LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 04 TAHUN 2004 T E N T A N G SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP ) WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IZIN PERDAGANGAN DI KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN KOTA BATAM

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI USAHA DI BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 75 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG IJIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI ( IUI ) WALIKOTA DENPASAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 12 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 74 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT ALLAH SUBAHANAHUWATA ALA BUPATI ACEH BESAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI MUSI RAWAS, 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 591/MPP/Kep/10/1999

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun : 2005 Serie : E Nomor : 8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BERITA KOTA SERI : E NOMOR PERATURAN TENTANG. memperkuat. struktur. Peraturan. No. DAG/PER/9/ Penerbitann Perdagangan. 2. Undang-U. tentang.

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 1 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

ERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERGUDANGAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 5 Tahun 2006 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2004

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2002 NOMOR : 43 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA PERGADANGAN ( SIUP ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan dan kelancaran pemberian ijin di bidang perdagangan berdasarkan pelimpahan kewewenangan, maka perlu menetapkan ketentuan dan tata cara pemberian surat ijin usaha perdagangan ; b. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Berau. Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undang - Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang - Undang ;

- 2-2. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3809); 3. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara 3214 ) ; 4. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502) ; 5. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587) ; 6. Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611) ; 7. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ; 8. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Komoditi (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3720) ; 9. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

- 3-10. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1977 tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing dalam Bidang Perdagangan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3113), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3734) ; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan di Bidang Komoditi Berjangka (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3805) ; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Komoditi Berjangka (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3806) ; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 13 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Berau ;

- 4 - Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau. b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau. d. Dinas adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Berau. e. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Berau. f. Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi.

- 5 - g. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan bekerja serta berkedudukan dalam daerah, dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba ; h. Surat Ijin Usaha Perdagangan yang disingkat SIUP adalah surat ijin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan ; i. Surat Permintaan Surat Ijin Usaha Perdagangan yang disingkat SP-SIUP adalah formulir yang diisi oleh perusahaan yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP kecil / menengah / besar ; j. Perubahan Perusahaan adalah meliputi perubahan dalam bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama pemilik / penanggung jawab, nomor pokok wajib pajak, modal dan kekayaan bersih (netto), kelembagaan, bidang usaha, jenis barang / jasa dagangan utama ; k. Cabang Perusahaan adalah perusahaan yang merupakan inti atau bagian dari perusahaan induknya yang dapat berkedudukan di tempat yang berlainan dan dapat bersifat berdiri sendiri atau bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan induknya ; l. HAKI adalah hak atas kekayaan intelektual ; m. Perwakilan Perusahaan adalah perusahaan yang bertindak mewakili kantor pusat perusahaan untuk melakukan suatu kegiatan dan atau pengurusnya ditentukan sesuai wewenang yang diberikan ;

- 6 - n. Perwakilan perusahaan yang ditunjukan adalah perusahaan yang diberi kewenangan berindak untuk mewakili kantor pusat perusahaan dan bukan merupakan bagian dari kantor pusat. BAB II SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) Pasal 2 (1) Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh Surat Ijin Usaha Perdagangan ; (2) Surat Ijin Usaha Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Surat Ijin Usaha Perdagangan Kecil ; b. Surat Ijin Usaha Perdagangan Menengah ; c. Surat Ijin Usaha Perdagangan Besar ; Pasal 3 (1) Kewenangan pemberian SIUP berada pada Pemerintah Kabupaten Berau ; (2) Pemerintah Kabupaten Berau melimpahkan kewenangan sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Kepala Dinas untuk menerbitkan SIUP Kecil, SIUP Menengah dan SIUP Besar ; Pasal 4 SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan (domisili) perusahaan dan berlaku di seluruh Indonesia.

- 7 - Pasal 5 SIUP berlaku selama 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang. Pasal 6 (1) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP kecil : (2) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP Menengah ; (3) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP Besar. BAB III TATA CARA PERMINTAAN SIUP

- 8 - Pasal 7 (1) Permintaan SIUP Kecil, SIUP Menengah dan SIUP Besar bagi perusahaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3) diajukan kepada Kepala Daerah, dengan mengisi Formulir SP-SIUP Kecil / Menengah / Besar Model A ; (2) Permintaan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditanda tangani oleh Pemilik / Direktur Utama / Penanggung Jawab Perusahaan. Pasal 8 (1) Permintaan SIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, wajib melampirkan : a. Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas, adalah sebagai berikut : a. Foto Copy Akta Notaris Pendirian Perusahaan ; b. Copy Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman ; c. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik / Direktur Utama / Penanggung Jawab Perusahaan. d. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan (NPWP) ; e. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah setempat bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ; f. Neraca awal perusahaan.

- 9 - b. Perusahaan berbentuk Koperasi, adalah sebagai berikut : a. Copy Akta Pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang ; b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pimpinan, Penanggung Jawab Perusahaan. c. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan (NPWP) ; d. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah ; e. Neraca awal perusahaan. c. Perusahaan yang tidak berbentuk Perseroan Terbatas dan Koperasi, adalah sebagai berikut : a. Copy Surat Akta Pendirian Perusahaan / Akta Notaris yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri ; b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik / penanggung jawab perusahaan. c. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan (NPWP) ; d. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ; e. Neraca awal perusahaan.

- 10 - d. Perusahaan Perseorangan : a. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik / penanggung jawab perusahaan. b. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan (NPWP) ; c. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ; d. Neraca awal perusahaan. (2) Apabila dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal pengejuan permohonan pengesahan badan hukum kepada Menteri Kehakiman, pemohon SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a belum mendapatkan pengesahan Badan Hukum dan Menteri Kehakiman, maka pemohon SIUP cukup melampirkan copy data Akta Pendirian Perseroan dan copy bukti setor biaya administrasi pembayaran proses pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman sebagai kelengkapan persyaratan guna mendapatkan SIUP ; (3) Terhadap permohonan SIUP sebagaimana dimaksud ayat (2) apabila telah memperoleh Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman, wajib menyampaikan copy Surat Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman kepada Kepala Dinas yang bersangkutan, paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterbitkannya Surat Pengesahan tersebut ;

- 11 - (4) Bagi perusahaan yang mengajukan permohonan SIUP yang tidak wajib membuat Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), yang bersangkutan cukup melampirkan surat keterangan dari Lurah / Kepala Kampung setempat tentang domisili tempat usaha ; (5) Copy dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampirkan aslinya guna penelitian dan akan dikembalikan kepada perusahaan yang bersangkutan setelah penelitian dokumen selesai. Pasal 9 (1) Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP, dapat diberikan SIUP atas permintaan perusahaan yang bersabgkutan dengan menyampaikan SP-SIUP kepada Kepala Dinas dengan melampirkan : a. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik / direktur / penanggung jawab perusahaan, dan ; b. Copy Surat Keterangan Domisili dari Lurah / Kepala Kampung ; (2) Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a disertai aslinya, guna penelitian dan akan dikembalikan kepada yang bersangkutan setelah penelitian selesai. Pasal 10 (1) Selambat - lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya SP-SIUP Model A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8 secara lengkap dan benar, Kepala Dinas wajib menerbitkan SIUP dengan menggunakan Formulir Model B dengan ketentuan sebagai berikut :

- 12 - a. Warna Putih untuk SIUP Kecil ; b. Warna Putih Biru untuk SIUP Menengah ; c. Warna Kuning untuk SIUP Besar; (2) Apabila pengisian surat permintaan dan kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum lengkap dan benar, Kepala Dinas selambat - lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya SP-SIUP Model A, wajib melakukan penundaan pemberian SIUP dengan memberikan secara tertulis kepada perusahaan yang bersangkutan disertai alasan alasannya ; (3) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan perbaikan atau melengkapi persyaratan selambat lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya Surat Penundaan Pemberian SIUP ; (4) Apabila setelah jangka waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) perusahaan yang bersangkutan tidak dapat memenuhi persyaratan dengan lengkap dan benar, Kepala Dinas menolak SP-SIUP yang bersangkutan ; (5) Perusahaan yang ditolak permintaan SIUP-nya dapat mengajukan kembali permintaan SIUP. BAB IV BIAYA ADMINSTRASI Pasal 11 (1) Besarnya biaya administrasi untuk tiap tiap SIUP ditetapkan dengan Keputusan Bupati dengan persetujuan DPRD ;

- 13 - (2) Biaya administrasi perusahaan yang dimaksud dalam ayat (1) berlaku untuk masa berlakunya SIUP dan harus dibayar lunas pada waktu pengusaha mengambil SIUP ; (3) Setiap pengusaha yang memperbarui SIUP, wajib membayar biaya administrasi perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan telah melunasi biaya administrasi perusahaan dari masa sebelumnya. Pasal 12 Perusahaan yang melakukan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto), baik karena peningkatan maupun penurunan yang dibuktikan dengan Akta Perubahan dan Neraca Perusahaan wajib memperoleh SIUP sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 6. BAB VI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 13 (1) Perusahaan pemegang SIUP yang akan membuka kantor cabang / perwakilan perusahaan, wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas dengan tembusan kepada Bupati dan Camat setempat ; (2) Dalam menyampaikan laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melampirkan dokumen, sebagai berikut : a. Copy SIUP perusahaan pusat yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP tersebut ;

- 14 - b. Copy akta notaris atau bukti lainnya tentang pembukaan kantor cabang perusahaan ; c. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggung jawab kantor cabang perusahaan di tempat kedudukan kantor cabang perusahaan ; d. Copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP) ; e. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ; (3) Selambat lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) secara lengkap dan benar, Kepala Dinas mencatat / mendaftarkan dalam buku laporan pembukuan kantor cabang atau perwakilan perusahaan dan membubuhkan tanda tangan, cap stempel pada copy SIUP perusahaan pusat sebagai bukti bahwa SIUP juga berlaku bagi kantor cabang / perwakilan perusahaan ; (4) Perusahaan yang bukan merupakan bagian dari kantor pusat yang ditunjuk sebagai perwakilan perusahaan, wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas dengan tembusan kepada Bupati dengan melampirkan dokumen sebagai berikut : a. Copy SIUP dan copy TDP perusahaan yang menunjuk ; b. Copy SIUP dan copy TDP perusahaan yang ditunjuk ; c. Copy akte penunjukan perwakilan atau surat tentang penunjukan perwakilan ;

- 15 - d. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggung jawab perusahaan ; f. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ; (5) Selambat lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan dan dokumen sebagaimana dimaksud apada ayat (4) secara lengkap dan benar, Kepala Dinas ditempat kedudukan Kantor Perwakilan Perusahaan mencatat dalam Buku Laporan Pembukaan kantor Cabang / Perwakilan Perusahaan dan membubuhkan tanda tangan, cap stempel pada copy akte penunjukan atau surat tentang penunjukan perwakilan perusahaan sebagai bukti pembukaan kantor perwakilan perusahaan. Pasal 14 Setiap perusahaan yang telah memperoleh SIUP dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan SIUP, wajib mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar Perusahaan sesuai ketentuan dalam Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib daftar Perusahaan. Pasal 15 (1) Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP adalah : a. Cabang / perwakilan perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangan mempergunakan SIUP Perusahaan Induk :

- 16 - b. Perusahaan Kecil Perorangan yang memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan ; 2. diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota / keluarga / kerabat dekat ; (2) Perusahaan dibebaskan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat diberikan SIUP atas permintaan perusahaan yang bersangkutan. BAB VI PENUNJUKAN PEJABAT PENERBIT SIUP Pasal 16 Apabila pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP berhalangan selama 5 (lima) hari kerja berturut turut, pejabat yang bersangkutan wajib menunjuk satu pejabat setingkat lebih rendah yang bertindak untuk dan atas nama pejabat yang bersangkutan untuk menerbitkan SIUP. BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 17 (1) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, kecuali modal dan kekayaan bersih (netto) selambat - lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak dilakukan

- 17 - perubahan, wajib mengajukan permintaan perubahan SIUP kepada Kepala Dinas yang berwenang menerbitkan SIUP yang bersangkutan. (2) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP, apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sepanjang yang menyangkut modal dan kekayaan bersih (netto) ditetapkan sebagai berikut : a. SIUP Kecil yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersihnya (netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula, tetapi tidak melebihi Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan SIUP ; b. SIUP Kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) setelah perubahan menjadi di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP Kecil menjadi SIUP Menengah ; c. SIUP Kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) setelah perubahan menjadi di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP Kecil menjadi SIUP Besar ; d. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersihnya (netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula, tetapi tidak melebihi Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan SIUP :

- 18 - e. SIUP Menengah yang modal dan kekayaan bersih (netto) turun menjadi di bawah Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan penyesuaian menjadi SIUP Kecil ; f. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) menjadi di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan penyesuaian menjadi SIUP Besar ; g. SIUP Besar yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersihnya (netto) turun samapai dengan dibawah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP Menengah ; h. SIUP Besar mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto) turun sampai dengan di bawah Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUP-nya SIUP Kecil ; (3) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), wajib mengisi Formulir SP-SIUP Kecil / Menengah / Besar Model A ; (4) Kepala Dinas selambat - lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya permintaan perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2), wajib mengeluarkan SIUP dengan menggunkan formulir ;

- 19 - (5) Perubahan perusahaan yang tidak termasuk dalam Pasal 12, wajib dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas yang berwenang menerbitkan SIUP yang bersangkutan tanpa mengganti atau merubah SIUP yang diperoleh ; (6) Kepala Dinas selambat lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), wajib mengeluarkan Surat Persetujuan Perubahan SIUP dengan menggunakan Formulir Model G, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan SIUP yang telah diperoleh. Pasal 18 (1) Apabila SIUP yang telah diperoleh perusahaan hilang atau rusak tidak terbaca, perusahaan yang bersangkutan harus mengajukan permintaan penggantian SIUP secara tertulis kepada Kepala Dinas yang berwenang mengeluarkan SIUP tersebut untuk memperoleh SIUP baru ; (2) Permintaan penggantian SIUP yang hilang atau rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Dilakukan sesuai ketentuan Pasal 7 ; b. Melampirkan Surat Keterangan Hilang dari Kepolisisan setempat bagi SIUP yang hilang ; c. Melampirkan SIUP asli bagi yang rusak ;

- 20 - (3) Selambat lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya Surat Permintaan Penggantian SIUP sebagaimana dimaksud ayat (2), Kepala Dinas mengeluarkan SIUP dengan menggunakan Formulir Model B. BAB VI P E L A P O R A N Pasal 19 (1) Perusahaan pemegang SIUP Kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) dibawah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dibebaskan dari kewajiban menyampaikan laporan : (2) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) yang telah memperoleh SIUP Kecil dengan modal disetor dan kekayaan bersih di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas mengenai kegiatan usahanya setiap tahun sekali selambat lambatnya tanggal 31 Januari tahun berikutnya ; (3) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) yang telah memperoleh SIUP Menengah dan SIUP Besar, wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas mengenai kegiatan usahanya sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun ;

- 21 - Pasal 20 Perusahaan yang telah memperoleh SIUP wajib memberikan data / informasi mengenai kegiatan usahanya, apabila diminta sewaktu waktu oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atau pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP. Pasal 20 (1) Setiap perusahaan yang sudah tidak lagi melakukan kegiatan usaha perdagangan atau menutup perusahaannya wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas ; (2) Kepala Dinas yang mengeluarkan SIUP perusahaan yang ditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengeluarkan Keputusan Penutupan Perusahaan dengan menggunakan Formulir H. BAB VI KETENTUAN LAIN - LAIN Pasal 22 Perusahaan melakukan kegiatan usaha perdagangan yang mempunyai kekhususan atau profesi seperti perdagangan jasa, penjualan minuman beralkohol dan pasar modern, perizinannya diatur tersendiri.

- 22 - Pasal 23 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) tidak berlaku untuk melakukan kegiatan perdagangan berjangka komoditi. BAB VI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 24 (1) Perusahaan diberi peringatan tertulis apabila : a. Tidak melakukan kewajiban sesuai ketentuan dalam Pasal 17, Pasal 18 ayat (1) dan (2), Pasal 20 serta Pasal 21 Peraturan Daerah ini ; b. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan bidang jasa, kegiatan usaha, dan jenis barang / jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh ; c. Belum mendaftarkan perusahaan dalam daftar perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ; d. Adanya laporan / pengaduan dari pejabat yang berwenang ataupun pemilik dan atau pemegang HAKI bahwa perusahaan yang bersangkutan melakukan pelanggaran HAKI, seperti antara lain hak cipta, paten dan merek ; e. Adanya laporan / pengaduan dari pejabat yang berwenang bahwa perusahaan tersebut tidak memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

- 23 - (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sebanyak - banyaknya 3 (tiga) kali berturut turut dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan oleh pejabat yang berwenang mengeluarkan SIUP dengan mengggunakan Formulir Model D. Pasal 25 (1) SIUP Perusahaan yang bersangkutan dibekukan apabila : a. Tidak mengindahkan peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) ; b. Melakukan kegiatan usaha yang memiliki kekhususan seperti perdagangan jasa / penjualan berjenjang dan tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha dan jenis barang / jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh ; c. Sedang diperiksa di sidang pengadilan karena didakwa melakukan pelanggaran HAKI, dan atau melakukan tindak pidana lainnya. (2) Selama SIUP perusahaan yang bersangkutan dibekukan, perusahaan tersebut dilarang untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan ; (3) Jangka waktu pembekuan SIUP bagi perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkan penetapan pembekuan SIUP ; (4) Jangka waktu pembekuan SIUP bagi perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berlaku sampai dengan adanya keputusan badan peradilan yang berkekuatan tetap ;

- 24 - (5) Pembekuan SIUP dilakukan oleh Kepala Dinas yang berwenang menerbitkan SIUP yang bersangkutan dengan menggunakan Formulis Model E ; (6) SIUP yang telah dibekukan dapat diberlakukan kembali apabila perusahaan yang bersangkutan : a. Telah mengindahkan peringatan dengan melakukan perbaikan dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ; b. Dinyatakan tidak terbukti melakukan pelanggaran HAKI dan atau tidak melakukan tindak pidana sesuai Keputusan badan peradilan yang telah berkekuatan tetap. Pasal 26 (1) SIUP dapat dicabut apabila : a. SIUP yang diperoleh berdasarkan keterangan / data yang tidak benar atau palsu dari perusahaan yang bersangkutan atau tidak sesuai ketentuan dalam Pasal 6, 8, 9, 12 dan 17 ; b. Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui batas waktu pembekuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) ; c. Perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran HAKI dan atau pidana badan peradilan yang telah berkekuatan tetap ; d. Perusahaan yang bersangkutan melanggar ketentuan peraturan perundang - undangan yang memuat sanksi pencabutan SIUP.

- 25 - (2) Pencabutan SIUP dilakukan oleh Kepala Dinas yang berwenang menerbitkan SIUP yang bersangkutan dengan menggunakan Formulir Model F. Pasal 27 (1) Terhadap pencabutan SIUP dilakukan oleh Kepala Dinas, perusahaan yang bersangkutan selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak dikeluarkannya pencabutan SIUP dapat mengajukan permohonan keberatan kepada Kepala Dinas ; (2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan keberatan dapat menerima atau menolak permohonan banding secara tertulis dengan alasan alasan. BAB XI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 28 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana pelanggaran atas ketentuan - ketentuan dalam Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah hukum di tempat Penyidik ditempatkan ; (2) Dalam melakukan tugas penyidikan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang :

- 26 - a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana ; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dari kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat ; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka ; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ; h. mengadakan penghentian penyidikan, setelah mendapat petunjuk dari Kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Kepolisian Republik Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada Kejaksaan Negeri, kepada tersangka atau keluarganya ; i. mengadakan tindakan lainnya menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang menjadi dasar hukumnya dan dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan Kepolisian Republik Indonesia.

- 27 - BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 29 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 2, 10, 15 ayat (1) dan Pasal 23 Peraturan Daerah ini diancam kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan atau denda sebanyak - banyaknya Rp. 5.000.000,-( lima juta rupiah ) ; (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan yang telah ada sepanjang mengatur hal yang sama dinyatakan tidak berlaku ; (2) Hal - hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian dengan Keputusan Bupati.. Pasal 31 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.

- 28 - Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah kabupaten Berau. Disahkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 5 Oktober 2002 BUPATI BERAU, ttd Drs. H. MASDJUNI. Diundangkan di Tanjung Redeb pada tanggal 10 Oktober 2002 SEKRETARIS DAERAH, ttd Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 010 055 469 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2002 NOMOR : 43