BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala,

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA IKA

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

Kriteria RIFLE pada Acute Kidney Injury. Sudung O. Pardede, Niken Wahyu Puspaningtyas. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

ABSTRAK ASFIKSIA BERHUBUNGAN DENGAN MENINGKATNYA KEJADIAN GANGGUAN GINJAL AKUT PADA NEONATUS CUKUP BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

Gambaran Fungsi Ginjal pada Pasien Gagal Jantung yang Dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 1 Januari Desember 2012

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

Di seluruh dunia, diare merupakan masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

Latar belakang. Insiden dan mortalitas acute kidney injury

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

KADAR SERUM KREATININ PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi pada manusia maupun hewan. Pada manusia, antara 20-30% dari pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

PERBEDAAN KADAR UREUM & CREATININ PADA KLIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DENGAN HOLLOW FIBER BARU DAN HOLLOW FIBER RE USE DI RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber : Principle of Anatomy and Physiology, 2009

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

VALIDITAS RENAL ANGINA INDEX SEBAGAI PREDIKTOR GANGGUAN GINJAL AKUT PADA ANAK DENGAN SAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

BAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Transkripsi:

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin dan produk sisa nitrogen darah yang bersifat reversibel dan disertai ketidakmampuan ginjal untuk meregulasi keseimbangan cairan dan elektrolit. 12 Gagal ginjal sering dijumpai di UPI anak, baik sebagai penyakit yang menyebabkan rawatan di UPI anak atau sekunder akibat proses penyakit yang mendasari. 13 Walaupun angka tepat insidensi GnGA pada anak belum diketahui, penelitian-penelitian terbaru menunjukkan peningkatan kejadian GnGA pada pasien anak yang dirawat. 12 Kejadian GnGA akibat rawat inap dan perawatan di UPI anak menunjukkan peningkatan sampai sembilan kali lipat selama tahun 1980 an ke tahun 2004. Ini diduga akibat peningkatan penggunaan modalitas terapi invasif dan kejadian anak sakit berat yang semakin sering. Penelitian-penelitian yang ada masih terbatas pada GnGA yang terjadi pada anak sakit kritis, dan kejadian GnGA tersebut di unit rawat intensif anak dilaporkan sampai 82%. 14 Penelitian retrospektif yang menggunakan kriteria prifle pada pasien dengan ventilasi mekanik lebih dari 4 hari mendapatkan Universitas Sumatera Utara

kejadian GnGA sebesar 58%, dimana mortalitas pasien dengan GnGA lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa GnGA. 1 Penyebab GnGA terdiri atas prarenal, renal dan paskarenal. 14 Penyebab GnGA pada pasien kritis seringkali multifaktorial. Sepsis merupakan penyebab yang terutama, dimana 45% sampai 70% GnGA pada pasien kritis dianggap berkaitan dengan sepsis. 15,16 Suatu penelitian multinasional tentang GnGA pada pasien kritis mendapati bahwa syok sepsis merupakan penyebab utama (47.5%), diikuti oleh pasca pembedahan (34%), syok kardiogenik (27%), hipovolemia (26%) dan obat-obatan (19%), dimana pada banyak kasus dijumpai keterlibatan lebih dari satu faktor. 16 2.2. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan indikator fungsi renal yang penting untuk diagnosis gangguan fungsi ginjal. Renal inulin clearance merupakan baku emas untuk LFG, namun terbatas penggunaannya oleh karena ketidaktersediaan dan pemeriksaan yang sulit. Perhitungan LFG berdasarkan Creatinine clearance sering digunakan pada pasien anak. Untuk memperkirakan LFG digunakan rumus Schwartz, yaitu: 17,18 elfg = k x L/Scr elfg : estimated LFG (ml/menit/ 1.73 m2) L Scr : tinggi badan (cm) : serum kreatinin (mg/dl)

k : konstanta ( bayi aterm: 0.45; anak dan remaja putri: 0.55; remaja putra:0.7 ) 2.3. Kriteria Diagnosis GnGA Penelitian GnGA pada anak mengalami kesulitan akibat tidak tersedianya definisi standar. Definisi yang ada beragam, mulai dari berbagai variasi peningkatan kreatinin serum (SCr) atau penurunan produksi urin (UOP) sampai ketentuan Renal Replacement Therapy (RRT). 19 Angka kejadian GnGA yang diperhitungkan pada populasi anak kemungkinan lebih rendah dari yang sesungguhnya oleh karena kriteria diagnostik sebelumnya berdasarkan pada peningkatan kreatinin serum yang tinggi. Saat ini, bahkan sedikit peningkatan kreatinin serum, jauh lebih sedikit dari indikasi RRT, didapati berpengaruh terhadap outcome yang buruk. 19 Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kreatinin serum sebesar 0.3 mg/dl berkaitan dengan meningkatnya mortalitas pada pasien dewasa. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan definisi GnGA yang lebih baik dan deteksi dini GnGA sebelum pasien membutuhkan RRT. 19 Pada tahun 2004, Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI) mengajukan definisi gangguan ginjal akut pada pasien anak dan dewasa yaitu dipakai sistem RIFLE ( R: risk, I: injury, F: failure, L: loss of kidney function, dan E: end stage renal disease ). 3 Sedangkan kriteria AKIN dipakai oleh Acute Kidney Injury Network, suatu organisasi yang beranggotakan nefrologis anak

dan dewasa, dokter critical care bersama dengan organisasi sosial. Kriteria AKIN dikembangkan untuk meningkatkan sensitivitas kriteria RIFLE dengan merekomendasi perubahan kreatinin yang lebih kecil sebagai batasan, dan menetapkan batas waktu kurang dari 48 jam untuk penegakkan diagnosis GnGA. 20 Pengembangan kriteria pediatric RIFLE diharapkan akan lebih jelas menggambarkan GnGA pada anak. Penelitian mendapatkan prifle memberikan klasifikasi dan menggambarkan perjalanan klinis GnGA yang lebih baik pada pasien-pasien anak yang dirawat di unit intensif. Akan tetapi, penelitian dan validasi lanjutan masih diperlukan untuk utilisasi kriteria ini. Kriteria prifle membedakan tingkat keparahan GnGA berdasarkan perubahan kreatinin serum (SCr) atau estimated creatinine clearance (eccl) dan produksi urin (Table 2.1). 2 Tabel 2.1. Kriteria pediatric RIFLE 2 Kategori Risk Injury Failure Loss End Stage Estimated creatinine clearance (eccl) sesuai rumus Schwartz eccl menurun 25% eccl menurun 50% eccl menurun 75% atau < 35mL/mnt/1.73m2 BSA Failure > 4 minggu Failure > 3 bulan Produksi urin <0.5 ml/kgbb/jam selama 8 jam <0.5 ml/kgbb/jam selama 16 jam <0.3 ml/kgbb/jam selama 24 jam atau anuria selama >12 jam

2.4. Perjalanan Penyakit dan Prognosis GnGA Suatu penelitian mendapati bahwa 42.3% pasien mengalami GnGA pada hari pertama rawatan di UPI anak dan fungsi ginjal membaik dalam 48 jam pertama rawatan pada 46% pasien dengan GnGA. 2 Penelitian lain mendapati 26 dari 46 pasien yang mengalami GnGA pada hari pertama rawatan mengalami tingkat keparahan GnGA yang lebih berat ( prifle I dan F) selama 7 hari rawatan PICU. 1 Prognosis GnGA bergantung pada penyebabnya. Pasien dengan GnGA sebagai bagian dari gagal sistem organ multipel mempunyai tingkat mortalitas yang jauh lebih tinggi. GnGA yang disebabkan oleh nefrotoksis dan hipoksia/iskemia bersifat reversibel dimana fungsi ginjal dapat kembali ke normal. 14 Suatu systematic review mendapati bahwa klasifikasi RIFLE merupakan prediktor outcome yang baik, dimana mortalitas meningkat dengan memberatnya klasifikasi RIFLE. Bahkan gangguan fungsi ginjal yang ringan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap outcome. 7 Beberapa penelitian pada orang dewasa dan anak membuktikan bahwa penyakit ginjal kronik merupakan komplikasi lanjutan dari GnGA. Dengan semakin meningkatnya insiden GnGA yang selanjutnya akan berkembang menjadipenyakit ginjal kronis, maka pemantauan jangka panjang sangat diperlukan pada anak dengan riwayat GnGA. 8,21,22

2.5. Korelasi antara Skor PELOD, Penyakit Kritis, dan GnGA Penelitian tentang GnGA pada penyakit kritis menunjukkan bahwa insiden GnGA pada penyakit kritis cukup tinggi, dengan mortalitas mencapai 60% sampai 80%. Tingginya angka kematian penderita sakit kritis yang disertai GnGA selain dipengaruhi oleh derajat GnGA juga dipengaruhi oleh derajat beratnya penyakit dan gangguan fungsi organ yang menyertai penyakit tersebut. 7 Penilaian beratnya penyakit dan prediksi kematian pada setiap penderita yang dirawat di UPI Anak perlu dilakukan secara objektif untuk memperkirakan prognosis serta menentukan gangguan fungsi organ utama yang menyebabkan kematian pada penderita. Penilaian derajat berat penyakit dan prediksi kematian dilakukan dengan menggunakan skor penilaian derajat beratnya penyakit. 23-25 Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai beratnya disfungsi organ pada anak sakit kritis, baik disfungsi pada masing-masing sistim organ maupun antara beberapa sistim organ. 26 Skor PELOD menggunakan 6 variabel sistem organ (neurologis, kardiovaskular, pernafasan, ginjal, hematologi, dan hepatik) dengan 8 ukuran disfungsi organ. 27-28 Yang menghasilkan skor dari 0 untuk kondisi sehat hingga skor 71 yaitu sangat buruk atau mati. 26,27 Suatu penelitian menggunakan skor PELOD setiap harinya pada pasien-pasien UPI anak, mampu menunjukkan kondisi yang semakin

memburuk atau tidak adanya kemajuan setiap waktunya menjadi prognostik yang kuat untuk kematian. Informasi ini menjadi penting khususnya untuk 4 hari perawatan awal pasien. Disimpulkan bahwa pengukuran skor PELOD selama 7 hari menyediakan informasi optimal mengenai perjalanan gagal organ multipel selama rawatan UPI anak. 29

2.5. KERANGKA KONSEPTUAL Pasien kritis Riw. peny. sebelumnya Penatalaksan aan Riwayat penyakit ginjal Skor PELOD Fungsi ginjal Status hidrasi Kreatinin UOP Ureum ecc l Gangguan Ginjal Akut prifle Mortalita s = Yang diamati dalam penelitian ini Gambar 2.1. Kerangka konseptual