SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 5 (Lima)

dokumen-dokumen yang mirip
SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 7 (Tujuh)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 6 (Enam)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 9 (Sembilan)

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

PERTEMUAN KE-8 UJIAN TENGAH SEMESTER

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh)

Rekayasa Lalu Lintas

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 2 (dua)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 11 (Sebelas)

ANALISIS INSTRUKSIONAL MATA KULIAH : REKAYASA LALU LINTAS SKS : 2

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 15 (Limabelas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 3 (tiga)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persimpangan Sistem jaringan jalan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu ruas (link) dan persimpangan (node).

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

Gambar 2.1 Rambu yield

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

PEDOMAN. Tata cara perencanaan geometrik persimpangan sebidang DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan.

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Persimpangan. Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Persyaratan Teknis jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting

PENGENDALIAN LALU LINTAS 4 LENGAN PADA PERSIMPANGAN JL. RE. MARTADINATA JL. JERANDING DAN PERSIMPANGAN JL. RE. MARTADINATA JL. HARUNA KOTA PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

WEAVING SECTION. Definisi dan Istilah 5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

BAB II LANDASAN TEORI. bertemu dan lintasan arus kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masingmasing

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

Penanganan umum simpang tak bersinyal

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Simpang Tak Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal di bawah ini :

Spesifikasi geometri teluk bus

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 1 (Pertama)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA JALINAN JALAN IMAM BONJOL-YOS SOEDARSO PADA BUNDARAN BESAR DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan yang sebenarnya, atau merupakan suatu penjabaran yang sudah dikaji.

PERBANDINGAN PENGUKURAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN PROGRAM aasidra 2.0 dan MKJI 1997 (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN PAAL 2 MANADO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PENINGKATAN KINERJA PERSIMPANGAN SEBIDANG PURI KEMBANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK LALU LINTAS MATERI PERKULIAHAN. Simpang ber-apill (Alat Pengatur Isyarat Lalu Lintas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB III LANDASAN TEORI

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA PADA JALAN KOMYOS SUDARSO JALAN UMUTHALIB KOTA PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah titik pada jaringan jalan tempat jalan-jalan bertemu dan

Djoko Sulistiono 1, Hera widyastuti 2, Catur Arief Prastyanto 2 1 Mahasiswa S 2 Manajemen dan Rekayasa Transportasi Teknik Sipil FTSP ITS

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA KINERJA SIMPANG JALAN MANADO BITUNG JALAN PANIKI ATAS MENURUT MKJI 1997

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR PERSIMPANGAN JL. PASARMINGGU - JL. KALIBATA - JL. DUREN TIGA JL. PANCORAN TIMUR DI JAKARTA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

ANALISIS KINERJA PERSIMPANGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus : Persimpangan Jalan Sisingamangaraja Dengan Jalan Ujong Beurasok - Meulaboh)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA.

Transkripsi:

ATUAN ACARA PERKULIAHAN AP Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CE 5353 emester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 5 Lima A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami tentang tujuan ilmu rekayasa lalu lintas dan cakupannya secara umum, serta dapat memberikan solusi bagi penyelesaian permasalahan lalu lintas terutama yang berkaitan dengan kinerja/tingkat pelayanan ruas jalan, persimpangan, perparkiran, terminal, rambu dan marka jalan, serta hirarki dan fungsi jalan. 2. Khusus Dapat menentukan kapasitas, tundaan, dan peluang antrian pada persimpangan dengan bundaran. B. Pokok Bahasan Penjelasan terhadap defenisi pulau lalu lintas dan bundaran, ambing, kapasitas praktis dan kapasitas cadangan metode Well s. C. ub Pokok Bahasan Penjelasan terhadap defenisi pulau lalu lintas dan bundaran, ambing, kapasitas metode Well s. Penjelasan terhadap rumus rumus yang digunakan untuk menghitung proporsi ambing, kapasitas praktis, dan kapasitas cadangan dengan metode Well s. Penjelasan dan pembahasan contoh soal. D. Kegiatan Belajar Mengajar Tahapan Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Pengajaran 1. Memberikan penyegaran sekilas tentang topik minggu yang lalu. 2. Menjelaskan cakupan materi materi perkuliahan untuk topik ke lima. Kegiatan Mahasiswa Mendengarkan dan memberikan komentar Media & Alat Peraga Notebook, LCD, White board. 106

Penyajian Penutup 1. Menjelaskan defenisi pulau lalu lintas dan bundaran, ambing, kapasitas praktis, dan kapasitas cadangan metode Well s. 2. Menjelaskan rumus rumus yang digunakan untuk menghitung nilai ambing, kapasitas praktis dan kapasitas cadangan metode Well s. 3. Menjelaskan dan membahas contoh soal. 1. Mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa. 2. Memberikan kesimpulan. 3. Mengingatkan akan kewajiban mahasiswa untuk pertemuan selanjutnya. Memperhatikan, mencatat dan memberikan komentar. Mengajukan pertanyaan. Memberikan komentar. Mengajukan dan menjawab pertanyaan. Notebook, LCD, White board. White board. E. Evaluasi 1. Pertanyaan tidak langsung Meminta kepada mahasiswa untuk memberikan komentar tentang defenisi pulau lalu lintas, bundaran, ambing, kapasitas praktis, dan kapasitas cadangan. 2. Pertanyaan langsung Jelaskan bagaimana menghitung nilai ambing, kapasitas praktis, dan kapasitas cadangan pada persimpangan bundaran menggunakan metode Webster. 3. Kunci jawaban Nilai ambing dihitung berdasarkan pada jumlah volume lalu lintas yang berkonflik di titik ambing dibagi dengan jumlah volume lalu lintas yang melewati ambing tersebut. Hitung kapasitas praktis dengan rumus yang diberikan, dengan memasukkan beberapa variabel, yaitu nilai ambing, lebar rata rata jalan masuk, lebar ambing, dan panjang ambing. Kapasitas cadangan dihitung berdasarkan kapasitas praktis dikurangi jumlah volume lalu lintas yang melewati ambing, dan dibagi dengan jumlah volume lalu lintas yang melewati ambing. Nilai kapasitas cadangan minimal 80 %. 107

RENCANA KEGIATAN BELAJAR MINGGUAN RKBM Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CE 5353 emester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 5 Lima Minggu Ke Topik Pokok Bahasan Metode Pembelajaran Estimasi Waktu menit Media 1 2 3 4 5 5.1 Defnisi pulau lalulintas, bundaran, ambing, kapasitas praktis, dan kapasitas cadangan metode Well s. 5 5.2 Formula yang digunakan dalam untuk menghitung proporsi ambing, kapasitas praktis, dan kapasitas cadangan metode Well s. Ceramah, Diskusi Kelas 100 Notebook, LCD, Whiteboard 5.3 Pembahasan contoh soal. 108

PERTEMUAN KE - 5 RANCANGAN LALULINTA PADA PERIMPANGAN 5.1 Umum Walaupun lampu lalu lintas adalah alat yang sangat baik untuk mengendalikan lalu lintas pada persimpangan-persimpangan, namun dalam perancangan persimpangan-persimpangan baru selalu diusahakan agar lampu pengatur lalu lintas tidak lagi diperlukan. Ada empat cara untuk mengurangi jumlah titik-titik konflik yaitu : 1. Membuat pulau penyalur pada persimpangan yang diprioritaskan pulau lalulintas. 2. Membuat bundaran lalu lintas 3. Membangun jalan silang persimpangan bertingkat 4. Membangun lampu pengatur lalulintas Traffic light. 5.2 Pulau Lalu Lintas ecara umum pulau pulau lalulintas berfungsi untuk mengkanalisasi, memisahkan, mengarahkan atau sebagai pengaman arus lalulintas. Pulau lalulintas ditempatkan pada bagian tengah dari suatu jalur lalulintas atau persimpangan jalan. Penempatan pulau lalulintas harus dilengkapi dengan rambu dan atau marka. Lokasi penempatan pulau lalulintas disesuaikan dengan hasil kajian/studi lalulintas. Adalah bentuk paling sederhana untuk menyalurkan arus lalu lintas, berfungsi sebagai : a. Memisahkan arus lalu lintas secara terarah; b. Mengarahkan pengemudi kejalur yang benar; c. Menghindarkan pengemudi melakukan gerakan-gerakan terlarang; d. Melindungi memberi keamanan pengemudi yang bermaksud belok kanan; e. Menyediakan ruang lindung bagi para pejalan kaki; f. Tempat yang ideal untuk menempatkan pengatur lalu lintas dan rambu-rambu pengarah. Pulau lalulintas pada dasarnya dibedakan atas 3 tiga kelompok, yaitu : Pulau pulau kanal channelizing island, digunakan untuk memperlancar arus lalulintas. Pulau pemisah divisional island, digunakan untuk memisahkan arus lalulintas yang berlawanan atau searah. Pulau pengaman refuge island, digunakan untuk pejalan kaki. Pulau lalulintas ini biasanya ditinggikan dan dibatasi dengan kerb dan tinggi standar dari kerb antara 12 15 cm. Untuk jalan tanpa pemisah, pulau pemisah median sebaiknya digunakan pada bagian menjelang persimpangan, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut : Kecepatan rencana pada jalan yang bersimpangan 60 km/jam atau lebih. Jumlah penyeberang jalan cukup besar dan jarak penyeberangan juga jauh. Ukuran minimal dari pulau-pulau lalulintas, dapat dilihat pada Tabel berikut ini : 109

Tabel 5.1 : Dimensi Minimum Pulau Lalulintas TIPE DIMENI PANJANG M a b c Wa La Ra Wb Lb Rb Luas daerah Wc Lc 1,0 3,0 1,5 Wp1,0 5,0 M 2 D1,0 5,0 d Wd 1,0 Keterangan : D lebar bagian fasilitas jalan; Wp lebar jalur penyebarangan Ra La Wa D Wc Lc a. Hanya Pemisah Lalulintas b. Dipakai untuk Lalulintas & Pejalan Kaki Wb Wd Rb Lb c. Penempatan Fasilitas Pada Pulau d. Pemisah Tanpa Taper Gambar tipikal simpang T, dengan pulau-pulau lalu lintas 110

Disamping dimensi minimum pulau-pulau lalulintas, juga perlu diperhatikan mengenai standar letak set back dan nose offset, serta jari-jari nose seperti table dibawah ini : Tabel 5.2 : et Back dan Nose Offset Kecepatan Rencana km/jam 80 60 50 1, 2 m 1,0 0,75 0 3 m O1 m 1,5 1,0 O2 m 1,0 0,75 Tabel 5.3: Jari Jari Nose Ri Ro Rr 1,0 1,5 m 3 Ro 1 Kanal O2 Ri Rr O1 2 Lalulintas Menerus Gambar : et Back dan Pergeseran Ujung Ujung nose pada pulau lalulintas ini sebaiknya ditandai dengan marka jalan, dimana panjang minimum marka tersebut ditentukan berdasarkan fungsi dari pulau lalulintas tersebut, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Untuk ambang verging 2. Untuk pergeseran jalur lalulintas menerus La V x R/3 Lb 2xVxR/3 Dimana : La, Lb Panjang marka meter V Kecepatan rencana km/j R Jari-jari ujung nose pulau meter 111

112 5.3 Bundaran Lalulintas Penerapan bundaran lalulintas di persimpangan mempunyai beberapa manfaat terutama dalam meningkatkan kelancaran dan keselamatan berlalulintas. Bundaran secara khusus dibutuhkan bila : a. Arus lalu lintas dari dua jalan atau lebih yang masuk simpang, sama besar pada saat yang sama; b. Lalu lintas belok kanan cukup tinggi diatas 30%; c. impangan lebih dari empat simpang lima atau lebih; d. Tersedia lahan/ruang yang cukup memadai untuk membangun bundaran lalulintas. Kemampuan suatu bundaran melayani besarnya lalu lintas yang menggunakannya tergantung pada tersedianya ruang untuk berambing weaving, yaitu lalu lintas yang memotong dari suatu alur pada bundaran ke alur lain. Kapasitas ruang ambing P suatu bundaran adalah fungsi luas dari proporsi lalu lintas ambing, seperti gambar dibawah ini : Proporsi ambing p adalah jumlah lalulintas yang berkonflik diambing, dibagi dengan jumlah lalulintas yang memasuki ambing. Proporsi ambing BU k j g c b a k g c b Proporsi ambing UT j c b f e d j b d e Proporsi ambing T c e d i h g c e h g Proporsi ambing B d h g l k j d h k j B T U a d e g h L c i b j k f

Rumus kapasitas praktis pada ruas ambing Metode Well s : 288 w. 1 Q prak 1 Dimana : e 1 w w L p 3 Q Arus lalu lintas pada ruas ambing smp/jam w Lebar ruas ambing m e ½ e 1 e 2 lebar rata-rata jalan m L Panjang ruas ambing m P Proporsi lalu lintas ambing Dimensi : W 6 18 m e/w 0.4-1.0 w/l 0.12-0.4 p 0.4-1.0 L 18-90 m Catatan : Kapasitas praktis adalah 80% dari kapasitas maximum. U eu eb Lb Wb ekb Wu Lu B eks eku T Ws Wt Lt et Ls ekt es Gambar : Geometrik Persimpangan Bundaran 113

Contoh : Dari hasil survey arus lalu lintas pada persimpangan bundaran didapatkan data-data sbb. Dari Menuju Utara Timur elatan Barat Utara -- 290 254 77 Timur 538 -- 75 736 elatan 490 322 -- 125 Barat 354 989 106 -- Menghitung nilai ambing p P BU P UT P T P B 989 106 490 538 989 106 490 538 354 322 989 322 254 77 989 322 254 77 290 106 736 538 254 106 736 538 254 106 77 75 736 77 490 322 736 77 490 322 125 538 2123 2799 1642 2038 1634 1786 1625 2288 0.76 0.81 0.91 0.71 Lebar ambing w 12 m Jalan masuk e 1 6 m; dan lebar jalan keluar e 2 12 m Panjang ambing L 60 m Maka : e ½ e 1 e 2 ½ 612 9 m dan e/w 9/12 0.75 Ditabelkan : 288. w 1 w/ L Cadangan Q w 1-p/3 1e/w prak Arus isi L e/w p P/3 a*b*c nyata /L a b c Qs Qs BU 60 0.2 0.75 0.76 0.25 0.75 1.75 2880 3763 2799 34,44 Q prak Qs UT 60 0.2 0.75 0.81 0.27 0.73 1.75 2880 3679 2038 82 T 60 0.2 0.75 0.91 0.30 0.70 1.75 2880 3511 1786 96,58 B 60 0.2 0.75 0.71 0.24 0.76 1.75 2880 3847 2288 68,13 % Kapasitas cadangan yang tersedia pada sisi Barat-Utara adalah rendah, kemungkinan perubahan adalah memperbaiki ruas itu dengan : Mengubah bentuk bundaran guna menambah panjang sisi. Di Inggris batas jumlah lalu lintas yang dapat di tampung oleh suatu bundaran adalah 3500 smp/jam dan jika lebih di usulkan jalan silang / layang. 114

Catatan BU 354 989 106 490 322 538 2799 smp/jam UT 77 254 290 322 106 989 2038 smp/jam T 538 736 75 106 77 254 1786 smp/jam B 125 490 322 736 77 538 2288 smp/jam Departement of the Environment 1975, memberikan rumusan kapasitas praktis satu bagian jalinan di kendaraan sbb : 1 e / w 160. w Q p 0.85. satuan kend / jam 1 w/ l Jika kendaraan berat truk dalam arus jalinan adalah 15 s.d 20%, maka kapasitas jalinan harus di kurangkan sebesar 4 s.d 6%. Contoh : Aliran lalu lintas di suatu persimpangan dua jalur di kontrol oleh suatu bundaran dengan lebar 7,3 m, jalan masuk ke setiap bagian jalinan mempunyai lebar 6 m, perbandingan panjang / lebar 3.0, dari hasil survey arus lalu lintas pada jam sibuk adalah : Jalan tuju Belok kiri Jalan terus Belok kanan Utara 147 10 560 20 105 5 elatan 210 20 770 10 56 15 Timur 84 20 840 25 70 15 Barat 168 5 630 5 112 20 a. BU 0.15 168 630 0.15 770 Jumlah arus bebas LL jalinan 1806 kend / j 0.1570 56 Prosentase kendaraan berat 8,8% 0.20 112 158,2 b. UT 0.05 630 105 0.10 147 Jumlah arus bebas LL jalinan 1610 kend / j 0.15 56 Prosentase kendaraan berat 12.1% 0.2 560 112 194,3 c. T 0.05 105 0.15 70 Jumlah arus bebas LL jalinan 1771 kend / j 0.20 84 112 560 Prosentase kendaraan berat 21.3% 0.25 840 377 d. B 0.05 105 0.10 770 Jumlah arus bebas LL jalinan 2051 kend / j 0.15 70 56 Prosentase kendaraan berat 17.2% 0.20 210 0.25 840 353.2 115

Dapat di lihat aliran lalulintas jalinan paling besar 2.051 kend/jam dan persentase kendaraan berat 17.2% Kapasitas di kurangkan 5% Maka : 160 w 1 e / w 2051 95% x 0.85 x 1 w/ l w / l 10/30 0.3333 w 10 m l 30 m Lebar rata-rata jalan masuk e ½ 7.3 6 6.65m 6.65 160w 1 2051 0,8075 w 1 0.3333 160w 1064 2051 0,8075 1.3333 2051 0.8075 120 w 798 2051 644.4 2051 96.9 w 644.4 w 14. 5m 96.9 Kesimpulan : Lebar jalan pada lokasi jalinan w adalah 14.5 m KIMBER, RM 1980 membuat satu formula gabungan untuk memprediksi kapasitas persimpangan bundaran sebagai berikut : Q e k F f c. Q c, jika f c. Q c F jika f c. Q c >F Dengan : k 1 0,00347 φ -30 0,978 [1/R 0,05] F 303. x 2 f c 0,210. t d 1 0,2. x 2 0, 5 t d 1 1 M M eksp {D 60/10} x 2 V e V 1 2.5 1,6 e V s l' Dimana : Qe Jumlah arus L.L yang masuk dalam kawasan kendaraan smp/j Qe Jumlah arus L.L dalam kawasan bundaran yang berlawanan dengan arus LL yang masuk smp/j 116

D Z W e l imbol Keterangan Batas Untuk Desain e V l D φ R Lebar jalan masuk Lebar setengah jalan tuju Rata-rata panjang pengembangan Ketajaman weaving Garis pusat bundaran udut masuk Jari-jari masuk 4 15 M 2 7,3 M 1,0 100 M 0 2,9 M 15 100 M 10 60 6 100 M Contoh : - atu bundaran di persimpangan mempunyai garis pusat D 65 M, - Lebar jalan masuk e 8,5 M - Lebar setengah jalan tuju V 7,3 M - Rata-rata panjang kembangan l 30 M - Jari-jari jalan masuk R 40 M - udut masuk φ 30 - Volume lalu lintas MP/j sebagai berikut : Dari U T B KE U T B - 850 200 100 700-450 250 150 350-700 350 450 350 - Jumlah Arus L.L Masuk 1150 1400 1200 1150 117

U 100 200 350 850 150 B 350 700 T 450 700 350 250 450 Hitung kapasitas cadangan untuk persimpangan tersebut o Penyelesaian : k 1 0,00347 φ - 30 0,978 {1/R 0,05} 1 0,00347 30-30 0,978 {1/40 0,05} 1 0,02445 1,02445 e V/l 1,6 8,5 7,3 0,064 30 e V 8,5 7,3 7,3 8,3638 1 25 1 2 0,064 x 2 V F 303 * x 2 303 x 8,3638 2534,23 M e D 60/10 e 65 60/10 1,6487 t d 1 1 M 1,6487 1,1888 1 1 f c 0,210. t d 1 0,2. x 2 0,210. 1,1888 1 0,2. 8,3638 0,66725 Qe 1,02445 2534,23 0,66725. Q c 2596,2 0,6836. Q c 118

U B 250 350 450 700 350 450 100 350 200 150 450 850 150 450 450 100 150 700 700 450 100 700 850 350 o Arus L.L mengelilingi : - UTARA 350 450 450 1250 smp/j - ELATAN 700 100 150 950 smp/j - TIMUR 850 450 100 1400 smp/j - BARAT 450 150 700 1300 smp/j o Muatan masuk Q e - UTARA 2596,2 0,6896. 1250 1742 smp/j - ELATAN 2596,2 0,6896. 950 1947 smp/j - TIMUR 2596,2 0,6896. 1400 1639 smp/j - BARAT 2596,2 0,6896. 1300 1708 smp/j Arah Utara elatan Timur Barat Arus L.L Mengelilingi smp/j Q c 1250 950 1400 1300 Muatan Masuk Q c 1742 1947 1639 1708 Arus L.L Masuk Q M 1150 1400 1200 1150 Muatan Cadangan Mc % 51,5 39,1 36,6 48,5 Mc Qc Qm x 100% Qm 119

UTARA TIMUR 1150 1200 1000 1200 1250 1400 1300 1050 950 1650 1150 1400 BARAT ELATAN 120