URGENSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOGRAFI BERBASIS KEARIFAN LOKAL. Ardyanto Tanjung, Muhammad Fahmi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sains. Materi pelajaran Sains harus dikuasi dengan baik oleh siswa. Dasar Sains yang baik akan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODUL ANALISIS KOMPLEKS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan tujuan dari Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Moh Dendy FB,2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. manusia,karena melalui pendidikan akan dapat menciptakan manusia yang

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh : Asep Herry Hernawan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari dan dalam upaya. memahami ilmu pengetahuan yang lainnya. Tujuan dari pendidikan

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan. pemahaman, skill, dan berkarakter. Kurikulum ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. 7915/D/Kp/2014 memutuskan tentang petunjuk teknis pemberlakuan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

Transkripsi:

URGENSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOGRAFI BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ardyanto Tanjung, Muhammad Fahmi Universitas Negeri Malang E-mail: ardyanto.tanjung.fis@um.ac.id Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk memberi gambaran peran Pengembangan bahan ajar Geografi. Salah satu permasalahan pembelajaran geografi dewasa ini adalah ketika materi cenderung hafalan tanpa menyadari fakta kearifan local yang bisa menjadi materi yang penting dipahami peserta didik. Implementasi Kurikulum 2013 mengisyaratkan pembelajaran yang mengangkat kearifan lokal sebagai materi yang perlu dikembangkan khususnya pada pembelajaran Geografi.Terdapat beberapa langkah belajar yang bisa diterapkan dalam pembelajaran Geografi, langkah belajar tersebut diharapkan dapat merangsang peserta didik dalam melatih kepekaan mengidentifikasi lingkungan dan kewilayahan dimana peserta didik tinggal. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan identifikasi masalah, sejumlah langkah kerja sehingga materi ajar dapat menjadi jawaban permasalahan di sekitar peserta didik. Kata kunci: Pengembangan bahan ajar, Geografi, kearifan local, kurikulum 2013 PENDAHULUAN Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun siswa. Keberadaan bahan ajar sangat penting karena bahan ajar merupakan komponen yang harus dikaji, dicermati, dipelajari dan dijadikan bahan materi yang akan dikuasai oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan pedoman untuk memperlajarinya (Hernawan, dkk. 2008). Bahan ajar yang baik menurut sunarya (2005) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Bahan ajar disusun menurut kurikulum yang berlaku, 24 2) Bahan ajar disusun oleh para ahli bidangnya, 3) Bahan ajar tersebut hendaknya dilengkapi dengan kegiatan kegiatan yang menunjang ketrampilan berfikir, ketrampilan proses, sikap dan nilai nilai, 4) Bahan ajar hendaknya mencerminkan aspek materi penyajian, bahan serta keterbacaan yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Keberadaan bahan ajar akan membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk memiliki kompetensi mengembangkan bahan ajar yang baik sesuai de-ngan persyaratan dan

25 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015 kebutuhan yang diperlukan, sehingga materi pem-belajaran dapat tersampaikan dengan baik, serta siswa pun memiliki aktivitas belajar yang cukup baik (Hernawan dkk, 2008). Saat ini bahan ajar yang dipakai oleh guru belum memperhatikan kondisi siswa dan lingkungannya, karena pada umumnya guru menggu-nakan bahan ajar komersial sebagai pegangan dalam pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan guru terlalu tergantung pada bahan ajar komersial. Ketergantungan guru terhadap bahan ajar komersial sangat tinggi. Guru lebih memilih untuk membeli bahan ajar dari penerbit dibandingkan dengan membuat bahan ajar sendiri. Alasannya bervariasi, mulai dari kepraktisan, tidak adanya waktu dan kurangnya dana dalam membuat bahan ajar. Padahal idealnya seorang guru harus mampu mengembangkan bahan ajar untuk menunjang pembelajaran, karena pengembangan bahan ajar merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam pengembangan bahan ajar guru merupakan pionir dalam pengembangannya. Hal tersebut diatur dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa guru harus memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Faktor yang mendasari permasalahan guru dalam mengembangkan bahan ajar selain alasan yang diuraikan sebelumnya adalah kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar masih kurang. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar. Berdasarkan kajian yang dipaparkan pada bagian sebelumnya serta hasil observasi dan wawancara, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah: a. Mayoritas Guru belum pernah mengembangkan bahan ajar Geografi b. Guru tidak tahu prosedur dalam pengembangan bahan ajar c. Bahan ajar tidak dianggap penting karena terbiasa menggunakan bahan ajar penerbit d. Belum ada sosialisasi atau pelatihan tentang pengembangan bahan ajar TUJUAN Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pengembangan bahan ajar Geografi, serta materi pembelajarannya. Pengalaman belajar siswa yang salah tentu akan

26 Ardyanto Tanjung, Muhammad Fahmi. Urgensi Pengembangan Bahan Ajar Geografi Berbasis Kearifan Lokal membuat kebermaknaan belajar menjadi sedikit bahkan merosot hingga sampai diragukan sumbangan Geografi dalam membekali pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan maupun kompetensi peserta didik. Pada hal, pembelajaran Geografi diharapkan melengkapi anak didik dengan nilai-nilai, sikap, dan pengetahuan untuk menjadi warga negara Indonesia hidupnya lebih baik, sejahtera, bahagia, bermanfaat, dan bertanggung jawab (Rifai, 1972:27). Dengan mengidentifikasi permasalahnya, diharapkan timbul pemecahan masalah sebagai upaya perbaikan dan mengembalikan materi Geografi yang bermanfaat dan bermakna bagi peserta didik. Apabila hal ini dapat terwujud maka pembelajaran Geografi akan semakin berkualitas dalam meningkatkan keyakinkan masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya pembelajaran Geografi bagi peserta didik, dan pentingnya bagi dunia pendidikan. Pembahasan pada makalah ini difokuskan pada cara-cara dalam meningkatkan kecerdasan ruang melalui materi dan langkah belajar. METODE Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah dokumentasi. Pada awalnya penulis mengindentifikasi permasalahan pembelajaran geografi melalui pengamatan bahan ajar dan wawancara, serta menganalisis secara lengkap hasil tersebut secara deskriptif. PEMBAHASAN Bahan Ajar Geografi Bahan ajar merupakan sebuah elemen penting yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar merupakan faktor eksternal yang mendukung motivasi internal dalam belajar (Hermawan, 2009). Menurut Biggs dan Tefler (dalam Dakir dkk, 2000) diantara motivasi belajar siswa ada yang diperkuat dari acara-acara pembelajaran. Motivasi instrumental, sosial, dan berprestasi siswa dapat dimunculkan oleh guru dengan memunculkan cara-cara baru dalam pembelajaran. Motivasi instrumental dapat dimunculkan dengan menggunakan bahan ajar yang tepat sehingga siswa mampu meningkatkan motivasi belajarnya.

27 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015 Bahan ajar itu sendiri menurut Dick & Carey (1996) merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan bahan ajar yang tepat akan mampu menstimulus siswa agar giat belajar sehingga, mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Bahan ajar yang disusun secara baik dan lengkap yang berarti memiliki unsure materi dan media maka kondisi belajar siswa akan lebih optimal. Penambahan ilustrasi juga akan memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar secara mandiri. Menurut Sungkono, dkk (2003) bahan ajar merupakan seperangkat bahan yang memuat materi atau isi pembelajaran yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Suatu bahan ajar memuat materi, pesan atau isis mata pelajaran yang berupa ide fakta, konsep, prinsip, kaidah, atau teori yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai disiplin ilmu. oleh karena itu apabila bahan ajar disusun secara baik dan lengkap maka bahan ajar akan sangat baik untuk digunakan siswa dalam proses belajar secara mandiri. Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Indonesia sudah sepatutnya untuk kembali kepada jati diri mereka melalui pemaknaan kembali dan rekonstruksi nilai-nilai luhur budaya mereka. Dalam kerangka itu, upaya yang perlu dilakukan adalah menguak makna substantif kearifan lokal. Sebagai misal, keterbukaan dikembangkan dan kontekstualisasikan menjadi kejujuran dan seabreg nilai turunannya yang lain. Kehalusan diformulasi sebagai keramah-tamahan yang tulus. Kearifan lokal merupakan salah satu wujud budaya yang diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Dalam kearifan local mengandung nilai-nilai luhur yang dapat digunakan dalam membangun karakter bangsa. Bagaimana pun dan betapa pun, secara jujur harus diakui bahwa yang berasal dari budaya Barat itu tidak seluruhnya tidak baik. Sebaliknya, yang ada dan muncul dari rumah kita sendiri itu pun tidak kontan pasti baik. Yang bernama kebaikan dan ketidakbaikan selalu ada di mana-mana. Hanya saja, yang pasti, arus budaya yang datang dari luar atau sebut saja dari Barat itu demikian kuatnya menghantam budaya lokal, sehingga sangat dimungkinkan bahwa budaya lokal,

28 Ardyanto Tanjung, Muhammad Fahmi. Urgensi Pengembangan Bahan Ajar Geografi Berbasis Kearifan Lokal kearifan lokal, local wisdom, indeginous wisdom kita akan segera mati. Di samping, sebagai tali pengikat yang menjadikan golongan- golongan dalam masyarakat menjadi suatu organisasi hukum. Ada dua hal yang paling tidak, harus dipikirkan untuk dilakukan terkait dengan fenomena di atas. Pertama, sebut saja upaya eksternal, pemilik budaya lokal, kearifan lokal, (local wisdom, indeginous wisdom) mesti menyikapi secara arif budaya asing yang mau masuk. Kedua, sebut saja upaya internal, budaya lokal, kearifan lokal, (local wisdom,indigenous wisdom) diangkat kembali ke permukaan, sehingga tampak nilai-nilai kultural dari balik simbol-simbol yang ada.(surasmi, 2012) Upaya internal dengan mengangkat kembali nilai-nilai keraifan lokal ke permukaan dapat dilakukan dengan pendidikan. Pendidikan tak hanya dapat dilakukan secara formal oleh guru di sekolah melainkan, dapat pula dengan belajar secara secara mandiri dengan bahan ajar yang dikembangkan oleh guru yang memuat nilai-nilai luhur dalam kearifan lokal. Teori-teori belajar yang menjelaskan dan mendukung bagi kemungkinan kesesuaian bahan ajar yang disusun berdasarkan kondisi dan fenomena lokal antara lain teori perkembangan kognitif Piaget. Dalam hal ini, Piaget (dalam Ginn, 2001:2) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif itu sendiri merupakan suatu usaha penyesuaian diri terhadap lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan suatu tindakan pasif dalam membangun pengetahuan utama yang melibatkan penafsiran peristiwa dalam hubungannya dengan struktur kognitif yang ada. Sedangkan, akomodasi merupakan suatu pengetahuan yang baru yang mengacu pada perubahan struktur kognitif yang disebabkan oleh lingkungan. Dalam hal pengembangan bahan ajar, Dick dan Carey (1996: 228), mengajukan hal-hal berikut untuk diperhatikan, yakni: (1) memperhatikan motivasi belajar yang diinginkan, (2) kesesuaian materi yang diberikan, (3) mengikuti suatu urutan yang benar, (4) berisikan informasi yag dibutuhkan, dan (5) adanya latihan praktek, (6) dapat memberikan umpan balik, (7) tersedia tes yang sesuai dengan materi yang

29 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015 diberikan, (8) tersedia petunjuk untuk tindak lanjut ataupun kemajuan umum pembelajaran (9) tersedia petunjuk bagi peserta didik untuk tahap-tahap aktivitas yang dilakukan, dan (10) dapat diingat dan ditransfer. Berdasarkan model pengembangan yang diajukan Dick dan Carey sudah jelas bahwa bahan ajar haruslah berisi informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Nilai-nilai luhur dalam kearifan local merupakan informasi yang penting dalam membangun karakter siswa. Sehingga, diperlukan sebuah bahan ajar yang berbasis kearifan lokal untuk membangun karakter bangsa. KESIMPULAN DAN SARAN Melalui pembahasan diatas, ditemukan fakta bahwa perlu adanya usaha dari pendidik untuk mengembangkan bahan ajar agar sesuai dengan kebutuhan dan mengangkat kearifan di wilayah peserta didik tinggal. Hal tersebut akan membuat pembelajaran menarik, Berdasarkan paparan diatas maka solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah memberikan wawasan tentang guru yang ideal, memberikan pemahaman mengenai kondisi bahan ajar saat ini, dan memberikan penyuluhan dan pemahaman tentang pengembangan bahan ajar Geografi kurikulum 2013 agar mengangkat materi kearifan lokal. DAFTAR RUJUKAN Daulay, Pardamean. 2012. Membangun Masyarakat Harmonis Berbasis Kearifan Lokal: Dari Keseragaman Menuju Keberagaman (online) (http://artikelut.wordpress.com) Diakses, 5 Maret 2014. Dick, Walter dan Lou Carey. (1996). The Systematic Design of Instruction. New York: Longman Ginn, Wanda Y. Jean Piaget-Intellectual Development. Available at (http// www.sk.com.br/skpiaget.html) diakses, 5 Maret 2014. Haryanto dkk. 2009. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. Hermawan, Asep Hery, dkk. 2009. Pengembangan Bahan Ajar (online) (http://file.upi.ac.id) Diakses, 5 Maret 2014. Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Cetakan ke-11. Jakarta: Gramedia. Susanti, Retno LR. 2012. Membangun Pendidikan Karakter Di Sekolah :Melalui Kearifan Lokal (online). (http://repository.usu.ac.id) Diakses, 5 Maret 2014.