumulatif) mahasiswa sebelum pembelajaran kinetika kimia. Uji perbandingan N-Gain mahasiswa berdasarkan angkatan dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dikembangkan cocok untuk mahasiswa angkatan yang sedang berjalan (angkatan 2007) dan angkatan lama (2005 dan 2006). Untuk mengetahui apakah ada perbedaan N-Gain penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains akibat perbedaan nilia KF I, maka mahasiswa dibagi berdasarkan nilai KF I mereka. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan Mahasiswa dikelompokkan berdasarkan N-Gain penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sain akibat perbedaan IPK, maka mahasiswa dikatagorikan berdasarkan nilai tabel 3.1. Tabel 3.1 Katagori IPK Katagori rendah sedang tinggi Rentang Nilai IPK IPK < X -SD X -SD IPK X +SD IPK > X + SD N-Gain penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains dihitung dengan rumus:

58 N Gain S S post maks S S pre pre N-Gain kemudian dikatagorikan seperti pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Katagori N-gain penguasaan konsep kinetika kimia dan keterampilan generik sains (Hake, 2002). Katagori Rentang tinggi > 0,7 sedang 0,3-0,7 rendah < 0,3 E. Pengolahan Data 1. Uji normalitas Uji normalitas skor dari kemampuan kimia fisika, keterampilan generik sains, dan pendapat mahasiswa dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov dan Shapiro Wilk (SPSS 18.0 For Windows) dengan kriteria: Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi tidak normal Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi normal (Uyanto, 2000). 2. Menguji homogenitas skor tes Uji homogenitas skor dari kemampuan kimia fisika, keterampilan generik sains, dan pendapat mahasiswa dilakukan dengan Uji Levene s menggunakan SPSS 18.0 For Windows dengan kriteria: Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, kedua distribusi memiliki penyebaran berbeda (tidak homogen)

59 Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, kedua distribusi memiliki penyebaran yang sama (homogen) 3. Menguji hipotesis dengan uji-t dan Anova Satu Jalur Untuk skor yang berdistibusi normal dan homogen maka perbandingan skor mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan uji-t. Demikian pula untuk membandingkan N-Gain penguasaan konsep dan KGS mahasiswa baru (angkatan 2007) dengan mahasiswa lama (angkatan 2005-2006). Untuk uji perbandingan N-Gain penguasaan konsep dan KGS mahasiswa berdasarkan nilai KF I dan IPK digunakan uji Anava satu arah. Uji dilakukan dengan menggunakan SPSS 18.0 For Windows (Uyanto, 2009). Kriteria pengujian: Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas 0,05, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor kelas eksperimen dengan kelas kontrol Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, rata-rata skor kelas eksperimen secara signifikan lebih besar daripada kelas kontrol Uji parametrik untuk perbandingan yang memiliki tiga variabel dilakukan dengan uji Anova satu jalur, sedangkan jika tidak memenuhi syarat dilakukan dengan uji non-parametrik ( uji Kruskal Wallis). 4. Menguji hipotesis dengan uji Mann-Whitney Untuk skor yang tidak berdistibusi normal untuk data dengan dua variabel yang independent, uji perbandingan dilakukan dengan uji Mann-Whitney pada α = 0,05 dengan Kriteria pengujian:

60 Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas 0,05, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, rata-rata skor kelas eksperimen secara signifikan lebih besar daripada kelas kontrol Uji Mann-Whitney dilakukan dengan Program SPSS 18.0 for windows (Uyanto, 2009). 5. Menguji hipotesis dengan uji Wilcoxon Untuk skor yang tidak berdistibusi normal untuk dua data berpasangan maka uji perbandingan dilakukan dengan uji Wilcoxon pada α = 0,05 dengan Kriteria pengujian: Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas 0,05, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor kelas eksperimen dengan kelas kontrol Nilai Signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, rata-rata skor kelas eksperimen secara signifikan lebih besar daripada kelas kontrol Uji Wilcoxon dilakukan dengan Program SPSS 18.0 for windows (Uyanto, 2001). F. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya Penelitian ini menggunakan 3 (dua) macam instrumen utama, yaitu: tes penguasaan konsep kinetika kimia, tes keterampilan generik sains dan angket pendapat mahasiswa mengenai pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu, juga digunakan 2 (dua) macam instrumen pelengkap, yaitu: daftar observasi (check list observation) dan pedoman wawancara (interview schedule). Semua instrumen dikembangkan sendiri oleh peneliti.

61 Uji validitas, reabilitas, indeks kesukaran dan daya beda tes penguasaan konsep kinetika kimia dapat dilihat pada Lampiran IA. Tes ini terdiri atas tes penguasaan konsep kinetika reaksi, mekanisme reaksi, pengaruh temperatur dan fotokimia. Indikator keterampilan generik sains dapat dilihat pada Lampiran IIA. Tes keterampilan generik sains yang digunakan terdiri atas: pemodelan matematika, kerangka logis, konsistensi logis dan kesimpulan logis (Lampiran IIB). Setiap item soal membutuhkan keterampilan generik sains tertentu untuk menjawabnya. Item soal dengan keterampilan generik sains tertentu yang paling dibutuhkan, digunakan sebagai alat ukur untuk menentukan besarnya keterampilan generik sains tersebut. Pemeriksaan validitas isi (content validity) telah dilakukan oleh tiga ahli pendidikan kinetika kimia. Hal ini dilakukan sebelum uji coba pada kelas yang telah mengikuti mata kuliah kinetika kimia. Soal yang validitasnya dianggap memadai untuk digunakan dalam uji coba instrumen adalah soal yang dinyatakan valid dan cukup valid oleh para validator. Soal yang telah divalidasi dilakukan cross-check dengan korealasi Product Moment Pearson. Setiap butir soal dinyatakan valid jika nilai rxy lebih besar dari nilai kritis dari r product-moment tabel pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan k-1 (Arikunto, 1999). Klasifikasi koefisien reabilitas menurut Guildford (dalam Rusefendi, 1991) dapat dilihat pada Tabel 3.3.

62 Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Reabilitas Koefisien Reabilitas Kriteria 0,00 0,19 tingkat reabilitas sangat rendah 0,20 0,39 tingkat reabilitas rendah 0,40 0,69 tingkat reabilitas sedang 0,70 0,89 :tingkat reabilitas tinggi 0,90 1,00 tingkat reabilitas sangat tinggi Penentuan daya beda butir soal dilakukan dengan cara mengurutkan skor siswa dari yang tertinggi ke terendah. Oleh karena jumlah mahasiswa kurang dari 100 orang, maka dibagi dua sama besar menjadi kelompok atas dan kelompok bawah. Kriteria tingkat daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Daya Beda (Arikunto, 1999) Daya Beda Kriteria Negatif Tidak baik 0% - 20% Jelek 20% - 40% Cukup 40% - 70% Baik 70% keatas Sangat baik Kriteria Indeks kesukaran butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.4. Kriteria Indeks Kesukaran (Arikunto, 1999). Indeks kesukaran Kriteria 0% - 15% sangat sukar 16%-30% sukar 31%-70% sedang 71% - 85% mudah

63