Pengawasan Atas Barang Impor Dengan Fasilitas Pembebasan Bea Masuk Dalam Rangka Penanaman Modal



dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.011/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK. 011/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 615/PMK.04/2004 TENTANG TATALAKSANA IMPOR SEMENTARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN No. 135/KMK.05/2000

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135/KMK.05/2000 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

SELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 76/PMK.011/2012 dan 90/PMK.04/2012

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG IMPOR SEMENTARA ATAU EKSPOR SEMENTARA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI POS LINTAS BATAS NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -17 /BC/2012 TENTANG

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/KMK.05/2000 TENTANG

FASILITAS KB DAN KITE:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG UNTUK OLEH PEMERINTAH PUSAT ATAU PEMERINTAH DAERAH YANG DITUJUKAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

FASILITAS KB DAN KITE:

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : Mengingat :

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.04/2014 TENTANG

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PMK.04/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

Fasilitas Kepabeanan untuk pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan berdasarkan PMK Nomor 21/PMK.011/2010

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Impor Sementara Dengan Menggu

Nomor : Tanggal : Yang bertanda tangan dibawah ini, kami pimpinan dari :

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR PELUMAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

Yang bertanda tangan di bawah ini, kami pimpinan dari : Nama Perusahaan : N P W P : Alamat Kantor : Telepon : Facsimile : Alamat Pabrik :

yang mana atas pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp ,00;

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN YANG AKAN DIRAKIT MENJADI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TUJUAN EKSPOR MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

2011, No.95 2 umum, perlu dilakukan penyesuaian terhadap mekanisme pemberian pembebasan bea masuk atas impor barang oleh Pemerintah Pusat atau Pemerin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA DI BIDANG CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Ekspor. Barang Impor. Pengeluaran.

TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN KERINGANAN BEA MASUK DALAM RANGKA PEMBANGUNAN INDUSTRI/INDUSTRI JASA

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : Tanggal : Yang bertanda tangan dibawah ini, kami pimpinan dari :

P - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG UNTUK KEPERLUAN OLAHRAGA YANG DIIMPOR OLEH INDUK ORGANISASI OLAHRAGA NASIONAL

Yang bertanda tangan dibawah ini, kami pimpinan dari : Nama Perusahaan : NPWP : Alamat Kantor : Telepon : Facsimile : Alamat Pabrik :

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA

2018, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 51/PMK.011/2010

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.04/2011 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.04/2011 TENTANG GUDANG BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1890, 2015 KEMENDAG. Impor. Mesin. Multifungsi. Berwarana. Fotokopi. Berwarana. Printer Berwarna. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN

IMPOR SEMENTARA. Jakarta, 18 Desember Homepage

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

Transkripsi:

Pengawasan Atas Barang Impor Dengan Fasilitas Pembebasan Bea Masuk Dalam Rangka Penanaman Modal Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstraksi Dasar hukum pemberian fasilitas pembebasan untuk skema industri dalam rangka penanaman modal adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-176/PMK.011/2009 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin Serta Barang dan Bahan Untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penananam Modal. Selanjutnya untuk lebih mengefektifkan pengawasan barang yang mendapatkan fasilitas bea masuk, diterbitkan PMK-76/PMK.011/2012 sebagai perubahan PMK- 176/PMK.011/2009. Barang impor ex fasilitas pembebasan dapat dikatakan belum sepenuhnya diselesaikan kewajiban pabeannya karena belum (tidak) dibayar pungutan pabeannya, sehingga masih dalam pengawasan aparat pabean. Pada konteks barang impor dengan fasilitas pembebasan dalam skema penanaman modal, barang impor tidak dibayar bea masuknya karena mendapatkan surat keputusan pembebasan bea masuk, dengan syarat barang yang dibebaskan benar-benar digunakan oleh subyek penerima pembebasan dan sesuai dengan tujuan diberikannya pembebasan. Mengingat barang impor masih terdapat hak negara didalamnya maka pengawasan harus benar-benar optimal. PMK-176/PMK.011/2009 jo PMK-76/PMK.011/2012 belum mengatur secara detil bagaimana barang ex fasilitas pembebasan diawasi, sehingga diperlukan ketentuan lebih rinci tentang tata cara pengawasan atas barang ex fasilitas pembebasan. Ketentuan pengawasan barang ex fasilitas pembebasan dapat berupa Keputusan Dirjen Bea dan Cukai atau cukup dalam bentuk Surat Edaran. 1

Pendahuluan Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kepabeanan, fungsi utama aparat Bea dan Cukai adalah dalam rangka pengawasan barang impor dan ekspor serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. Pengawasan diperlukan untuk mencegah masuknya barang-barang yang dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Bea masuk dan bea keluar diperlukan selain untuk membatas barang impor dan ekspor, juga untuk menambah penerimaan negara yang masih sangat kita butuhkan. Bila kedua fungsi ini dilaksanakan dengan baik, maka tujuan Pemerintah dalam upaya membangun stabilitas dalam berbagai aspek kehidupan dapat lebih mudah dicapai. Selain fungsi utama tersebut, terdapat fungsi lain dari Bea dan Cukai yang juga sangat penting, yaitu fungsi sebagai trade facilitator dan industrial assistance. Trade facilitator berarti Bea dan Cukai diharapkan mampu menjadi fasilitator perdagangan, yang dapat dicapai dengan adanya simplifikasi porsedur dan cepatnya penyelesaian proses pengurusan barang di kawasan pabean tanpa mengesampingkan unsur pengawasan yang optimal. Industrial assistance bermakna Bea dan Cukai berperan dalam tumbuhnya industri dalam negeri sesuai dengan tugas dan fungsi institusi ini. Saat ini persaingan global semakin ketat dimana hanya produk yang berkualitas dan mampu bersaing secara kompetitif yang dapat bertahan. Disinilah peran pemerintah dan salah satunya Bea dan Cukai sangat diharapkan untuk mendukung industri untuk dapat memproduksi barang dan jasa secara lebih kompetitif. Agar produk yang dibuat oleh industri dalam negeri dapat bersaing dengan produk dari luar negeri khususnya pada aspek harga barang, maka pengurangan biaya produksi tentu sangat diharapkan para pabrikan. Salah satu unsur biaya yang sangat berpengaruh harga barang adalah biaya mesin, barang dan bahan yang digunakan untuk memproduksi barang jadi. Bilamana mesin, barang dan bahan yang digunakan merupakan barang impor, maka harga mesin, barang dan bahan tersebut akan relatif tinggi karena dikenakan bea masuk dan akibatnya adalah harga barang jadi juga akan relatif tinggi sehingga kurang bisa bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri. Salah satu bentuk dukungan pemerintah agar industri dapat bersaing adalah diberikannya pembebasan bea masuk atas mesin, barang dan bahan yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam rangka penanaman modal. Meskipun penerimaan negara berkurang namun secara makro pemerintah akan mendapatkan manfaat yang banyak, berupa tumbuhnya perekonomian nasional, terserapnya tenaga kerja dan devisa atas barang yang dieskpor. 2

Ketentuan Pembebasan Kemudahan atas pembebasan bea masuk untuk industri diatur di Undang-Undang No 10 Tahun 1995 jo Undang-Undang No 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan khususnya pada pasal 26. Kategori barang yang dapat diberikan kemudahan ini meliputi: - Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal (pasal 26 ayat 2.a) - Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri (pasal 26 ayat 2.b) - Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka waktu tertentu (pasal 26 ayat 1.c) Mengacu kepada pasal 26 di atas, fasilitas atas pemasukan mesin, barang, dan bahan dapat diberikan pembebasan atau keringanan, namun dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-176/PMK.011/2009 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin Serta Barang dan Bahan Untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penananam Modal, saat ini fasilitas yang diberikan atas impor barangbarang tersebut adalah berupa pembebasan. Sebelum diberlakukannya PMK-176/PMK.011/2009, fasilitas yang diberikan untuk impor mesin, barang, dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri dapat berupa pembebasan dan keringanan. Perubahan ini tentu saja telah dipertimbangkan oleh Pemerintah sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal di Indonesia. Selanjutnya untuk lebih mengefektifkan pengawasan barang yang mendapatkan fasilitas bea masuk, diterbitkan PMK-76/PMK.011/2012 sebagai perubahan PMK-176/PMK.011/2009. Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-176/PMK.011/2009 jo PMK- 76/PMK.011/2012, yang dimaksud dengan : Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Perusahaan adalah perusahaan yang melaksanakan pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal dan khusus untuk Penanaman Modal Asing harus berbentuk Perseroan Terbatas. Penerima fasilitas pembebasan adalah Perusahaan di bidang industri yang menghasilkan barang dan/atau Perusahaan di bidang industri yang menghasilkan jasa. Mesin adalah setiap mesin, permesinan, alat perlengkapan instalasi pabrik, peralatan atau perkakas, dalam keadaan terpasang maupun terlepas yang digunakan untuk pembangunan atau pengembangan industri. Barang dan bahan adalah semua barang atau bahan, tidak melihat jenis dan komposisinya, yang digunakan sebagai bahan atau komponen untuk menghasilkan barang jadi. Pembangunan adalah pendirian perusahaan atau pabrik baru untuk menghasilkan barang dan/atau jasa. 3

Pengembangan adalah pengembangan perusahaan atau pabrik yang telah ada meliputi penambahan, modernisasi, rehabilitasi, dan/atau restrukturisasi dari alat-alat produksi termasuk mesin untuk tujuan peningkatan jumlah, jenis, dan/atau kualitas hasil produksi. Pemindahtanganan adalah pemindahan hak, alih aset, perubahan penggunaan mesin untuk kegiatan lain di luar kegiatan usaha, diekspor, atau penghapusan dari aset perusahaan. Keadaan darurat (force majeur) adalah keadaan seperti kebakaran, bencana alam, kerusuhan, peperangan atau hal-hal lain yang terjadi di luar kemampuan manusia. Syarat diberikannya fasilitas Fasilitas pembebasan bea masuk dapat diberikan bilamana pengusaha memenuhi syarat baik dari aspek subyek maupun obyek barangnya. Subyek disini berarti perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan yang tercatat sebagai penanam modal di Indonesia baik penananam modal dalam negeri maupun penenam modal asing. Obyek yang dapat diberikan pembebasan bea masuk adalah barang-barang yang memenuhi syarat diberikannya pembebasan. Barang berupa mesin, barang dan bahan tersebut dapat diberikan pembebasan bilamana : 1) belum diproduksi di dalam negeri, atau 2) sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan, atau 3) sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri. Keputusan tentang butir 1 sampai dengan 3 diatas didasarkan pada daftar mesin, barang dan bahan yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggungjawab di bidang perindustrian atau pejabat yang ditunjuk, setelah berkoordinasi dengan instansi teknis yang terkait. Jangka Waktu Pembebasan Pembebasan bea masuk atas impor mesin untuk pembangunan industri diberikan untuk jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Jangka waktu pengimporan mesin untuk pembangunan industri ini dapat diperpanjang sesuai dengan jangka waktu pembangunan industri tersebut sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan penanaman modal. Berikutnya perusahaan yang telah menyelesaikan pembangunan industri serta siap produksi dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan produksi paling lama 2 tahun, sesuai kapasitas terpasang dengan jangka waktu pengimporan selama 2 tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Pembebasan bea masuk atas impor mesin dalam rangka pengembangan industri, diberikan untuk jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun terhitung sejak 4

berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Jangka waktu pengimporan dalam rangka pengembangan industri ini dapat diperpanjang sesuai dengan jangka waktu pengembangan sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan penanaman modal. Perusahaan yang telah menyelesaikan pengembangan industri, sepanjang menambah kapasitas paling sedikit 30% dari kapasitas terpasang, dapat diberikan pembebasan bea masuk atas barang dan bahan untuk keperluan tambahan produksi paling lama 2 tahun, untuk jangka waktu pengimporan selama 2 (dua) tahun sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk. Perusahaan yang melakukan pembangunan atau pengembangan dengan menggunakan mesin produksi buatan dalam negeri paling sedikit 30% dari total nilai mesin, atas impor barang dan bahan dapat diberikan pembebasan bea masuk untuk keperluan produksi/keperluan tambahan produksi selama 4 (empat) tahun sesuai kapasitas terpasang, dengan jangka waktu pengimporan selama 4 (empat) tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan. Penggunaan dan komposisi mesin produksi dalam negeri dinyatakan oleh menteri yang bertanggungjawab di bidang perindustrian atau pejabat yang ditunjuk. Pelaksanaan importasi Setelah surat keputusan pembebasan diterbitkan, barang dapat diimpor oleh perusahaan penerima fasilitas dengan menyerahkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) pada kantor yang mengawasi pembongkaran barang sebagaimana yang ditunjuk pada surat keputusan pembebasan. Jumlah dan/atau jenis mesin, barang dan bahan yang diimpor harus sesuai dengan yang tercantum dalam keputusan pembebasan. Bila dalam pemeriksaan fisik barang oleh petugas Bea dan Cukai kedapatan selisih lebih jumlah dan/atau perbedaan jenis mesin, barang dan bahan antara jumlah keseluruhan importasi dengan keputusan pembebasan, terhadap selisih lebih dan/atau perbedaan jenis, perusahaan wajib membayar bea masuk. Mesin dan/atau barang dan bahan yang telah diimpor dengan mendapatkan fasilitas pembebasan wajib digunakan sesuai dengan tujuan pemasukan oleh perusahaan penerima fasilitas. Barang-barang impor ini tidak boleh dipinjamkan, dipindahtangankan ataupun dijual kepada pihak lain selama jangka waktu tertentu (5 tahun) sejak tanggal importasi barang. Pembebasan atas tanggung jawab Bea Masuk Barang impor dengan fasilitas pembebasan pada prinsipnya masih belum diselesaikan kewajiban pabeannya berkaitan dengan kewajiban pembayaran bea masuk, sehingga masih dalam pengawasan Bea dan Cukai. Kewajiban pembayaran bea masuk ini dapat dianggap selesai bilamana : 5

a) pemindahtanganan barang dilakukan setelah jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor, b) pemindahtanganan barang dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 5 (lima) tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor, kepada Perusahaan penerima fasilitas lainnya, diikuti dengan pemindahan tanggung jawab penerima fasilitas pembebasan bea masuk, c) terjadi force majeur (mesin mengalami rusak berat dan tidak dapat dipakai lagi), dengan persetujuan Dirjen Bea dan Cukai. d) diekspor dengan izin Dirjen Bea dan Cukai. Pemindahtanganan mesin Dikarenakan barang impor dengan fasilitas pembebasan masih terikat dengan ketentuan kepabeanan, maka bilamana barang tersebut akan dipindahtangankan harus memenuhi yang diatur dalam PMK-176/PMK.011/2009 jo PMK-76/PMK.011/2012. Pemindahtanganan barang-barang tersebut harus seizin Dirjen Bea dan Cukai, dengan ketentuan : 1) bilamana pemindahtanganan dilakukan setelah jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor maka dibebaskan dari membayar bea masuk, 2) bilamana pemindahtanganan dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 5 (lima) tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor namun dipindahtangankan kepada Perusahaan penerima fasilitas lainnya maka juga dibebaskan dari membayar bea masuk, 3) bilamana pemindahtanganan dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 5 (lima) tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor kepada Perusahaan yang tidak mendapatkan fasilitas maka fasilitas batal, dan perusahaan wajib membayar bea masuk yang terutang atas mesin asal impor dan/atau barang dan bahan yang dipindahtangankan, dan dikenakan bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung dari bea masuk yang terutang, sejak tanggal pemberitahuan pabean impor sampai hari pembayarannya, dan bagian bulan dihitung 1 (satu) bulan. Proses persetujuan pembebasan mesin Proses pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan dalam skema penanaman modal tidak dilakukan di Bea dan Cukai tetapi di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Penerbitan keputusan pembebasan bea masuk oleh Kepala BKPM atas nama Menteri Keuangan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal. Bilamana permohonan telah sesuai dengan ketentuan, diterbitkan surat keputusan pembebasan oleh Kepala BKPM. Surat keputusan dilampiri dengan daftar barang yang memuat jumlah, jenis, spesifikasi, dan perkiraan harga dari mesin dan/atau barang dan 6

bahan yang diberikan pembebasan secara rinci per pelabuhan tempat pemasukan. Salinan dari surat keputusan berserta lampiran dikirimkan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan kepada Kepala Kantor Pabean tempat pemasukan barang. Pengawasan Pada PMK-79/PMK.011/2012 diatur tentang pengawasan atas mesin dan/atau barang dan bahan yang mendapatkan fasilitas pembebasan. Pengawasan dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu : a. tahap pertama, pada saat proses penerbitan keputusan fasilitas pembebasan bea masuk, yang dilakukan oleh BKPM, b. tahap kedua, pada saat importasi yang dilakukan oleh Bea dan Cukai, c. tahap ketiga, pada saat penggunaan barang sesuai dengan tujuan pemberian fasilitas pembebasan. Selanjutnya PMK-79/PMK.011/2012 mengatur bahwa Kepala BKPM dan Dirjen Bea dan Cukai dapat membuat tata cara pengawasan baik secara sendiri-sendiri atau bersamasama. Kewajiban Importir a. menyampaikan laporan realisasi impor kepada Kepala BKPM paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah realisasi impor. b. Menggunakan barang impor fasilitas pembebasan sesuai dengan tujuan diberikannya fasilitas. c. Tidak memindahtangankan (menjual) kepada pihak lain sampai dengan waktu yang diizinkan. d. Membayar bea masuk yang terutang bilamana memindahtangankan barang sebelum barang digunakan selama 5 (lima) tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor. Sanksi Administrasi Pemindahtangan barang ex impor fasilitas yang dilakukan tanpa mendapat izin dari Dirjen Bea dan Cukai, selain wajib membayar bea masuk yang terutang juga dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan. Sanksi ini dikenakan bila pemindahtangan tanpa izin ini dilakukan sebelum barang digunakan selama 5 (lima) tahun sejak tanggal pemberitahuan pabean impor (PIB). Denda dikenakan paling sedikit 100% paling banyak 500% dari bea masuk yang seharusnya dibayar atas barang fasilitas yang disalahgunakan (pasal 26 ayat 4 Undang- Undang Kepabeanan). Ancaman sanksi administrasi ini dibuat agar penerima fasilitas sadar bahwa barang yang mereka impor belum benar-benar selesai kewajiban pabeannya. mematuhi ketentuan kepabeanan atas 7

Simpulan 1. Fasilitas pembebasan bea masuk diperlukan untuk mendukung program pemerintah dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. 2. Pemberian fasilitas harus dibarengi dengan pengawasan yang efektif untuk dipatuhinya ketentuan yang berlaku dan untuk menjamin hak negara khususnya pada aspek penerimaan. 3. Peraturan Menteri Keuangan yang berkaitan dengan fasilitas pembebasan belum memuat ketentuan yang cukup untuk pengawasan barang impor fasilitas, sehingga perlu aturan lebih rinci dalam tataran teknis pengawasannya dalam bentuk peraturan Dirjen Bea dan Cukai atau Surat Edaran. Saran Barang impor ex fasilitas pembebasan sebenarnya dapat dikatakan belum sepenuhnya diselesaikan kewajiban pabeannya, sehingga masih dalam pengawasan aparat pabean. Kita telah mengetahui bahwa barang telah selesai kewajiban pabeannya bilamana telah diberitahukan dalam pemberitahuan pabean impor dan telah dibayar pungutan pabeannya. Pada konteks barang impor dengan fasilitas pembebasan dalam skema penanaman modal, barang impor tidak dibayar bea masuknya karena mendapatkan surat keputusan pembebasan bea masuk, dengan syarat barang yang dibebaskan benar-benar digunakan oleh subyek penerima pembebasan dan sesuai dengan tujuan diberikannya pembebasan. Mengingat barang impor masih terdapat hak negara didalamnya maka pengawasan harus benar-benar optimal. Bila kita merujuk pada PMK-176/PMK.011/2009 jo PMK-76/PMK.011/2012, tata cara pengawasan barang ex fasilitas pembebasan belum diatur secara detil. Hingga saat inipun sepengatahuan penulis belum terdapat ketentuan dari Dirjen Bea dan Cukai yang mengatur tata cara pengawasan atas barang ex impor fasilitas pembebasan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas penulis menyarankan agar dibuat Surat Edaran yang menegaskan pentingnya pengawasan atas barang ex fasilitas pembebasan beserta langkah-langkah teknis pengawasannya. Misalnya kantor pabean yang mengawasi tempat barang impor digunakan agar sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali melakukan monitoring ke lokasi perusahaan yang mendapatkan fasilitas untuk memastikan dipatuhinya ketentuan yang berlaku. 8

Sumber : 1. Undang-Undang No 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2009 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin Serta Barang dan Bahan Untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penananam Modal, 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-76/PMK.011/2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2009 9