BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperiment.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu. Minyak atsiri banyak terdapat di bagian kulit kayu manis.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen aktif menggunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

PROFIL FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI BIJI MANGGA ARUM MANIS (Mangifera indica. Linn)

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

Wahyuddin Jumardin, Masnawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi adalah bakteri. Bakteri merupakan mikroorganisme yang tidak

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB III. METODE PENELITIAN

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu alternatif pengobatan (Rochani, 2009). Selain harganya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki perairan sangat luas sebesar hektar. Perairan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penyebab kematian satu juta orang di negara berkembang terutama terjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. masih tergolong banyak. Berdasarkan kajian yang dilakukan Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Uji Saponin Uji Triterpenoid dan Steroid Uji Tanin Analisis Statistik Uji Minyak Atsiri Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. negatif Escherichia coli ATCC 25922, bakteri gram positif Staphylococcus aureus

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan berbagai upaya pembangunan dibidang kesehatan. Upaya tersebut bertujuan untuk mendukung visi Indonesia sehat 2010. Banyak tantangan dan kendala yang dihadapi dalam mencapai visi tersebut, salah satu kendalanya adalah masih tingginya angka penyakit infeksi di masyarakat, lebih dari 4,5% kematian di Negara ASEAN adalah penyakit infeksi (WHO 1998) Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab penyakit dan kematian di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada giliranya akan mengakibatkan kerugian materiil yang berlipat-lipat. Bagi negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatanya (Wahyono, 2007) Gibson (1991), menjelaskan bahwa Infeksi karena bakteri masih mendominasi potensi terjadinya infeksi berat, sepsis, syok septic, dan disfungsi multiorgan. Kematian di ruang perawatan intensif di Amerika sebanyak 40% disebabkan oleh bakteri gram positif dan 60% oleh bakteri gram negatif. (Nasronuddin, 2007)

Nasronudin (2007) menambahkan, bahwa untuk mengatasi infeksi karena bakteri, antibiotika mempunyai peranan penting, antibiotika diharapkan mampu mengeliminasi bakteri penyebab infeksi. Tetapi perlu disadari bahwa upaya mengeliminasi bakteri penyebab saja ternyata tidak cukup memadai, hal tersebut antara lain dimungkinkan akibat kurang tepatnya pemilihan antibiotika, munculnya resistensi, efek dari berbagai mediator, sitokin, yang ikut mempengaruhi laju perjalanan infeksi. Pemilihan antibiotika untuk mengatasi infeksi perlu mempertimbangkan beberapa hal termasuk antibiotika yang mempunyai spectrum luas, mampu bekerja lebih awal, potensi menginduksi resistensi minimal dan dapat dikombinasikan dengan antibiotika lain. Lisa (2007) menyatakan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen terpenting dan berbahaya di antara marga Staphylococcus dan Pseudomonas. Keduanya sering resisten terhadap berbagai jenis obat, sehingga mempersulit pemilihan antimikroba yang sesuai untuk terapi. Resistensi terhadap beberapa antimikroba umumnya terjadi di rumah sakit, tempat yang paling banyak menggunakan antimikroba. Hasil uji kepekaan terhadap antimikroba yang digunakan di RSU Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Agustus 2005 sampai dengan Februari 2006 menunjukan bahwa sebesar 74,1 % isolat Staphylococcus aureus mengalami resistensi multiobat dan sebanyak 95,9% isolat Pseudomonas aeruginosa mengalami resistensi multiobat. Dalam hal ini, resistensi multiobat didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih jenis antimikroba yang berbeda.

Timbulnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik pada penyakit infeksi merupakan masalah penting. Kekebalan bakteri terhadap antibiotik menyebabkan angka kematian semakin meningkat. Sedangkan penurunan infeksi oleh bakteri-bakteri yang patogen dapat menurunkan angka kematian. Selain itu cara pengobatan dengan menggunakan kombinasi berbagai antibiotik juga dapat menimbulkan masalah resistensi (Jawetz et al.,1991) Pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik memerlukan produk baru yang memiliki potensi tinggi. Penelitian zat yang berkhasiat sebagai antibakteri perlu dilakukan untuk menemukan produk antibiotik baru yang berpotensi untuk menghambat atau membunuh bakteri yang resisten antibiotik dengan harga yang terjangkau. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan zat aktif pembunuh bakteri yang terkandung dalam tanaman obat.widjayanti (1999) dalam Nur Iman (2009) menjelaskan salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah tanaman binahong. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat ini, ternyata memang banyak tumbuhan yang terbukti secara ilmiah bisa mengobati berbagai penyakit. Dalam kisah nabi Yunus AS, juga dikisahkan bahwasannya Nabi Yunus pada waktu dalam keadaan sakit (setelah ditelan ikan) diperintahkan oleh Allah SWT untuk memulihkan kondisi tubuhnya dengan memakan tumbuhan dari sejenis labu. Kisah ini terdapat dalam surat Ash-Shaaffat ayat 145-146 yang berbunyi:

& ÏÜø)tƒ ÏiΒ Zοtyfx ϵø n=tã $uζ Fu;/Ρr&uρ ÒΟŠÉ)y uθèδuρ Ï!#tyèø9$Î/ çµ tρõ t6uζsù Kemudian kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. (QS. Ash- Shaaffat [37]: 145-146) Dari ayat tersebut, manusia bisa mengambil suatu pelajaran bahwasanya di dalam suatu tumbuhan selain mengandung sifat estetika juga terdapat manfaat tertentu. Selain itu, antara tumbuhan yang satu dengan yang lainya tidaklah mempunyai manfaat yang sama (Jauhari,1984). Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, dikenal dengan sebutan Madeira Vine. (Manoi, 2009) Bagian tanaman binahong yang bermanfaat sebagai obat pada umumnya adalah rhizome, akar dan daun. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri daun binahong dan kandungan metabolit sekundernya pernah dilakukan, bahwa dalam simplisia daun binahong terkandung senyawa alkaloid, polifenol, dan saponin (Annisa dan nurul, 2007) Menurut Tshikalange et al., (2005) ekstrak air akar binahong dengan dosis 50 mg/ml memiliki daya hambat terhadap bakteri Gram-positif (B.pumilus,B.subtilis dan S.aureus) serta bakteri Gram-negatif (Enterobacter cloacae, E.coli, Klebsiella pneumonia, Serratia marcescens, dan Enterobacter aerogenes) pada dosis 60 mg/ml, tetapi tidak pada bakteri B.sereus.

Rachmawati (2007) telah melakukan skrining fitokimia daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten ) Steenis dengan melakukan maserasi terhadap serbuk kering daun dengan menggunakan pelarut n-heksana dan metanol didapatkan kandungan kimia berupa Saponin triterpenoid, flavanoid dan minyak atsiri. Rochani (2009), melakukan ekstraksi dengan cara maserasi daun binahong dengan menggunakan pelarut petroleum eter, etil asetat dan etanol, setelah dilakukan uji tabung ditemukan kandungan alkaloid, saponin dan flavanoid, sedangkan pada analisis secara KLT ditemukan senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid. Setiaji (2009) telah melakukan ekstraksi pada rhizome binahong dengan pelarut etil asetat, petroleum eter, dan etanol 70% di dapatkan senyawa alkaloid, saponin flavonoid dan polifenol Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel seperti aglikon flavanoid (Harbone, 1987) etil asetat sering digunakan sebagai pelarut karena etil asetat dapat menyari senyawa-senyawa yang dapat memberikan aktivitas antibakteri diantaranya flavonoid pilohidroksi dan fenol yang lain (Anonymous,2005). Telah diujikan bahwa ekstrak etil asetat daun ceremai mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dan mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida albicans dengan zona hambatan 20 mm, 15 mm dan 18 mm (Jagessar et al., 2008). Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri dengan berbagai konsentrasi ektsrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dengan menggunakan pelarut etil asetat dan

konsentrasi efektif ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis terhadap bakteri Staphylococcus aureus multiresisten antiboitik yang mewakili gram positif dan Pseudomonas aeruginosa multiresisten antibiotik yang mewakili gram negatif. dengan demikian penelitian ini kami beri judul "Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa? 2. Berapa konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa? 3. Senyawa kimia apa yang terkandung di dalam ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa 2. Mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. 3. Mengetahui senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak daun binahong yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.

1.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang melandasi penelitian ini adalah: 1. Adanya aktivitas antibakteri ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa 2. Terdapat konsentrasi tertentu dari ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis yang mampu menghambat dan membunuh Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa 3. Ada senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak daun binahong yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan adanya daya antibakteri suatu tanaman. 2. Memberikan informasi bahwa ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dapat digunakan sebagai zat antibakteri. 3. Memberikan motivasi pada masyarakat untuk menggunakan zat antibakteri dari bahan alam.

1.6. Batasan Masalah 1. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa multi resisten antibiotik yang di dapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2. Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun binahong campuran tua dan muda yang sudah dikeringkan dan tidak terserang penyakit didapatkan dari Balai Materia Medika Batu Malang 3. Penelitian ini hanya dilakukan pada konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis yang ditunjukkan dengan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri ditunjukan dengan kejernihan media uji dan penurunan jumlah koloni bakteri setelah pemberian konsentrasi ekstrak daun binahong. 4. Konsentrasi ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun binahong yang telah diencerkan sesuai dengan konsentrasi untuk masing-masing bakteri.

1.7. Penegasan Istilah 1. Daya antibakteri adalah kemampuan suatu zat untuk mencegah pertumbuhan atau aktivitas metabolisme mikroba. 2. Daya hambat adalah kemampuan suatu substansi untuk menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme. 3. Konsentrasi efektif adalah konsentrasi terkecil yang mempunyai daya hambat terbesar. 4. KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) adalah konsentrasi ekstrak daun binahong terendah yang mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang ditandai dengan kejernihan dalam media tabung atau cawan agar. 5. KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum) adalah konsentrasi ekstrak daun binahong terendah yang mampu membunuh bakteri yang dibiakkan pada media Natrium Agar atau kadar agen antibakteri terendah yang tidak menunjukkan pertumbuhan atau ada penurunan 99,9% dari inokulum asal sub kultur (Shulman et al.,1994) setelah dilakukan penggoresan 1 ml biakan bakteri dengan ekstrak daun binahong konsentrasi tertentu dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 18-24 jam. 6. Pengamatan kuantitatif digunakan untuk menentukan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa secara kuantitatif dengan cara menghitung koloni bakteri dengan menggunakan colony counter.