Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005). Pada Diagnostic

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

The Comparison of the Incidence of Sexual Dysfunction According to the FSFI Scoring on IUD and Hormonal Acceptor at Puskesmas Rajabasa Bandar Lampung

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

I. PENDAHULUAN. wilayah pesisir yang sangat ter-marginal-kan, kesulitan mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

I. PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang masih

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

Transkripsi:

Analisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual pada Wanita Zahra Zettira, Khairun Nisa Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Disfungsi seksual pada wanita merupakan suatu masalah kesehatan reproduksi yang penting karena hal ini berhubungan dengan kelangsungan fungsi dari reproduksi seorang wanita dan hal ini dapat berpengaruh besar terhadap keharmonisan dari hubungan antara suami dan isteri. Lebih dari separuh kaum wanita di dalam suatu negara menunjukkan potensi tinggi untuk mengalami gangguan fungsi seksual. Data Epidemiologi di Amerika Serikat melaporkan bahwa insiden disfungsi seksual pada wanita adalah sebesar 43%, dengan keluhan gangguan hasrat seksual sebesar 10-46%, gangguan rangsang seksual sebesar 4 7 %, gangguan orgasme sebesar 5 42%, Nyeri sebesar 3 18% dan vaginismus sebesar 30%. Penggunaan metode kontrasepsi hormonal merupakan salah satu dari faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian dari disfungsi seksual pada penggunanya karena kandungan hormon yang terkandung didalamnya dapat mempengaruhi fungsi fisiologis hormonal dari seorang wanita sehingga hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan seksual, contohnya seperti antara lain adalah gangguan minat, gangguan orgasme ataupun gangguan birahi. Kata kunci: Disfungsi Seksual, Kontrasepsi hormonal Analysis of the Relationship of Hormonal Contraceptive Use in Women with Sexual Dysfunction Abstract Sexual dysfunctionin women is an important reproductive health issues as its relate to the continuity of a woman's reproductive function and influence on the harmony of marriage. More than half of women in a country may experience sexual dysfunction. Epidemiologic data in the United States reported the incidents of sexual dysfunction in women is 43%, with complaints of sexual desire disorder 10-46%, disorders of sexual arousal disorder 4-7%, orgasm disorder 5-42%, pain is 3-18% and 30% vaginismus. Use of hormonal contraception method is one of the risk factors that may affect the incidence of sexual dysfunction in users. The use of hormonal contraceptive methods is one of the risk factors that may affect the incidence of sexual dysfunction in users because the content contained therein affect physiological function of hormonal women that can lead to various sexual disorders such as disorders of interest, orgasm disorders and disorders lust. Keywords: Hormonal Contraception, Sexual Dysfunction Korespondensi: Zahra Zettira dan Khairun Nisa Rharha_smanda@yahoo.com dan nisa0226@gmail.com Pendahuluan Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak beredar berbagai macam alat kontrasepsi. Macammacam metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device, implant, kondom, suntik,metode operatif untuk wanita (MOW), metode operatif untuk pria (MOP), dan kontrasepsi pil. Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri 1. Dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dan 66 75 juta diantaranya, terutama di Negara berkembang, menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan untuk mencegah terjadi kehamilan dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif terhadap berbagai organ tubuh, baik organ genitalia maupun non genitalia 2. Data SDKI 2012 menunjukkan peningkatan prevalensi penggunaan kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012 sementara angka fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) cenderung menurun. Tren ini menggambarkan Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 103

bahwa meningkatnya cakupan usia 15-49 tahun yang melakukan KB sejalan dengan menurunnya angka fertilitas nasional 3. Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi, masih ada 15 provinsi yang cakupannya masih berada dibawah cakupan nasional. Provinsi Bengkulu merupakan provinsi dengan cakupan tertinggi sebesar 85,70% dan provinsi Papua merupakan provinsi dengan cakupan terendah sebesar 67,15%. Data juga menunjukkan bahwa ada 8.500.247 PUS yang merupakan peserta KB baru dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi suntikan, IUD ( 7,75%), Metode Operasi Wanita (1,52%), Metode Operasi pria (0,25%), kondom ( 6,09 %), implant (9,23 5), dan pil (26,6%) 4. Berdasarkan tetapan BKKBN Provinsi Lampung pada tahun 2008 didapatkan jumlah pemakai alat kontrasepsi berdasarkan jenisjenisnya, yaitu suntikan sebesar 162.055 orang (40,35%), pil sebanyak 137,38 orang (35,10%), dan implant 20,713 orang (12,05%) 4. Adapun data BPS Kabupaten Lampung Utara menyebutkan jumlah pengguna alat kontrasepsi jangka panjang (MKPJ) terdiri dari IUD 8.695 orang, MOP 674 orang, MOW 1.315 orang dan KDM 1.667 orang. Sedangkan alat kontrasepsi non MKPJ terdiri atas Pil 28366 orang, Suntik 30.166 orang dan INF 13.018 orang 5. Data diatas menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal dan non hormonal paling banyak diminati di negara-negara berkembang seperti Indonesia, tetapi tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang, untuk itu setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok. Resiko efek samping juga dapat terjadi pada pemakai kontrasepsi seperti gangguan haid, perubahan berat badan dan perubahan libido atau masalah seksual 6. Masalah seksual termasuk gangguan keinginan, gairah seksual, lubrikasi, orgasme, dan rasa sakit. Masalah tersebut tanpa melihat faktor usia, dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup dan kesehatan emosi. Disfungsi seksual adalah penyakit yang umum dimana dua dari lima wanita memiliki setidaknya satu jenis disfungsi seksual, dan keluhan yang paling banyak terjadi adalah rendahnya gairah seksual/libido 7. Selama tahun 2013, BKKBN mencatat ada 3.287 kegagalan pada KB. Jumlah terbesar terjadi pada metode kontrasepsi IUD atau Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) dengan 1.513 (46,03%) kejadian kegagalan,diikuti oleh implant 1.189 (36,17%) kejadian kegagalan. Sementara untuk komplikasi berat, dari total 2.548 kejadian komplikasi berat, 1.358 (53,3%) terjadi pada metode implant, diikuti oleh IUD dengan 1.25 (40,23%) kejadian. Baik pada kejadian kegagalan maupun komplikasi berat, paling sedikit terjadi pada MOP karena jumlah peserta KB yang menggunakan metode ini memang paling sedikit 4. Kurang berhasilnya program KB, diantaranya dipengaruhi oleh efek samping. Efek samping dari kontrasepsi itu sendiri seperti efek seksual, baik pemakai kontrasepsi hormonal maupun non hormonal. Namun efek samping ini sangat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga dan dapat mempengaruhi psikologi untuk yang bekerja. Oleh karena itu mengingat pentingnya kehidupan seksual dalam kebahagiaan keluarga, maka disfungsi seksual perlu mendapat penanganan yang benar 8. Isi Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan alat/obat, atau dengan operasi 9. Tujuan dari penggunaan kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan keduaduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan 6. Kontrasepsi terbagi menjadi dua macam yaitu kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi nonhormonal. Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron ataupun hanya salah satu diantara keduanya 10. Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 104

Metoda KB hormonal adalah memakai obat-obatan yang mengandung 2 hormon, estrogen dan progestin. Adapun macam-macam kontrasepsi hormonal : pil (pil kombinasi dan pil progestin), suntik (suntikan kombinasi dan suntikan progestin), implan, alat kontrasepsi dalam rahim dengan progestin 11. Beberapa mekanisme kerja konrasepsi hormonal dalam menunda/ menjarangkan kehamilan, yaitu: mencegah ovulasi, mengurangi dan mengentalkan jumlah lendir servik sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi, menghambat transportasi gamet dan tuba, dan mengubah endometrium menjadi tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi 8. Perilaku seksual adalah manisfestasi aktivitas seksual yang mencakup baik hubungan seksual (intercourse; coitus) maupun masturbasi. Dorongan/ nafsu seksual adalah minat/ niat seseorang untuk memulai atau mengadakan hubungan intim (sexual relationship). Kegairahan seksual (sexual excitement) adalah respons tubuh terhadap rangsangan seksual. Ada dua respons yang mendasar yaitu myotonia (ketegangan otot yang meninggi) dan vasocongestion (bertambahnya aliran darah ke daerah genital) 12. Disfungsi seksual adalah gangguan respon fungsi seksual atau gangguan pada perilaku seksual. Pada wanita disfungsi seksual diartikan sebagai kegagalan yang menetap atau berulang, baik sebagian atau secara keseluruhan, untuk memperoleh dan atau mempertahankan respon lubrikasi vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual 12. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-IV) menjabarkan tentang disfungsi seksual sebagai gangguan hasrat seksual dan atau di dalam siklus tanggapan seksual yang menyebabkan tekanan berat dan kesulitan hubungan antar manusia. Disfungsi seksual ini dapat terbagi menjadi empat kategori yaitu gangguan minat, gangguan birahi, gangguan orgasme, dan gangguan nyeri seksual. Salah satu penyebab terjadinya disfungsi seksual adalah penggunaan kontrasepsi hormonal, dimana penyebab lainnya yaitu : gangguan vaskuler pembuluh darah, penyakit sistemik, gangguan neurologis dan psikoseksual. Disfungsi seksual akibat pemakaian kontrasepsi bergantung pada jenis kontrasepsi itu sendiri. Dimana pada kontrasepsi hormonal akan berpengaruh pada efek umpan balik positif estrogen (estrogen positive feedback) dan umpan balik negatif progesteron (progesteron negative feedback). Pemberian hormon yang berasal dari luar tubuh seperti pada kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen maupun progesteron menyebabkan peningkatan kadar kedua hormon tersebut di darah, hal ini akan di deteksi oleh hipofisis anterior dan hipofisis anterior dan akan menimbulakn umpan balik negatif dengan menurunkan sekresi hormon FSH dan LH dan dengan keberadaan progesteron efek penghambatan estrogen akan berlipat ganda. Dalam jangka waktu tertentu tubuh dapat mengkompensasi dengan meningkatkan sekresi estrogen agar tetap dalam keadaan normal namun dalam jangka waktu yang lama menyebabkan hilangnya kompensasi tubuh dan menurunnya sekresi hormon terutama estrogen 13. Disfungsi seksual wanita secara tradisional terbagi menjadi gangguan minat/ keinginan seksual atau libido, gangguan birahi, nyeri atau rasa tidak nyaman dan hambatan untuk mencapai puncak atau orgasme. Pada DSM IV dari American Phychiatric Association, dan ICD-10 dari WHO, disfungsi seksual wanita ini dibagi menjadi empat kategori yaitu: gangguan minat/ keinginan seksual yaitu berkurang atau hilangnya pikiran, khayalan tentang seks dan minat untuk melakukan hubungan seks, atau takut dan menghindari hubungan seks, gangguan birahi/ perangsangan yaitu ketidakmampuan mencapai keterangsangan dan kenikmatan seksual secara subjektif, yang ditandai dengan berkurangnya cairan atau lendir pada vagina (lubrikasi), gangguan orgasme yaitu sulit atau tidak dapat mencapai orgasme, walaupun telah ada rangsang seksual yang cukup dan telah mencapai fase arousal, gangguan nyeri seksual yaitu merasakan nyeri saat melakukan senggama dan dapat terjadi saat masuknya penis ke dalam vagina (penetrasi) atau selama berlangsungnya hubungan seks, dan vaginismus yaitu terjadinya kontraksi atau kejang otot-otot vagina sepertiga Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 105

bawah sebelum atau selama senggama sehingga penis sulit masuk ke dalam vagina 14. Female Sexual Function Index (FSFI) merupakan alat ukur yang valid dan akurat terhadap fungsi seksual wanita. Kuesioner ini terdiri dari 19 pertanyaan yang terbagi dalam enam subskor, termasuk hasrat seksual, rangsangan seksual, lubrikasi, orgasme, kepuasan, dan rasa nyeri. FSFI digunakan untuk mengukur fungsi seksual termasuk hasrat seksual dan respon seksual dalam empat minggu terakhir. Skor domain individu dan skor keseluruhan dapat diperoleh dari tabel yang sudah ditetapkan pada FSFI. Wanita dengan skor FSFI 26,5 dinyatakan mengalami disfungsi seksual. Pada penelitian sebelumnya yang bertepatan di Puskesmas Rajabasa dinyatakan bahwa hampir separuh dari pengguna kontrasepsi hormonal mengalami disfungsi seksual dengan skor FSFI 26,5 15. Ringkasan Penggunaan kontrasepsi hormonal yang selama ini membantu masyarakat dalam mencegah kehamilan ataupun mengendalikan produksi rumah tangga ternyata mempunyai efek negatif bagi penggunanya yaitu dapat menyebabkan pengguna mengalami disfungsi seksual. Dimana pada kontrasepsi hormonal akan berpengaruh pada efek umpan balik positif estrogen (estrogen positive feedback) dan umpan balik negatif progesteron (progesteron negative feedback). Pemberian hormon yang berasal dari luar tubuh seperti pada kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen maupun progesteron menyebabkan peningkatan kadar kedua hormon tersebut di darah, hal ini akan di deteksi oleh hipofisis anterior dan hipofisis anterior dan akan menimbulkan umpan balik negatif dengan menurunkan sekresi hormon FSH dan LH dan dengan keberadaan progesteron efek penghambatan estrogen akan berlipat ganda, dalam jangka waktu tertentu tubuh dapat mengkompensasi dengan meningkatkan sekresi estrogen agar tetap dalam keadaan normal namun dalam jangka waktu yang lama menyebabkan hilangnya kompensasi tubuh dan menurunnya sekresi hormon terutama estrogen. Simpulan Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual bagi penggunanya dikarenakan kandungan hormon yang terdapat didalamnya. Penggunaan kontrasepsi hormonal yang mengandung kombinasi kedua hormon yaitu estrogen dan progestin ataupun yang hanya mengandung salah satu dari hormon mempunyai peran yang cukup signifikan pada kejadian disfungsi seksual namun pada penggunaan kontrasepsi hormonal yang mengandung kombinasi kedua hormon lebih signifikan dalam menyebabkan disfungsi seksual dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung salah satu hormon. Daftar Pustaka 1. BKKBN. Konversi peserta keluarga berencana menurut Jenis kontrasepsi [internet]; 2006 [diakses pada 20 Maret 2015]. tersedia dari http://www.bkkbn.go.id. 2. Baziad A. Kontrasepsi hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. 3. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Tren pemakaian kontrasepsi pada wanita kawin, Indonesia 1991-2012 [internet]; 2012 [diakses pada 24 Maret 2015]. Tersedia dari http://surveidemografidankesehatanindone siasdki.com. 4. BKKBN Provinsi Lampung. Penduduk dan ketenagakerjaan [internet]; 2013 [diakses pada 21 Maret 2015]. Tersedia dari http://lampung.bkkbn.go.id. 5. Badan Pusat Statistik (BPS). Penggunaan akseptor bagi pasangan subur [internet]; 2009 [diakses pada 19 Maret 2015]. Tersedia dari http://www.demografi.bps.go.id. 6. Saifuddin AB. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006. 7. Michael A and O keane V. Sexual dysfunction in depression. J. Hum Psychopharmacol. 2007; 15: 337-45. Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 106

8. Prawirohardjo S. Obstetri dan ginekologi sosial. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. 9. Wiknjosastro H, Saifuddin AB & Rachimhadhi T. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006. 10. Hanafi. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2004. 11. Rabe T. Ilmu kandungan. Jakarta: Hipokrates; 2003. 12. Chandra L. Gangguan fungsi atau perilaku seksual dan penanggulangannya. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran; 2005. 13. Guyton AC and Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008. 14. Elvira D. Disfungsi seksual pada perempuan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2006. 15. Rosen R, Brown C, Heiman J, Leiblum S, Meston C, Shasigh R. et al. Female sexual function index (FSFI). J. Sex and Marital Therapy. 2010; 26: 191-208. Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 107

Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 108