BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia dengan meninggalkan bau tidak sedap, menimbulkan alergi,

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

BAB I PENDAHULUAN. Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terdapat di seluruh dunia. Sekitar 95% dari berbagai jenis lalat yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. Herry Hermansyah, Dosen Jurusan Analis Kesehatan Palembang 2. Yuni Merlin, Staff Laboratorium RSRK Charitas Palembang

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BABI PENDAHULUAN. kehidupannya sangat dekat dengan aktifitas manusia. Kita dapat menemukannya

BAB I PENDAHULUAN. diderita oleh penduduk di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat. macam penyakit menular yang seringkali berakibat kematian.

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk. penanggulangan dan pencegahannya (Notoadmodjo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus)

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

1. Pengertian Makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

SULOLIPU p-issn X Vol.17 No.1 (Juni 2017) KEMAMPUAN KONSENTRASI PASTA GIGI DALAM MEMBUNUH KECOA AMERICANA. Rasman 1 dan Asrudi 2

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

I. PENDAHULUAN. pemukiman yang banyak ditemukan di negara- negara termasuk Indonesia (Rahayu,

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar

RENCANA TINDAK LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Pestisida Rumah Tangga

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

BAB I PENDAHULUAN. penanganan makanan, keadaan lingkungan, dan peralatan yang digunakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada tahun 2001, wabah demam

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kehidupan. Lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam hal peranannya sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Keadaan lingkungan yang kurang bersih merupakan tempat yang sangat baik untuk berkembang biaknya berbagai macam vektor penyakit. Vektor penyakit ini diantaranya adalah serangga (Kusnoputranto dalam Oktarina, 2012). Seranggamerupakan organisme yang paling banyak jumlahnya di bumi ini, seranggajuga merupakan pembawa kuman penyakit yang berisiko bagi kesehatan. Organisme yang mendominasi kehidupan di bumi adalah serangga, Ordo Coleoptera merupakan serangga dengan jumlah spesies terbanyak dari seluruh kelompok serangga yang ada (Suputa, 2013). Serangga adalah mahluk hidup yang paling berhasil dalam beradaptasi di bumi ini, keberhasilan hidup serangga dapat dilihat dari waktu geologis yang telah dilalui dan kemampuannya beradaptasi terhadap berbagai perubahan lingkungan, oleh sebab itu serangga bisa kita jumpai hampir disemua ekosistem, baik pada ekosistem air, darat, dan udara. Jenis dan populasi serangga di dunia ini sangat banyak sekitar 800.000 jenis dengan jumlah populasi yang hampir tak terhitung (Nurcahyo dalam Oktarina, 2012). Serangga merupakan hewan purba yang telah ada di bumi sejak 400 juta tahun yang lalu dan diketahui sebagai hewan daratan pertama di bumi, kelompok 1

2 mamalia berada di bumi kurang lebih 230 juta tahun yang lalu (Iskandar dalam Ahmad 2011). Dari ratusan ribu jenis serangga ada beberapa yang suka hidup berdekatan dengan manusia, serangga tersebut bertujuan untuk mendapatkan makanan dari tubuh manusia serta ada pula yangingin menikmati makanan manusia, semua penyebab keinginan serangga untuk berdekatan hidup dengan manusia itu jelas merugikan. Kerugiannya bukan hanya berupa gangguan kenyamanan, namun dapat juga membahayakan kesehatan manusia.salah satu serangga yang hidup berdekatan dengan manusia dan menimbulkan kerugian adalah kecoa. Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, pasar, restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok, dapat terbang aktif pada malam hari seperti di dapur, tempat penyimpanan makanan, bak sampah, dan saluran-saluran air kotor. Umumnya kecoa menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan sering bersembunyi dicelah-celah. Menurut Depkes (2010) Serangga ini dikatakan pengganggu karena mereka biasa hidup di tempat kotor dan dalam keadaan tertentu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Terdapat 3500 species kecoa seantore dunia, dari 3500 species tersebut tiga diantaranya yang sering dijumpai yakni (Periplaneta americana), blatta orientalis, dan blattella germanica (Nurcahyo dalam Oktarina, 2012).

3 Dari ketiga jenis species tersebut blatta orientalis merupakan jenis yang tidak bisa terbang karena tidak memiliki sayap, dua jenis lainnya mampu terbang meskipun jarang melakukannya. (Periplaneta americana) merupakan species yang terbesar, yang paling sering dijumpai di seluruh Indonesia terutama daerah yang hangat dan lembab yang memungkinkan kecoa itu dapat hidup dan berkembang biak. Provinsi Gorontalo merupakan daerah yang mempunyai kelembaban udara yang relatif tinggi, kelembaban rata-rata 70%-90%. Pada tahun 2012 mencapai 86,5% (Dinkes, 2013), oleh karenanya sangat mungkin terjadi perkembang biakan serangga yaitu kecoa yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia.kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit, peranan tersebut antara lain sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen, sebagai perantara bagi beberapa spesies cacing, bakteri dan bisa menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan lain sebagainya (Hermawan, 2012). Menurut Depkes (2010) serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organismepatogen antara lain, Streptococcus, Salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperandalam penyebaran penyakit antara lain, Tifus, Diare, Cholera, Virus Hepatitis A, Polio pada anak-anak. Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme patogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme tersebut terbawaoleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan. Di Indonesia tifus merupakan penyakit yang paling dominan, penderita tifus atau disebut juga demam tifoid

4 cukup banyak, nyaris tersebar dimana-mana, ditemukan hampir sepanjang tahun, dan paling sering diderita oleh anak berumur 5 sampai 9 tahun. Penyakit ini dihantarkan oleh kecoa melalui makanan yang dihinggapinya, buruknya lingkungan dan kurangnya rasa peduli akan kebersihan akan membuat penyakit ini sulit untuk dideteksi, Penyakit yang disebabkan oleh kecoabervariasi, mulai dari alergi, gangguan pencernaan, dan lain sebagainya. Di Indonesia penyakit gangguan pencernaan atau biasa dikenal dengan diare merupakan penyakityang banyak diderita oleh masyarakat terutama pada usia balita, diare dilaporkan posisi tertinggi kedua sebagai penyakit paling berbahaya pada balita, membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang. Sampai saat ini di Indonesia diare masih menjadi masalah kesehatan pada masyarakat. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah kematian 1.289, dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak-anak (Kemenkes RI, 2010). Pada umumnya semua jenis penyakit yang ditimbulkan oleh kecoa disebabkan sanitasi tempat tinggal yang kurang baik. Kecoa merupakan binatang malam, pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang atau di celah-celah ruang. Aktivitas kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam rumah, dan biasanya ruang gerak melewati dinding, pipa-pipa atau tempat sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya tidak sedap, jika dilihat dari kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat mungkin kecoa dapat menularkan penyakit pada manusia.

5 Kuman penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia hinggapi. Di dalam tubuh kecoa pernah dijumpai zat-zat karsinogenik, oleh sebab itu bila makanan terkontaminasi dengan tinja kecoa dapat membahayakan kesehatan, selain itu kecoa juga dapat menimbulkan gangguan rasa takut entomophobia (Herdiana, 2012). Memberantas kecoa bukanlah hal yang mudah, kecoa adalah hewan yang aktif pada malam hari sehingga sulit terdeteksi oleh manusia dan berkembang biak secara cepat. Kecoa agak merepotkan jika diberantas secara mekanis karena larinya cepat dan mengeluarkan cairan berbau yang tidak sedap. Selain itu karena kecoa hidup dan berkembang biak di tempat-tempat yang kotor banyak yang jijik untuk menangkapnya. Pengendalian serangga pengganggu dengan menggunakan (DDT) DICHLORO-DIPHENYL-TRICHLOROETHANE, metil karbonat, organo phospor serta zat kimia lainnya sebagai insektisida untuk mengendalikan serangga, mengakibatkan menurunnya populasi serangga secara drastis (Azwar dalam Oktarina 2012). Penggunaan Insektisida yang berbahan dasar kimia seringkali berdampak negatif terhadap pecemaran lingkungan dan kesehatan manusia. Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45 menit akibat pestisidayang mengandung insektisida (Ahmad, 2010). Untuk menghindari dampak negatif tersebut, maka dikembangkan cara lain dalam pengendalian serangga yaitu pemanfaatan tanaman

6 yang mengandung zat pestisidik sebagai pengendalian hayati yang diperkirakan mempunyai prospek yang lebih baik dan berdampak positif. Zat aktif insektisida berbahan baku alami yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan menjadi salah satu alternatif yang semakin dipertimbangkan karena lebih ramah lingkungan, murah, aman, dan selektif (Hasanah, 2011). Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida alami terhadap kecoa adalah lada. Lada adalah sebuah tanaman yang kaya akan kandungan kimia, lada bersifat sedikit pahit, pedas, dan hangat (Permadi, 2008). Tanaman lada merupakan salah satu komoditas perdaganagan dunia lebih dari 80% hasil lada di Indonesia diekspor ke Negara luar, lada mempunyai sebutan The King Of spice (raja rempah-rempah) (Rukmana dalam Bahri, 2010). Lada merupakan salah satu jenis tanaman yang berkembang biak dengan biji, tanaman ini sudah ditemukan dan dikenal sejak puluhan abad yang lalu, di Provinsi Gorontalo pada umumnya tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk penyedap rasa pada makanan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Munandar dalam Oktarina, 2012) menggunakan biji lada sebagai penolak kecoa, dengan menggunakan serbuk biji lada seberat 1 gram, didapat persen penolakakan kecoa terhadap serbuk biji lada sebesar 34%. Kemudian dari hasil penelitian selanjutnya oleh Oktarina (2012) menggunakan serbuk biji lada yang mengandung piperin, piperanin, chavicin dan minyak atsiri, sehingga bersifat repellent terhadap kecoa (Periplaneta americana). Penelitian tersebut menggunakan 4 perlakuan dengan dosis serbuk biji lada sebanyak 1 gram, 2 gram, 3 gram, dan 4 gram yang efektif terhadap kecoa. Berdasarkan uraian diatas pada

7 penelitian ini penulis ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai tanaman lada yang dibuat ekstrak cair sebagai insektisida terhadap kecoa, selain itu penulis juga ingin mengetahui kosentrasi ekstrak biji lada yang paling efektif terhadap kecoa. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Efektifitas Ekstrak Biji Lada (Piper nigrum) Sebagai Insektisida Terhadap Kematian Kecoa (Periplaneta americana). 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1.2.1 Kecoa merupakan salah satu vektor penyakit, yang masih banyak ditemukandi lingkungan pasar, di dalam maupun luar rumah seperti dapur, dalam lemari, tempat penyimpanan makanan, bak sampah, dan saluransaluran air kotor. 1.2.2 Biji lada mudah ditemukan, karena banyak di jual di pasar-pasar tradisional maupun supermarket, biji lada juga sering digunakan sebagai bahan penyedap pada makanan karena memiliki rasa yang khas, lada juga dimanfaatkan sebagai obat-obatan modern maupun tradisional. 1.2.3 Ekstrak biji lada (Piper nigrum) merupakan salah satu alternatif yang di gunakan sebagai insektisida hayati terhadap kematian kecoa (Periplaneta americana). 1.3 Rumusan Masalah

8 Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalahnya yaitu Apakah ekstrak biji lada efektif sebagai insektisida terhadap kematian kecoa? 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui efektifitas ekstrak biji lada (Piper nigrum) sebagai insektisida terhadap kematian kecoa (Periplaneta americana). 1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk menganalisisefektifitas ekstrak biji lada (Piper nigrum) sebagai insektisida terhadap kematian kecoa (Periplaneta americana) pada konsentrasi 10%, 15%, 20%, dan 0% (untuk kontrol). 2. Untuk menganalisis konsentrasi yang paling efektifdari ekstrak biji lada (Piper nigrum) sebagai insektisida terhadap kematian kecoa (Periplaneta americana). 1.5 Manfaat 1.5.1 Secara teoritis Diharapkan dapat memberi kontribusi positif berupa informasi tentang pemanfaatan ekstrak biji lada (Piper nigrum) sebagai insektisida terhadap kematian kecoa (Periplaneta americana). 1.5.2 Secara praktis Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yakni bagi masyarakat, mahasiswa kesehatan masyarakat, pihak jurusan kesehatan masyarakat, dan instansi kesehatan.

9 1.5.2.1 Bagi masyarakat Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat biji lada (Piper nigrum) yang dapat digunakan sebagai insektisida terhadap kematian kecoa (Periplaneta americana). 1.5.2.2 Bagi mahasiswa kesehatan masyarakat Dari hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa kesehatan masyarakat dapat memperoleh pengetahuan lebih mendalam tentang efektifitas ekstrak biji lada (Piper nigrum) sebagai insektisida terhadap kecoa (Periplaneta americana). 1.5.2.3 Bagi pihak jurusan kesehatan masyarakat Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan literatur serta dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum kesehatan masyarakat kshususnya untuk mata kuliah Epidemiologi Penyakit, dan Pengendalian Vektor. 1.5.2.4 Bagi instansi kesehatan Diharapkan dari penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk pemerintah atau instansi kesehatan dalam mencanangkan program pemanfaatan tumbuhan khususnya biji lada (Piper nigrum) sebagai insektisida dalam pengendalian kecoa (Periplaneta americana).

10