BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN CERAMAH MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN WUS (WANITA

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masalah yang dihadapi di beberapa Negara berkembang dewasa ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 248.422.956 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah fertilitas. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate, TFR) dapat menunjukkan keberhasilan suatu negara atau daerah dalam melaksanakan pembangunan di bidang sosial ekonomi dan menunjukkan tingkat keberhasilan program KB (Keluarga Berencana) yang telah dilaksanakan. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992, KB (Keluarga Berencana) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, sejahtera.

Tujuan program KB nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas. Program KB juga mempunyai tujuan untuk menurunkan angka TFR yang tercantum dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2015-2019. Angka TFR Indonesia tahun 2016 sebesar 2,3 dan masih belum mencapai target penurunan TFR yang telah ditetapkan oleh Millenium Development Goals (MDGs) yaitu sebesar 2,1% pada tahun 2015. Salah satu penyebab tidak tercapainya sasaran ini karena penggunaan kontrasepsi untuk mengendalikan kelahiran yang belum berjalan secara efektif dan efisien.salah satu strategi dari pelaksanaan program KB yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah meningkatkan penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), seperti IUD (Intra Uterine Device), implant, dan sterilisasi (BKKBN, 2014). Data dari BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) menunjukkan bahwa jumlah peserta KB baru menurut metode kontrasepsi sampai bulan Februari tahun 2015 yaitu IUD 36.601 (6,87%), MOW 7.867 (1,48%), MOP 547 (0,10%), implant 51.843 (9,73%), kondom 27.997 (5,25%), suntik 278.333 (52,21%), dan pil 129.880 (24,36%) (BKKBN, 2015). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 2

pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh kontrasepsi hormonal dan bersifat jangka pendek. Jumlah PUS pada tahun 2014 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 6.745.397 PUS. Sebesar 78,6% dari seluruh PUS adalah peserta KB aktif. Jenis kontrasepsi yang digunakan yaitu suntik 56,7%, pil 14,5%, IUD 8,7%, MOP 1,0%, MOW 5,3%, implan 11,5%, dan kondom 2,3% (BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2014). Cakupan peserta KB aktif di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 78,6%, kondisi tersebut menurun dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 80,34% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). Berdasarkan penelitian BKKBN di Sumatera Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur tahun 2010 menyatakan bahwa ada berbagai faktor yang memberikan kontribusi terhadap rendahnya pencapaian IUD yaitu masih adanya provider bias, pengetahuan klien tentang IUD yang terbatas, dan tersedianya metode kontrasepsi lain yang lebih praktis. Faktor lain yang juga mempengaruhi rendahnya pemakaian IUD berasal dari faktor eksternal yaitu terbatasnya tokoh panutan pemakai IUD di masyarakat dan tidak adanya dukungan dari suami dalam pemakaian IUD (BKKBN 2013). Tingkat pengetahuan menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan dan menjadi dasar bagi wanita untuk memilih kontrasepsi yang tepat. Pengetahuan yang cukup tentang alat kontrasepsi IUD yang meliputi pengertian, keuntungan, efek samping, waktu yang tepat untuk 3

pemasangan dan mitos seputar KB diharapkan dapat meningkatkan penggunaan IUD. Calon akseptor maupun akseptor KB harus mengetahui efek samping maupun tanda bahaya dari metode kontrasepsi yang dipakainya, terutama akseptor KB IUD. Hal ini diperlukan agar akseptor KB mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan penatalaksanaan efek samping dari KB dan terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri. Pengetahuan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelestarian KB (Hartanto, 2004). Kurangnya KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) oleh tenaga kesehatan menjadi salah satu penghambat masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar mengenai KB sehingga menyebabkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan KB berkurang. KIE hendaknya dilakukan secara rutin untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik KB sehingga terdapat penambahan peserta baru dan membina kelestarian peserta KB (Yuhaedi dan Kurniawati, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Putri dan Ratmawati (2015), menyimpulkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Pagentan 2. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan cukup lebih memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD daripada menggunakan kontrasepsi lain. Data dari Dinas Kesahatan Kabupaten Boyolali (2014) menunjukkan jumlah peserta KB aktif yang menggunakan IUD sebesar 4

10.946 (13,6%), MOP 1.686 (2,1%), MOW 5.116 (6,3%), implant 12.732 (15,8%), kondom 2.921 (3,6%), suntik 45.269 (56,2%), pil 1.884 (2,3%), lainnya 40 (0%) (Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2014). Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Sawit menunjukkan bahwa mayoritas peserta KB aktif menggunakan metode non MKJP. Data Peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsinya sebagai berikut: IUD 549 (20,6%), MOW 53 (2%), implant 288 (10,8%), kondom 35 (1,3%), suntik 1.427 (53,5%), pil 275 (10,3%), lainnya 40 (1,5%) (Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2014). Data dari Puskesmas Sawit I sampai bulan Agustus 2015 diperoleh jumlah PUS di Desa Manjung Kecamatan Sawit sebanyak 385 PUS. Jumlah peserta KB aktif 358 orang dengan rincian yaitu IUD 55 (15,3%), implan 35 (9,7%), MOW 15 (4,1%), suntik 200 (55,8%), pil 36 (10,05%), dan kondom 17 (4,7%). Peserta KB aktif di Desa Manjung mayoritas menggunakan non MKJP yang dapat menimbulkan rawan putus (drop out) dan mempunyai efektifitas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan MKJP. Berdasarkan wawancara dengan Bidan Desa Manjung diperoleh informasi bahwa selain karena pengetahuan yang masih kurang, alasan kenyamanan seksual dan dukungan suami menjadi faktor lain yang menyebabkan WUS tidak mau menggunakan IUD. Sampai saat ini belum ada program khusus yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan WUS tentang IUD seperti mengadakan penyuluhan kesehatan. Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) 5

kurang aktif dalam memberikan KIE di wilayah binaan tingkat desa/kelurahan sehingga WUS hanya mengetahui tentang kontrasepsi IUD dari media massa, seperti dari iklan di televisi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD adalah dengan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan biasanya hanya dilakukan dengan ceramah saja tetapi seiring dengan kemajuan teknologi penyuluhan kesehatan tidak hanya dapat dilakukan dengan ceramah saja tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan media, yang berupa media cetak seperti brosur atau leaflet dan media elektronik seperti video dan film. Media audiovisual merupakan salah satu media promosi kesehatan yang menggabungkan antara suara dengan gambar yang bergerak. Media audiovisual memungkinkan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat dan efektif oleh audiens. Orang mengingat hanya 20% dari apa yang mereka dengar dan hanya 30% dari apa yang mereka lihat, tetapi 70% dari apa yang mereka dengar dan lihat (Kholid, 2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di BKKBN Boyolali diperoleh informasi bahwa selama ini belum pernah ada penyuluhan menggunakan media audiovisual di Desa Manjung. Hal ini menunjukkan bahwa media audiovisual yang dimiliki BKKBN belum digunakan secara maksimal untuk melakukan pendidikan kesehatan. Sebagian besar penelitian yang sudah ada menggunakan media cetak untuk intervensi. Belum pernah ada penelitian yang menggunakan metode ceramah dengan 6

media audiovisual untuk meningkatkan pengetahuan WUS tentang kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Sawit I. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dengan media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan WUS dalam pemilihan kontrasepsi IUD di Desa Manjung, Sawit, Boyolali. B. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh ceramah dengan media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan WUS dalam pemilihan kontrasepsi IUD di Desa Manjung, Sawit, Boyolali? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh ceramah dengan media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan WUS dalam pemilihan kontrasepsi IUD di Desa Manjung, Sawit, Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik WUS di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. b. Menganalisis perbedaan skor pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. c. Menganalisis perbedaan skor pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah perlakuan. 7

d. Menganalisis perbedaan skor pengetahuan WUS tentang kontrasepsi IUD pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana keperpustakaan mengenai pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dengan media audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan akseptor KB tentang IUD. 2. Bagi Pemberi Layanan Kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengembangan metode dan media untuk penyebaran informasi dan memberikan edukasi kepada WUS tentang kontrasepsi IUD. 3. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan kepada masyarakat, terutama bagi calon akseptor KB maupun akseptor KB tentang kontrasepsi IUD. 4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai pengembangan metode dan media untuk pendidikan kesehatan. 8