PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 02 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 03 TAHUN 2000

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN/ATAU PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 7 TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

-2- Dengan Persetujuan Bersama

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2001 PEMBENTUKAN, PEMECAHAN, PENGGABUNGAN, DAN PENGHAPUSAN DESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2000

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN/ATAU PENGGABUNGAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2007 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

: 1. Undang-undang RI. Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN PEKON

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 8 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 27 TAHUN 2004 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 10/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 1987 SERI D ================================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 06 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 06 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DUSUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2004 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT KEWENANGAN KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 8 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab di Kabupaten Kutai Barat, perlu dilakukan dengan melakukan standarisasi dalam pembentukan, penghapusan, dan penggabungan Kampung ; b. bahwa untuk mewujudkan maksud tersebut pada huruf a di atas, dipandang perlu mengatur pedoman pembentukan, penghapusan, dan penggabungan Kampung di lingkungan Kabupaten Kutai Barat, dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 3. Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang sebagaimana diubah dengan Undangundang Nomor 7 Tahun 2001 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KAMPUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : a. Kampung, atau sebutan Desa dalam bahasa umum penduduk dilingkungan Kabupaten Kutai Barat, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan 2

masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten; b. Kecamatan, adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota; c. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Daerah ke Kampung untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan; d. Kawasan Pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman Pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan Ekonomi; e. Pemerintahan Kampung adalah kegiatan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Petinggi dan Badan Perwakilan Kampung; f. Pemerintah Kampung adalah Petinggi dan Perangkat Kampung; g. Badan Perwakilan Kampung yang selanjutnya disebut BPK adalah Badan Perwakilan dari Pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Kampung yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Kampung, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Kampung; h. Pembentukan Kampung adalah tindakan mengadakan Kampung baru di wilayah Kampung yang telah ada; i. Penghapusan Kampung adalah tindakan meniadakan Kampung yang ada; j. Penggabungan Kampung adalah penyatuan dua Kampung atau lebih menjadi satu Kampung baru; k. Kampung Persiapan adalah Kampung baru di dalam wilayah Kampung sebagai hasil pemecahan yang akan ditingkatkan menjadi Kampung yang berdiri sendiri; 3

BAB I PEMBENTUKAN KAMPUNG Bagian Kesatu Tujuan dan Wewenang Pembentukan 2. (1) Tujuan pembentukan Kampung adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan Pemerintahan secara berdayaguna dan berhasilguna untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. (2) Kampung dibentuk dengan Peraturan Daerah yang diusulkan oleh Petinggi dan dilaporkan kepada Camat untuk selanjutnya diusulkan kepada Bupati. Bagian Kedua Syarat-syarat Pembentukan Pasal 3 Dalam pembentukan Kampung harus memenuhi syarat atau faktor-faktor sebagai berikut : a. faktor penduduk yaitu jumlah penduduk bagi terbentuknya suatu Kampung baru sedikitnya 1.000 jiwa atau 200 kepala keluarga; b. faktor luas wilayah yaitu luas wilayah yang terjangkau secara berdayaguna dan berhasilguna dalam rangka pemberian pelayanan dan pembinaan masyarakat; c. faktor letak yaitu wilayah yang dimiliki perhubung atau komunikasi antar dusun atau unsur wilayah bagian Kampung yang letaknya memungkinkan terpenuhinya faktor luas wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf (b); d. faktor sarana dan prasarana yaitu tersedianya atau kemungkinan tersedianya sarana dan prasarana perhubungan pemasaran sosial, produksi, prasarana dan sarana Pemerintahan Kampung; 4

e. faktor sosial budaya, adalah suatu kondisi yang dapat memberikan kemungkinan adanya kerukunan hidup bermasyarakat dalam hubungannya dengan adat istiadat; f. faktor kehidupan masyarakat yaitu menjamin tersedianya tempat untuk mata pencaharian masyarakat; g. dalam pembentukan Kampung sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf f perlu mempedomani tata Kampung yang memungkinkan kelancaran perkembangan Kampung yang selaras dan sesuai dengan tata ruang fisik Desa, guna mempertahankan keseimbangan lingkungan yang letari. Bagian Ketiga Pembentukan Kampung 4. (1)Kampung dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan hak asal usul Kampung dan persyaratan yang dicantumkan pada Pasal 3 sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. (2)Pembentukan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena pengembangan dan pemekaran Kampung. Pasal 5 (1) Kampung yang karena perkembangan keadaan dan pertimbanganpertimbangan teknis Pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat dimungkinkan untuk diadakan Pemecahan Kampung. (2) Pemecahan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari BPK dengan memperhatikan syarat-syarat terbentuknya suatu Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 yang hasilnya dituangkan dalam Keputusan Kampung; 5

(3) Usul pengembangan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Petinggi yang dilaporkan kepada Camat untuk diusulkan kepada Bupati. (4) Kampung persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk dapat ditingkatkan menjadi Kampung Definitif harus dibina selama 1 (satu) tahun dan memenuhi syarat-syarat terbentuknya Kampung sebagaimana dimaksud pada Pasal (3). (5) Pengesahan Kampung persiapan menjadi Kampung Definitif ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 6. (1) Pembentukan Kampung sebagimana dimaksud pada Pasal 4 ditetapkan dalam Peraturan Kampung setelah mendapat persetujuan BPK ; (2) Peraturan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Petinggi segera dilaporkan kepada Camat untuk diusulkan kepada Bupati ; (3) Bupati setelah menerima usul pembentukan Kampung segera membuat Rancangan Peraturan Daerah untuk dibahas menjadi Peraturan Daerah tentang Pembentukan/Pemekaran Kampung. Pasal 7 (1) Dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan atau Pemekaran Kampung harus melihat secara jelas : a. nama kampung; b. nomor kode kampung; c. luas wilayah kampung; d. jumlah penduduk kampung; e. batas wilayah kampung; f. jumlah dusun/rw/rt; dan g. susunan nama aparat (apabila ada). 6

(2) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Kampung Induk dan Kampung yang baru dibentuk dengan melampirkan peta wilayah administrasi Pemerintahan. 8. (1) Dengan berdasarkan pada Adat Istiadat dan asal usul Kampung dalam wilayah Kampung dimungkinkan adanya pembagian wilayah yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Kampung; (2) Sebutan bagi wilayah Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan sosial budaya masyarkat setempat. Bagian Keempat Kewenangan Kampung 9. Agar supaya Kampung yang dibentuk mampu mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat, Kampung mempunyai kewenangan sebagai berikut: a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul Kampung antara lain : 1) menetapkan peraturan Kampung; 2) menyelenggarakan Pemerintahan Kampung; 3) memilih Pimpinan Pemerintahan Kampung; 4) memiliki kekayaan Kampung; 5) menggali dan menetapkan sumber-sumber Belanja Kampung; 6) memberdayakan masyarakat Kampung untuk bergotong royong dan berpartisipasi dalam pemerintahan dan pembangunan; 7) mendamaikan perselisihan yang terjadi antara warga Kampung; 8) menyelenggarakan usaha-usaha lain untuk kesejahteraan masyarakat Kampung; 7

b. Kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku belum dilaksanakan oleh Daerah dan Pemerintahan antara lain : 1) membangun dan memelihara jalan Kampung dan jalan lingkungan; 2) memelihara dan mengatur pembagian saluran air; 3) membangun dan memelihara sarana dan prasarana (fasilitas umum) di Kampung. c. Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi atau Pemerintah Kabupaten. d. Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud ayat (3) disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. BAB II PENYATUAN DAN PENGHAPUSAN DESA 10. (1) Kampung yang karena perkembangan masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 atas prakarsa masyarakat dimungkinkan dapat disatukan atau dihapuskan. (2) Penyatuan atau penghapusan Kampung sebagimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kampung setelah mendapat persetujuan Badan Perwakilan Kampung kemudian dilaporan oleh Petinggi kepada Camat yang selanjutnya diusulkan kepada Bupati. (3) Bupati setelah menerima usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) segera membuat Rancangan Peraturan Daerah untuk dibahas bersama DPRD guna ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. (4) Peraturan Daerah yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Kampung yang bersangkutan untuk dilaksanakan dan pengisian perangkatnya. 8

BAB III KETENTUAN PERALIHAN 11. (1)Kampung yang ada pada saat mulai berlaku Peraturan Daerah ini tetap sebagai Kampung atau yang disebut dengan nama lain sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf a Peraturan Daerah ini. (2)Kampung yang ada dalam wilayah Kotamadya dan kota Administratif dengan berlakunya Peraturan Daerah ini ditetapkan sebagai kelurahan sebagimana dimaksud pada Pasal 1 huruf n Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Pasal 12 (1)Selama belum ditetapkan Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah ini, seluruh Instruksi petunjuk dan pedoman yang ada, jika tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku. (2)Ketentuan Peraturan yang bertentangan dan atau tdak sesuai dengan Peraturan Daerah ini diadakan penyesuaian. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang mengatur mengenai pembentukan, pengembangan, pemekaran dan penyatuan serta penghapusan Kampung dan ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. 9

14. Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan keputusan Bupati. Pasal 15 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat. Disahkan di Sendawar Pada tanggal 14 Mei 2001 BUPATI KUTAI BARAT, ttd RAMA ALEXANDER ASIA Diundangkan di Sendawar Pada tanggal 14 Mei 2001 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT, ttd H. ADJI MUHAMMAD LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 20 TAHUN 2001 Perda-Pem Pengh & Pengga Kamp 20 YS 10