Analisis Empirik Kejadian Flare Terkait dengan Perubahan Fisik Sunspot

dokumen-dokumen yang mirip
ANAL1SIS EMPIRIK KEJADIAN FLARE TIRKAIT DENGAN PERUBAHAN FIS1K SUNSPOT

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KLASTER K-MEANS DARI DATA LUAS GRUP SUNSPOT DAN DATA GRUP SUNSPOT KLASIFIKASI MC.INTOSH YANG MEMBANGKITKAN FLARE SOFT X-RAY DAN Hα

BAB I PENDAHULUAN. yang landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan

KLASIFIKASI DAN PERUBAHAN JUMLAH SUNSPOT DIAMATI DARI LABORATORIUM ASTRONOMI JURUSAN FISIKA FMIPA UM PADA BULAN AGUSTUS OKTOBER 2012

ANALIS1S EVOLUSI GRUP SUNSPOTSPD WATUKOSEK UNTUK MEMPEROLEH INDIKATOR KEMUNCULAN FLARE

BAB I PENDAHULUAN. Tidak hanya di Bumi, cuaca juga terjadi di Antariksa. Namun, cuaca di

DISTRIBUSI POSISI FLARE YANG MENYEBABKAN BADAI GEOMAGNET SELAMA SIKLUS MATAHARI KE 22 DAN 23

FLARE BERDURASI PANJANG DAN KAITANNYA DENGAN BILANGAN SUNSPOT

Analisis Terjadinya Flare Berdasarkan Pergeseran Sudut Rotasi Group Sunspot pada Bulan Januari Maret 2015 Melalui LAPAN Watukosek

ABSTRAK. Kata Kunci: Sunspot, Aktivitas Matahari, Klasifikasi Mcintosh, Flare

KETERKAITAN AKTIVITAS MATAHARI DENGAN AKTIVITAS GEOMAGNET DI BIAK TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

Analisis Terjadinya Flare Berdasarkan Pergeseran Sudut Rotasi Group Sunspot pada Bulan Januari Maret 2015 Melalui LAPAN Watukosek

ANALISIS PERGERAKAN BINTIK MATAHARI Dl DAERAH AKTIF NOAA 0375

BAB III METODE PENELITIAN

SEMBURAN RADIO MATAHARI DAN KETERKAITANNYA DENGAN FLARE MATAHARI DAN AKTIVITAS GEOMAGNET

Diterima: 28 April 2016; direvisi: 3 Juni 2016; disetujui: 14 Juni 2016 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari

IDENT1FIKASI FLUKS MAGNETIK DARI GERAK PASANGAN BINTIK BIPOLAR,

ANALISA KEJADIAN LUBANG KORONA (CORONAL HOLE) TERHADAP NILAI KOMPONEN MEDAN MAGNET DI STASIUN PENGAMATAN MEDAN MAGNET BUMI BAUMATA KUPANG

ANALISIS GERAK BINTIK MATAHARI BIPOLAR SEBELUM TERJADI FLARE PADA NOAA 0484 TANGGAL 21 DAN 22 OKTOBER 2003

DAMPAK AKTIVITAS MATAHARI TERHADAP CUACA ANTARIKSA

1.2 Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk membantu para taruna-taruni dalam hal memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan medan magnet Bumi.

DISTRIBUSI KARAKTERISTIK SUDDEN STORM COMMENCEMENT STASIUN BIAK BERKAITAN DENGAN BADAI GEOMAGNET ( )

BAB I PENDAHULUAN. Matahari adalah sebuah objek yang dinamik, banyak aktivitas yang terjadi

ANALISIS MODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN GEOMAGNET BERDASARKAN POSISI MATAHARI

PENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Abstrak

PENENTUAN INDEKS AKTIV1TAS MATAHARI EKSTRIM HARIAN

METODE NON-LINIER FITTING UNTUK PRAKIRAAN SIKLUS MATAHARI KE-24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, data harian yang diambil merupakan data sekunder

MODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN H JANGKA PENDEK BERDASARKAN DAMPAK GANGGUAN REGULER

HELISITAS MAGNETIK DAERAH AKTIF DI MATAHARI

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK LONTARAN MASSA KORONA (CME) YANG MENYEBABKAN BADAI GEOMAGNET

TELAAH MODEL NUMERIK MEKANISME TERJADINYA FLARE DI MATAHARI

PREDIKSI BINTIK MATAHARI UNTUK SIKLUS 24 SECARA NUMERIK

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH

KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT

PENENTUAN POLA HARI TENANG UNTUK MENDAPATKAN TINGKAT GANGGUAN GEOMAGNET DI TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas Matahari merupakan faktor utama yang memicu perubahan cuaca

PENENTUAN INDEKS IONOSFER T REGIONAL (DETERMINATION OF REGIONAL IONOSPHERE INDEX T )

PENGARUH PERUBAHAN fmin TERHADAP BESARNYA FREKUENSI KERJA TERENDAH SIRKIT KOMUNIKASI RADIO HF

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI MODEL FLUKTUASI INDEKS K HARIAN MENGGUNAKAN MODEL ARIMA (2.0.1) Habirun Peneliti Pusat Pemanlaatan Sains Antariksa, LAPAN

APLIKASI VEKTOR UNTUK ANALISIS PERGERAKAN GRUP SUNSPOT MATAHARI DARI DATA SUNSPOT SIKLUS KE-23

Perbandingan Model Linier Versus Analisis Vektor pada Gerak Grup Sunspot di Lintang Selatan dari Siklus Matahari Ke-23

STUDI KORELASI STATISTIK INDEKS K GEOMAGNET REGIONAL MENGGUNAKAN DISTRIBUSI GAUSS BERSYARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari Fitriani, 2013

STUDI PUSTAKA PERUBAHAN KERAPATAN ELEKTRON LAPISAN D IONOSFER MENGGUNAKAN PENGAMATAN AMPLITUDO SINYAL VLF

EVALUASI DAN PREDIKSI CUACA ANTARIKSA BERDASARKAN PERUBAHAN HARIAN INDEKS AKTIVITAS MATAHARI:

KAJIAN STUDI KASUS PERISTIWA PENINGKATAN ABSORPSI LAPISAN D PADA TANGGAL 7 MARET 2012 TERHADAP FREKUENSI KERJA JARINGAN KOMUNIKASI ALE

PENGELOMPOKAN SUNSPOT PADA CITRA DIGITAL MAHATARI MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DBSCAN

PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI PADA KALA HIDUP SATELIT

PENGUAPAN KROMOSFER YANG TERKAIT DENGAN FLARE TANGGAL 13 MEI 2013 (CHROMOSPHERIC EVAPORATION RELATED TO THE MAY 13, 2013 FLARE)

ANALISIS KEJADIAN SPREAD F IONOSFER PADA GEMPA SOLOK 6 MARET 2007

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika Jurusan Fisika. diajukan oleh SUMI DANIATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoana Nurul Asri, 2013

Pokok Bahasan: Chi Square Test

BADAI MATAHARI DAN PENGARUHNYA PADA IONOSFER DAN GEOMAGNET DI INDONESIA

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

STUDI TENTANG BADAI MAGNET MENGGUNAKAN DATA MAGNETOMETER DI INDONESIA

HUBUNGAN LUAS DAN TEMPERATUR UMBRA SUNSPOT MENGGUNAKAN SOFTWARE INTERACTIVE DATA LANGUAGE (IDL)

CUACA ANTARIKSA. Clara Y. Yatini Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN RINGKASAN

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP

KAJIAN AWAL ABSORPSI IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA FMIN (FREKUENSI MINIMUM) DI TANJUNGSARI

Model Empiris Variasi Harian Komponen H Pola Hari Tenang. Habirun. Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN Jl. Dr. Junjunan No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Antiremed Kelas 12 Fisika

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan indentifikasi terhadap lubang korona, angin

PROTOTYPE GENERATOR MAGNET PERMANEN MENGGUNAKAN KUMPARAN STATOR GANDA

IDENTIFIKASI LUAS DAERAH AKTIF DI MATAHARI PENYEBAB KEJADIAN BADAI GEOMAGNET

PENENTUAN POSISI LUBANG KORONA PENYEBAB BADAI MAGNET KUAT

Hubungan Variasi Radiasi Ultraviolet Matahari Di Permukaan Bumi Dan Variasi Aktivitas Matahari Selama Fase Menurun Siklus Matahari Ke - 22

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP

KAJIAN AWAL EFISIENSI WAKTU SISTEM AUTOMATIC LINK ESTABLISHMENT (ALE) BERBASIS MANAJEMEN FREKUENSI

METODE BARU PRAKIRAAN SIKLUS AKTIVITAS MATAHARI DARI ANAL1SIS PERIODISITAS

SEGMENTASI BINTIK MATAHARI MENGGUNAKAN METODE WATERSHED

KAJIAN HASIL UJI PREDIKSI FREKUENSI HF PADA SIRKIT KOMUNIKASI RADIO DI LINGKUNGAN KOHANUDNAS

LIPUTAN AWAN TOTAL DI KAWASAN SEKITAR KHATULISTIWA SELAMA FASE AKTIF DAN TENANG MATAHARI SIKLUS 21 & 22 DAN KORELASINYA DENGAN INTENSITAS SINAR KOSMIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANCAMAN BADAI MATAHARI

BAB II DISTRIBUSI FREKUENSI

ANALISIS KOMPATIBILITAS INDEKS IONOSFER REGIONAL [COMPATIBILITY ANALYSIS OF REGIONAL IONOSPHERIC INDEX]

Pengolahan awal metode magnetik

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KLASTER K-MEANS DARI DATA LUAS GRUP SUNSPOT DAN DATA GRUP SUNSPOT KLASIFIKASI Mc.INTOSH YANG MEMBANGKITKAN FLARE SOFT X-RAY DAN H SKRIPSI

BAB II DASAR TEORI. commit to user

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana

Variasi Pola Komponen H Medan Geomagnet Stasiun Biak Saat Kejadian Solar Energetic Particle (SEP) Kuat Pada Siklus Matahari Ke-23

ANALYSIS OF TIME SERIES DATA (EL NINO and Sunspot) BASED ON TIME- FREQUENCY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Belajar Peta Konsep Pada Siswa Keas IV SDN 3 Siwalempu

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

Prosiding Seminar Nasional Sains Antariksa Homepage: http//

Prosiding Workshop Riset Medan Magnet Bumi dan Aplikasinya

MODEL SPEKTRUM ENERGI FLUENS PROTON PADA SIKLUS MATAHARI KE-23

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Studi literatur ini dilakukan dengan menganalisis keterkaitan

Transkripsi:

Analisis Empirik Kejadian Flare Terkait dengan Perubahan Fisik Sunspot T. Dani, S. Jasman, dan G. Admiranto Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa LAPAN Abstrak Kelas grup sunspot dan kompleksitas medan magnetiknya sangat menentukan produktivitas pembentukan flare. Kelas grup sunspot yang paling produktif menghasilkan flare adalah kelas FKC, sedangkan kelas kompleksitas medan magnetik yang paling produktif menghasilkan flare adalah BGD. Pada saat grup sunspot mencapai luas maksimum, kelas kompleksitas medan magnetik yang paling banyak muncul adalah kelas B, dan kompleksitas medan magnetik yang paling banyak menghasilkan flare adalah kelas B, BG, dan BGD. Abstract Sunspot class and magnetic field complexity of the sunspot group, determine the productivity of the flare production. Sunspot group class that most productive for flare appearance is FKC, and for magnetic complexity class is BGD. At the moment of maximum sunspot group area, magnetic complexity B are the most appearance. Magnetic complexity B, BG, and BGD are productive for flare occurrence. Kata kunci : klasifikasi grup sunspot, kompleksitas magnetik, flare 1. Pendahuluan Selama fasa pertumbuhan sunspot antara 3 sampai 1 hari, fluks magnetic akan terus bertambah. Spot pada awal pembentukannya akan mempunyai bentuk pasangan (bipolar grup), masing-masing disebut sebagai preceeding spot dan following spot. Preceeding spot berada di sebelah barat matahari dan following spot berada di sebelah timur matahari. Selanjutnya pada saat pertumbuhan grup, muncul spot-spot diantara preceeding dan following, dan akan membentuk grup sunspot menjadi lebih komplek. Peristiwa flare matahari terjadi di atas dan dilingkungan grup sunspot, sehingga sunspot dipakai untuk memperkirakan terjadinya peristiwa flare. Banyaknya flare yang

terjadi pada umumnya ditentukan oleh jumlah, ukuran dan kompleksitas sunspot. Berdasarkan pertumbuhannya sejak pemunculannya sampai mencapai keadaan maksimum dan kemudian lenyap dari permukaan matahari, grup sunspot bisa menjalani beberapa tahapan kelas grup, yaitu kelas A, B, C, D, E, F, G, H, dan J yang dikenal sebagai klasifikasi grup sunspot Zurich. Oleh McIntosh, klasifikasi Zurich diubah menjadi kelas A. B, C, D, E, F, dan H. Kemudian klasifikasi grup sunspot Zurich tersebut dikembangkan/diperbaiki oleh McIntosh dengan menambahkan dua parameter baru berkaitan dengan penumbra dan distribusi/populasi spot di dalam grup. Flare matahari yang terjadi dilingkungan grup sunspot, berdasarkan pengamatan soft x-ray ( 1-8 Ǻ ), terdiri atas beberapa kelas yaitu : A, B, C, M, dan X, yang masingmasing dengan intensitas < 1-7, 1-7 1-6, 1-6 1-5, 1-5 1-4, dan > 1-4 Watt/m 2. Pada pembahasan selanjutnya yang ditinjau adalah flare kelas M dan kelas X, disingkat dengan flare-m dan flare-x, akan direlasikan dengan kelas grup sunspot McIntosh, dengan data pengamatan mencakup perioda siklus aktivitas matahari yang ke 23, yaitu dari tahun 1996 sampai dengan tahun 26. 2. KLASIFIKASI GRUP SUNSPOT McINTOSH Klasifikasi grup sunspot McIntosh merupakan perubahan dan penyempurnaan dari klasifikasi grup sunspot Zurich. Pada klasifikasi grup McIntosh dilaksanakan dengan penulisan tiga huruf. Huruf pertama menunjukan modifikasi klasifikasi Zurich, huruf kedua menunjukan bentuk penumbra pada spot yang terbesar didalam grup, dan huruf ketiga menunjukan distribusi spot yang membentuk grup. Klasifikasi Zurich yang terdiri dari sembilan kelas, A, B, C, D, E, F, G, H, dan J oleh McIntosh dimodifikasi menjadi tujuh kelas, yaitu A, B, C, D, E, F, dan H dengan menghilangkan kelas G dan J.(McIntosh, 199) Kelas A : Spot tunggal atau grup tanpa penumbra dan tidak bersifat bipolar. Kelas B : Spot grup bipolar tanpa penumbra.

Kelas C : Grup bipolar dimana spot utama memiliki penumbra. Kelas D : Grup bipolar dengan spot utama berpenumbra. Satu atau dua dari spot utama memiliki struktur yang simpel. Panjang grup biasanya kurang dari 1 derajat heliografis Kelas E : Grup bipolar yang sangat besar dimana spot utama dikelilingi oleh penumbra dan memiliki struktur yang kompleks.spot kecil sangat banyak. Panjang grup biasanya 1 derajat heliografis atau lebih. Kelas F : Grup sunspot bipolar kompleks yang sangat besar dengan ukuran paling sedikit 15 derajat heliografis. Kelas G : Grup bipolar yang sangat besar tanpa sunspot kecil, memutar paling sedikit 15 derajat heliografis. Kelas H : Spot unipolar dikelilingi oleh penumbra dengan diameter kurang dari 2,5 derajat heliografis. Kelas J : Spot unipolar dikelilingi oleh penumbra dengan diamter kurang dari 2,5 derajat heliografis Bentuk penumbra dari spot terbesar didalam grup Mc. Intosh dinyatakan dengan huruf x, r, s, a, h, dan k.(mcintosh, 199) Kelas x : Tidak ada penumbra Kelas r : Penumbra tidak sempurna Kelas s : Penumbra simetris hampir lingkaran, diameter <2.5 Kelas a : Penumbra tidak simetris atau komplek. Diameter sepanjang meridian matahari < 2.5 Kelas h : Penumbranya simetris dan besar, diameter > 2.5 Kelas k : Penumbranya besar tapi tidak simetris, diameter > 2.5

Distribusi sunspot dalam grup sunspot Mc. Intosh dinyatakan dengan huruf x, o,i, dan c (McIntosh, 199) Kelas x : Spot tunggal Kelas o : Suatu distribusi spot terbuka, tidak ada spot diantara leading dan following spot Kelas i : Ada distribusi spot antara leading dan following, tetapi tidak ada yang mempunyai penumbra Kelas c : Distribusi spot yang padat. Daerah antara leading dan following spot diisi oleh banyak spot kuat, sedikitnya satu spot mempunyai penumbra. Ketiga parameter yang membentuk klasifikasi McIntosh ditunjukan pada gambar 2.1. (McIntosh, 199) Gambar 2-1 : Parameter yang membentuk klasifikasi grup sunspot Mc. Intosh

3. Kompleksitas Medan Magnetik Grup Sunspot Klasifikasi kompleksitas medan magnetik grup sunspot terdiri atas beberapa kelas, yaitu : A, B, BG, BGD, BD, GD, dan D (Solar Geophysical Data). A. Merupakan medan magnetik grup sunspot dengan satu polarisasi (unipolar) B. Merupakan medan magnetik grup sunspot dengan dua polarisasi (bipolar) BG Merupakan medan magnetik grup sunspot dengan polarisasi komplek BGD Merupakan medan magnetik grup sunspot dengan polarisasi komplek, dan di dalam grup sunspot tersebut ada medan magnetik yang bersifat delta, yaitu dua polarisasi berbeda berada di dalam satu daerah penumbra. BD Merupakan medan magnetik grup sunspot dengan dua polarisasi (bipolar), tetapi dua polarisasi berbeda berada di dalam satu daerah penumbra. G Merupakan medan magnetik grup sunspot dengan polaritas komplek, tidak teratur GD Merupakan medan magnetik grup sunspot dengan polarisasi komplek, dan di dalam ada medan magnetik polaritas delta D Merupakan medan magnetik grup sunspot yang di dalamnya mempunyai polarisasi delta Pemunculan flare paling banyak adalah pada saat luas grup sunspotnya mencapai maksimum, kemudian disusul pada satu hari sebelum dan satu hari sesudah hari pencapaian luas maksimum. (Suprijatno J. dkk, 25) Untuk melihat bagaimana kondisi kompleksitas medan magnetik grup sunspot, pada saat pencapaian luas maksimum, maka dilakukan peninjauan pada setiap grup suspot yang menghasilkan pemunculan flare M & X, dilihat kompleksitas medan magnetik pada saat luasnya maksimum. Dilakukan pengamatan untuk perioda dari tahun 1996 sampai dengan tahun 26. 4. Data

Data yang dipergunakan adalah perkembangan grup sunspot harian dengan perioda pengamatan dari tahun 1996 sampai dengan 26. Dari setiap perkembangan grup sunspot pada perioda tersebut, dicari grup sunspot yang menghasilkan pemunculan flare- M dan flare-x. Pemunculan flare untuk setiap grup sunspot sangat bervariasi, ada yang menghasilkan satu peristiwa flare sampai yang menghasilkan beberapa kali flare. Tidak semua grup sunspot menghasilkan peristiwa flare-m dan flare-x. Sebagai contoh data pengamatan adalah perkembangan harian grup sunspot 1375 yang muncul di pinggiran matahari sebelah timur pada tanggal 2 Juni 23, dan menghilang di sebelah barat piringan matahari pada tanggal 14 Juni 23. Perkembangan harian grup sunspot 1375 diperlihatkan pada table 4-1.(Solar Geophysical Data) Tabel 4-1 : Perkembangan harian grup sunspot no. 1375, stasiun pengamat Learmonth Tanggal Kelas Luas Populasi Flare 1 Juni 23 - - - M1.4, M1., M1. 2 DSO 24 6 M1.8 3 DKO 4 14 4 EAI 41 18 5 EAO 45 21 6 DAI 3 24 M1. 7 EKI 45 22 8 EKC 75 88 9 FKC 85 84 M4.7, M1.4, X1.7 1 FKC 12 9 M2., M2.7, M5.1, M2.2, M2.2, M1., M3.9, 11 FKC 13 6 M5.6, M1., X1.3 M1.8, M1.1, M1.4, M2.7, M3.7, M4.5, M2.9, X1.6 12 FKC 118 61 M7.3, M1., M1.1, M2.6 13 FKC 7 22 M1.7, M1.8

Kolom 1. : Menunjukan tanggal pemunculan grup sunspot 1375 di permukaan matahari. Muncul di sebelah timur dan menghilang di sebelah barat piringan matahari. Kolom 2. : Menunjukan kelas grup sunspot Mc.Intosh pada setiap hari pemunculan. Kolom 3. : Menunjukan luas grup sunspot pada hari pengamatan dengan satuan 1-6 solar hemisphere. Kolom 4. : Menunjukan banyaknya spot di dalam grup pada setiap hari pengamatan Kolom 5. : Menunjukan pemunculan flare pada hari pengamatan. Pada tanggal 9, 1, dan 11 selain pemunculan flare-m, juga muncul flare-x. Pada hari pengamatan tanggal 1 pemunculan di sebelah timur belum begitu kelihatan jelas, tetapi pada hari tersebut terjadi pemunculan flare-m, yaitu M 1.4; M 1., dan M 1.. 5. HASIL dan PEMBAHASAN 5.1. Kombinasi parameter untuk menentukan tipe klasifiasi grup Kombinasi antar parameter untuk menghasilkan tipe kombinasi klasifikasi McIntosh, memberikan hasil seperti yang diperlihatkan pada tabel 5-1, yang secara keseluruhan jumlah tipe kombinasi adalah 6 buah. Dari ke 6 buah tipe kombinasi tersebut, ternyata bisa dikelompokan menjadi lima kelompok, yang masing-masing terdiri dari 12 buah tipe kombinasi, seperti diperlihatkan pada tabel 5-2. Pengelompokan kombinasi parameter didasarkan pada peninjauan : 1. tanpa penumbra (X) dan rudimentary penumbra (R); 2. penumbra simetris kecil (S); 3. penumbra asimetris kecil (A); 4. penumbra simetris besar (H); dan 5. penumbra asimetris besar (K). (McIntosh, 199) Tabel 5-1 : Masing-masing parameter McIntosh yang bisa dikombinasikan. Kelas Penumbra Spot terbesar Distribusi Jumlah tipe Kombinasi

A X X 1 B X O, I 2 C R, S, A, H, K O, I 1 D, E, F R O, I 6 D, E, F S, A, H, K O, I, C 36 H R, S, A, H, K X 5 Total tipe yang dimungkinkan 6 Tabel 5-2 : Pengelompokan tipe kombinasi klasifikasi grup sunspot McIntosh No. Kombinasi paramter klasifikasi grup Mc. Intosh 1. AXX BXO BXI CRO CRI DRO DRI ERO ERI FRO FRI HXX 2. CSO CSI DSO DSI DSC ESO ESI ESC FSO FSI FSC HSX 3. CAO CAI DAO DAI DAC EAO EAI EAC FAO FAI FAC HAX 4. CHO CHI DHO DHI DHC EHO EHI EHC FHO FHI FHC HHX 5. CKO CKI DKO DKI DKC EKO EKI EKC FKO FKI FKC HKX 5.2. Pemunculan flare selama perkembangan grup sunspot Pemunculan flare selama perkembangan grup sunspot, dikaitkan dengan perkembangan perubahan luas, memberikan hasil bahwa frekuensi pemunculan flare terbanyak muncul pada satu hari sebelum, pada saat, dan satu hari setelah pencapaian luas maksimum, seperti diperlihatkan pada gambar 5-1. (Suprijatno J, dkk, 25)

Frekuensi Pemunculan Flare Selama Perkembangan Luas Sunspot Frekuensi Pemunculan (%) 3 25 2 15 1 5-11-1-9 -8-7 -6-5 -4-3 -2-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 Hari Gambar 5-1 : Frekuensi pemunculan flare pada saat dan sekitar pencapaian luas maksimum. Selanjutnya dilihat frekuensi pemunculan setiap tipe kelas grup McIntosh, pada saat pencapaian luas maksimum selama perkembangan grup sunspot, dengan tidak melihat apakah menghasilkan flare atau tidak, hasilnya diperlihatkan pada gambar 5-2. Yang tercantum pada gambar 5-2 adalah kelas grup sunspot yang frekwensi pemunculannya 1. Pemunculan kelas grup sunspot > 1, pada saat pencapaian luas maksimum, perioda 1996 s/d 26 4 35 Jumlah pemunculan 3 25 2 15 1 5 CSO DSO DAO DAI EAO EAI CSO DKO DKI EKO EKI EKC FKI FKC Kelas grup Gambar 5-2 : Pemunculan setiap kelas grup sunspot saat pencapaian luas maksimum, yang frekwensi pemunculannya 1.

Pada saat pencapaian luas maksimum grup sunspot, dilihat bagaimana frekuensi pemunculan flare-m dan flare-x untuk setiap kelas grup. Hasilnya diperlihatkan pada gambar 5-3, a) pemunculan setiap kelas grup beserta pemunculan flare total (flare-m + flare-x), b) pemunculan flare X untuk setiap kelas grup, dan c) pemunculan flare M untuk setiap grup. Secara keseluruhan kelas grup FKC adalah yang paling banyak menghasilkan flare M + X. Pemunculan kelas grup dan flare total pada saat luas maksimum. Jumlah pemunculan 45 4 35 3 25 2 15 1 5 BXO CSO DSO DSI ESO FSI HSX CAO DAO DAI DAC EAO EAI EAC FAO FAI FAC HAX EHX FHO FHC CKO DKO DKI DKC EKO EKI EKC FKO FKI FKC Grup Flare Kelas grup, flare a) Kelas grup sunspot yang memunculkan flare-x, pada saat pencapaian luas maksimum Kelas grup sunspot yang lebih produktif memunculkan flare- M, pada saat penapaian luas maksimum Jumlah pemunculan 16 14 12 1 8 6 4 2 CSO DAO DKI EKO EKI FKI FKC Grup F - X Jumlah pemunculan 4 35 3 25 2 15 1 5 DSO DAO EAI FAO FAC EHX FHO DKC EKI FKO FKI FKC Grup F - M Kelas grup, flare-x Kelas grup, flare-m b) c) Gambar 5-3. : Pemunculan setiap kelas grup sunspot beserta pemunculan flare-m dan flare-x

5.3. Kompleksitas medan magnetik Selanjutnya ditinjau bagaimana kompleksitas medan magnetik grup sunspot yang menghasilkan flare, pada saat pencapaian luas maksimum, hasilnya diperlihatkan pada gambar 5-4. Gambar 5-4.a. adalah pemunculan setiap kelas komplesitas medan magnetik, 5-4.b. adalah pemunculan flare-m dan flare-x utnuk setiap kelas kompleksitas magnetik. Pemunculan kelas magnetik pada saat pencapaian luas maksimum Pemunculan kelas magnetik beserta pemunculan flare-m dan flare-x, pada saat pencapaian luas maksimum Jumlah pemunculan 16 14 12 1 8 6 4 2 A B BG BGD BD G GD D Jumlah pemunculan 8 7 6 5 4 3 2 1 A B BG BGD BD G GD D Grup F-M F-X Kelas magnetik Kelas magnetik, flare-m, flare-x a) b) Gambar 5-4 : Pemunculan kompleksitas magnetik dan pemunculan flare-m, flare-x. 5.4. Produktivitas grup sunspot untuk pemunculan flare Setiap grup sunspot tidak selalu mempunyai produktivitas yang sama untuk menghasilkan flare. Produktivitas suatu grup sunspot ditentukan oleh kondisi aktif atau tidaknya grup sunspot tersebut, yang ditentukan oleh kelas grup dan kelas kompleksitas magnetik. Produktivitas suatu tipe kelas grup sunspot McIntosh untuk menghasilkan flare, didefinisikan sebagai perbandingan jumlah pemunculan flare dengan jumlah grup sunspot yang menghasilkan flare. Data pengamatan selama siklus aktivitas matahari yang ke 23, dari tahun 1996 sampai dengan 26, dilihat grup sunspot yang menghasilkan baik flare- M ataupun flare-x. Selanjutnya ditentukan jumlah flare yang dimunculkan untuk setiap kelas grup sunspot. Dari jumlah flare yang terjadi dan jumlah grup sunspot yang

menghasilkan flare tersebut akan diketahui produktivitas setiap kelas grup sunspot untuk menghasilkan flare. Dalam penelitian ini ditinjau bagaimana produktivitas setiap kelas kompleksitas medan magnetik untuk menghasilkan flare, dan produktivitas setiap grup sunspot McIntosh untuk meneghasilkan flare. Produktivitas suatu kompleksitas medan magnetik setiap grup sunspot untuk menghasilkan flare M + X, diperlihatkan pada gambar 5-5. Gambar 5-5. memperlihatkan bahwa kelas kompleksitas magnetik BGD, merupakan kompleksitas grup sunspot yang paling produktif untuk menghasilkan flare. Produktivitas kelas magnetik untuk menghasilkan flare M + X, perioda 1996 s/d 26 2 Produktivitas 1,5 1,5 A B BG BGD BD G GD D Kelas magentik Gambar 5-5. : Produktivitas setiap kelas kompleksitas magnetik untuk menghasilkan flare. Produktivitas kelas grup McIntosh untuk menghasilkan flare M + X dapat dilihat pada gambar 5-6. Pada gambar 5-6. tidak seluruh kelas McIntosh diperlihatkan produktivitasnya, tetapi hanya beberapa yang menonjol. Terlihat bahwa kelas grup yang paling produktif untuk menghasilkan flare M + X adalah kelas grup FKC

Produktivitas Klasifikasi McIntosh Yang Menghasilkan Flare X dan M 1,2 1 Produktivitas,8,6,4,2 Eki Fki Ehc Dhi Ekc Fko Cki Dkc Dac Fkc McIntosh Gambar 5-6 : Produktivitas kelas grup McIntosh untuk menghasilkan flare 5.5. Distribusi spot Distribusi spot merupakan jumlah spot di dalam grup sunspot, jumlahnya sangat bervariasi untuk setiap grup sunspot. Jumlah spot di dalam grup tidak bisa menjadi pegangan untuk menunjukan apakah jumlah spot semakin banyak akan menyebabkan grup sunspot semakin kompleks. Peninjauan frekuensi pemunculan flare M dan X berdasarkan distribusi atau populasi spot dalam grup sunspot dilaksanan dengan pembagian rentang populasi sabagai kelipatan 1, yaitu : 1-1, 11-2, 21-3,..dst. Hasilnya diperlihatkan pada gambar 5-7, yang menunjukan bahwa grup sunspot yang paling produktif untuk menghasilkan flare adalah grup sunspot dengan populasi spot antara 1-3. Jika grupnya hanya merupakan satu (1) spot atau unipolar spot, maka spot tersebut jarang atau sulit menghasilkan spot.

Jumlah pemunculan flare M & X, untuk setiap rentang populasi, perioda 1996-26 3 25 Jumlah flare 2 15 1 5 1-1 11-2 21-3 31-4 41-5 51-6 61-7 71-8 81-9 91-1 Rentang populasi Gambar 5-7 : Pemunculan flare berdasarkan rentang jumlah populasi spot di dalam grup sunspot 5.6. Gambaran pemunculan fisis Seperti diuraikan di atas klasifikasi grup sunspot McIntosh terdiri atas tiga parameter, yaitu parameter pertama merupakan modifikasi dari klasifikasi grup sunspot Zurich. Parameter kedua memperlihatkan bagaimana bentuk penumbra pada spot paling besar di dalam grup, yaitu bentuk penumbra pada preceeding spot. Parameter ketiga adalah distribusi spot di dalam grup, yang membentuk kompleks tidaknya suatu grup sunspot. Akan dilihat bagaimana kontribusi pemunculan parameter McIntosh ke 2, yaitu kelas penumbra K, dan parameter ke 3 kelas populasi spot C, terhadap kelas grup sunspot D, E, dan F. Hasil yang diperoleh jika kelas grup D, E, dan F berpasangan dengan kelas penumbra K dan kelas distribusi spot C, diperlihatkan pada gambar 5-8. Hasil memperlihatkan bahwa ternyata kelas grup F paling banyak medapatkan pemunculan kelas penumbra K dan kelas populasi spot C

. Pemunculan Kelas Penumbra K dan Distribusi Spot C untuk parameter pertama klasifikasi M cintosh Kelas D, E, dan F Pemunculan 16 14 12 1 8 6 4 2 D E F Kelas Zurich Kelas Penumbra (K) Distribusi spot (C) Gambar 5-8 : Pemunculan penumbra K dan populasi C pada grup D, E, dan F Melihat gambaran urutan klasifikasi grup sunspot McIntosh pada gambar 1., kelas D, E, dan F adalah merupakan kelas terbesar diantara ketujuh kelas. Parameter bentuk penumbra kelas K adalah kelas terbesar dengan diameter > 2.5, sehingga dimungkinkan pemunculan dua polarisasi belawanan dalam penumbra tersebut, seperti yang terjadi pada kelas kompleksitas magnetik D (delta). Demikian juga kelas populasi spot C adalah kelas yang bentuknya paling compact, juga paling memungkinkan pemunculan fluks magnetik dengan polaritas berlawanan, dan membentuk grup komplek. Selanjutnya untuk membedakan gambaran fisis antara grup sunspot bipolar sederhana dengan grup bipolar komplek, dapat diperlihatkan oleh gambar 5-8.(Antiochos S.K, 1998). Gambar 5-8.a, memperlihatkan pemunculan fluks magnetik pada grup bipolar sederhana, hanya akan terbentuk satu daerah rekoneksi/netral. Berbeda dengan gambar 5-8.b, yaitu grup magnetik komplek (tipe delta) yang memperlihatkan pemunculan fluks magnetik dari grup magnetik yang komplek. Pada grup komplek terjadi empat daerah rekoneksi/netral. Seperti sudah diketahui bahwa daerah rekoneksi/netral merupakan lokasi pemunculan flare. Dengan demikian jelas bahwa grup sunspot dengan

kompleksitas magnetik BGD, akan merupakan grup sunspot yang produktif untuk menghasilkan flare. N N N N N Gambar 5-9 : Pemunculan fluks magnetik pada grup bipolar (a) dan komplek (b)

6. Kesimpulan Dengan menggunakan data pengamatan selama perioda siklus aktivitas matahari ke 23, yaitu dari tahun 1996 sampai dengan tahun 26, memberikan hasil sebagai berikut. - Pada saat pencapaian luas maksimum grup sunspot : Grup sunspot kelas FKC yang paling banyak menghasilkan flare M dan X, Kompleksitas magnetik B : paling banyak muncul dan paling banyak menghasilkan flare M dan X - Produktivitas untuk menghasilkan flare oleh grup sunspot selama perkembangannya, yaitu sejak pemunculannya di sebelah timur dan menghilang di sebelah barat piringan matahari, ternyata : Grup sunspot kelas FKC yang produktif menghasilkan flare M dan X Kompleksitas magnetic BGD yang paling produktif menghasilkan flare M dan X - Distribusi populasi spot Distribusi populasi spot antara 2 s/d 3 paling banyak menghasilkan flare M dan X Daftar rujukan Antiochos S.K.; 1998; The Astrophysical Journal, 52, hal 181-184 Mc.Intosh P.S.; 199; Solar Physics, 125, hal 251-263 Solar Geophysical Data : http://www.ngdc.noaa.gov/stp/solar/ftpsolarflare.html Solar Geopysical Data : http://www.ngdc.noaa.gov/stp/solar/ftpsunspotregions Suprijatno J. dkk.; 25; Majalah LAPAN, vol 7, hal 45-51