2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Produk Domestik Bruto (PDB)

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,

BERITA RESMI STATISTIK

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

2014, No dalam huruf a telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sesuai hasil Rapat Kerja Komisi VII Dewan Perwakil

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Statistik KATA PENGANTAR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PRE SI DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. Tenaga Listrik. PT. PLN. Tarif. Perubahan.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

III. METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

2 Penetapan Harga Batubara Untuk Pembangkit Listrik Mulut Tambang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Re

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Produk Domestik Regional Bruto

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lem

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Ne

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014, No Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lemb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2015 KEMEN-ESDM. Ketenagalistrikan. Rencana Umum. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 2009 tentang Ketenagalistrikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia 2012 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5281) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia 2014

2015, No.1151 2 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia 2014 Nomor 300, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5609); 4. Keputusan Presiden Nomor 121/P 2014 tanggal 27 Oktober 2014; 5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia 2010 Nomor 552) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 30 2014 (Berita Negara Republik Indonesia 2014 Nomor 1725); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rencana Umum Ketenagalistrikan yang selanjutnya disingkat RUK adalah rencana pengembangan sistem penyediaan tenaga listrik yang meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik. 2. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional yang selanjutnya disingkat RUKN adalah rencana pengembangan sistem penyediaan tenaga listrik yang disusun oleh pemerintah pusat yang meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional. 3. Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah Provinsi yang selanjutnya disingkat RUKD Provinsi adalah rencana pengembangan sistem penyediaan tenaga listrik yang disusun oleh pemerintah daerah provinsi yang meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di wilayahnya.

3 2015, No.1151 4. Kebijakan Energi Nasional yang selanjutnya disingkat KEN adalah kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional. 5. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 194 6. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral. RUK terdiri atas: a. RUKN; dan b. RUKD Provinsi. Pasal 2 Pasal 3 Ruang lingkup pengaturan Peraturan Menteri ini meliputi: a. penyusunan RUKN; b. penyusunan RUKD Provinsi; dan c. kurun waktu perencanaan. Pasal 4 Pengaturan Peraturan Menteri ini bertujuan untuk: a. memberikan pedoman penyusunan bagi Pemerintah Pusat dalam menyusun RUKN dan Pemerintah Daerah provinsi dalam menyusun RUKD Provinsi, dengan tujuan agar RUKN dan RUKD Provinsi selaras satu dengan lainnya dan bersinergi sebagai kesatuan dalam perencanaan ketenagalistrikan; dan b. mewujudkan konsistensi materi dan keseragaman sistematika dalam penyusunan RUKN bagi Pemerintah Pusat dan RUKD Provinsi bagi Pemerintah Daerah provinsi. Pasal 5 RUKN dan RUKD Provinsi disusun dengan memperhatikan prinsip efisiensi, transparansi, dan partisipasi.

2015, No.1151 4 Pasal 6 (1) RUKN dan RUKD Provinsi disusun berdasarkan: a. data tahun dasar; dan b. target KEN. (2) Data tahun dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun sebelum tahun perencanaan. BAB II PENYUSUNAN RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL Pasal 7 (1) Pemerintah Pusat menyusun rancangan RUKN berdasarkan KEN dan dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2) Rancangan RUKN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Menteri dengan mengikutsertakan Pemerintah Daerah dan memperhatikan kebijakan lintas sektoral yang berkaitan dengan sektor ketenagalistrikan. Pasal 8 Rancangan RUKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, paling sedikit memuat: a. latar belakang penyusunan, penetapan visi dan misi sektor ketenagalistrikan, pokok-pokok KEN, dan landasan hukum RUKN; b. kebijakan dan strategi pengelolaan ketenagalistrikan nasional yang menjabarkan kebijakan sektor ketenagalistrikan nasional; c. arah pengembangan penyediaan tenaga listrik nasional; d. kondisi penyediaan tenaga listrik nasional saat ini; e. proyeksi kebutuhan tenaga listrik; dan f. kebutuhan investasi penyediaan tenaga listrik nasional. Pasal 9 Penyusunan rancangan RUKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilaksanakan sesuai dengan sistematika sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 10 RUKN dapat ditinjau kembali dan dimutakhirkan paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali untuk mengantisipasi perkembangan dan dinamika yang ada.

5 2015, No.1151 BAB III PENYUSUNAN RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN DAERAH PROVINSI Pasal 11 (1) Pemerintah Daerah provinsi menyusun rancangan RUKD Provinsi dengan mengacu pada RUKN dan dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi. (2) Penyusunan rancangan RUKD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagalistrikan dengan mengikutsertakan semua pihak yang terkait baik langsung maupun tidak langsung di5sektor ketenagalistrikan yang berada di wilayah administrasinya. (3) Rancangan RUKD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. latar belakang penyusunan, penetapan visi dan misi sektor ketenagalistrikan yang sejalan dengan RUKN, pokok-pokok RUKN, dan landasan hukum RUKD Provinsi; b. kebijakan dan strategi pengelolaan ketenagalistrikan daerah yang menjabarkan kebijakan sektor ketenagalistrikan daerah; c. arah pengembangan penyediaan tenaga listrik daerah; d. kondisi penyediaan tenaga listrik daerah saat ini; e. proyeksi kebutuhan tenaga listrik daerah; dan f. kebutuhan investasi penyediaan tenaga listrik daerah. Pasal 12 Penyusunan rancangan RUKD Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilaksanakan sesuai dengan sistematika sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 13 RUKD Provinsi dapat ditinjau kembali dan dimutakhirkan paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali untuk mengantisipasi perkembangan dan dinamika yang ada. BAB IV KURUN WAKTU PERENCANAAN Pasal 14 (1) RUKN dan RUKD Provinsi mencakup kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan.

2015, No.1151 6 (2) Data yang digunakan untuk perencanaan merupakan data historis paling sedikit 10 (sepuluh) tahun terakhir. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2015 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, SUDIRMAN SAID Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

7 2015, No.1151 PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN SISTEMATIKA PENYUSUNAN RUKN DAN RUKD PROVINSI I. PENDAHULUAN Beberapa hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi dalam proses penyusunan RUKN dan RUKD Provinsi adalah menjelaskan: 1. Latar Belakang Latar belakang berisi perlunya disusun RUKN atau RUKD Provinsi dan arti pentingnya dalam tatanan pengelolaan ketenagalistrikan nasional/daerah. 2. Visi dan Misi Sektor Ketenagalistrikan Visi dan misi dalam RUKN harus menyatu atau sejalan dengan visi dan misi pembangunan nasional yang dinyatakan oleh Pemerintah Pusat. Visi dan misi dalam RUKD Provinsi merupakan penjabaran dari visi dan misi yang ada dalam RUKN. 3. Pokok-Pokok KEN atau RUKN Dalam RUKN disebutkan pokok-pokok KEN yang khusus terkait langsung dengan ketenagalistrikan maupun yang harus menjadi acuan utama bagi sektor ketenagalistrikan, sementara itu dalam RUKD Provinsi disebutkan pokok-pokok RUKN yang harus menjadi acuan bagi RUKD Provinsi. 4. Landasan Hukum Berisi landasan hukum yang menjadi dasar dalam penyusunan RUKN atau RUKD Provinsi. II. KEBIJAKAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN NASIONAL/DAERAH Menguraikan secara garis besar mengenai kebijakan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah provinsi yang berkaitan dengan pengembangan sektor ketenagalistrikan baik menyangkut penyediaan tenaga listrik maupun menyangkut keteknikan dan perlindungan lingkungan, antara lain:

2015, No.1151 8 1. Penyediaan Tenaga Listrik Menjelaskan kebijakan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah provinsi terkait usaha penyediaan tenaga listrik, bauran energi primer untuk pembangkitan tenaga listrik, manajemen permintaan dan penyediaan tenaga listrik, investasi dan pendanaan tenaga listrik, perizinan, penetapan wilayah usaha, harga jual dan sewa jaringan tenaga listrik, tarif tenaga listrik dan subsidi, jual beli tenaga listrik lintas negara, program listrik perdesaan, perlindungan konsumen, penyelesaian perselisihan, dan penegakan ketentuan pidana bidang ketenagalistrikan. 2. Keteknikan dan Perlindungan Lingkungan Menjelaskan kebijakan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah provinsi terkait keselamatan ketenagalistrikan, standardisasi ketenagalistrikan, kelaikan teknik ketenagalistrikan, perlindungan lingkungan, tenaga teknik ketenagalistrikan, peningkatan penggunaan komponen dalam negeri, usaha jasa penunjang tenaga listrik dan pengawasan keteknikan. III. ARAH PENGEMBANGAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL/DAERAH Menguraikan secara garis besar mengenai kecenderungan arah dan strategi pengembangan penyediaan tenaga listrik, antara lain mencakup peningkatan rasio elektrifikasi, pembangkit tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, penjualan tenaga listrik dan listrik perdesaan. IV. KONDISI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL/DAERAH SAAT INI Usaha penyediaan tenaga listrik tidak hanya diselenggarakan oleh PT PLN (Persero) melainkan juga oleh badan usaha lain, koperasi, atau swadaya masyarakat baik untuk kepentingan umum yang diselenggarakan oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik (IUPTL) maupun untuk kepentingan sendiri yang diselenggarakan oleh pemegang izin perasi (IO). Untuk itu kondisi penyediaan tenaga listrik dalam RUKN atau RUKD Provinsi tidak terbatas pada sistem tenaga listrik PT PLN (Persero) saja. Kondisi umum yang akan dituangkan dalam RUKN atau RUKD Provinsi adalah data 1 (satu) tahun sebelum tahun perencanaan dan perkembangannya selama 5 (lima) tahun terakhir (disertai grafik), antara lain sebagai berikut:

9 2015, No.1151 1. konsumsi tenaga listrik menurut wilayah usaha yaitu wilayah usaha PT PLN (Persero) dan nonwilayah usaha PT PLN (Persero) dan menurut sektor pemakai yaitu rumah tangga, bisnis, publik (penerangan jalan umum, sosial, dan gedung pemerintah), dan industri; 2. kapasitas pembangkit tenaga listrik menurut pemilik dan jenis; 3. sarana penyaluran tenaga listrik mencakup transmisi dan distribusi tenaga listrik; dan 4. rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik, meliputi: rumah tangga berlistrik dan desa berlistrik baik yang listriknya bersumber dari PT PLN (Persero) maupun nonpt PLN (Persero). Format data 1 (satu) tahun sebelum tahun perencanaan mengacu pada tabel sebagai berikut: Data Rasio Elektrifikasi dan Rasio Desa Berlistrik No. Provinsi (untuk RUKN) Kabupaten/Kot a (untuk RUKD Provinsi) Jumla h Desa Jumlah Rumah Tangga Desa Berlistrik PL N NonPL N Rumah Tangga Berlistrik PL N NonPL N 1. 2. 3. dst V. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK NASIONAL/DAERAH Dalam proyeksi kebutuhan tenaga listrik berisikan antara lain: 1. asumsi dan target yang digunakan dalam proyeksi, antara lain pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, pertumbuhan penduduk, rasio elektrifikasi dan lain-lain. Asumsi dan target tersebut harus berdasarkan KEN atau sumber lainnya yang relevan dan dikeluarkan oleh instansi atau lembaga yang berkompeten (sesuai tugas dan fungsinya); 2. hasil perhitungan pemodelan antara lain berupa proyeksi kebutuhan tenaga listrik dan kebutuhan tambahan pembangkit tenaga listrik untuk mencapai target-target yang ditetapkan dalam

2015, No.1151 10 KEN bagi RUKN atau dalam RUKN bagi RUKD Provinsi; dan 3. data potensi sumber energi primer setempat yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Format data mengacu pada tabel berikut: Data Potensi Sumber Energi Primer No. 1. 2. 3.... dst Provinsi (untuk RUKN) Kabupaten/Kota (untuk RUKD Provinsi) Batubara Gas Bumi (Juta Ton) (TSCF) 1) SUMBER ENERGI PRIMER Minyak Bumi Panas Bumi Air Uranium Lainlain (MMSTB) 2) (Lokasi) (MWe) 3) (MW) 4) (Lokasi) 1) TSCF : Trillions of Standard Cubic Feet 2) MMSTB : Million Stock Tank Barrels 3) MWe : Mega Watt Electric 4) MW : Mega Watt 5) Lain-lain : diisi jenis sumber energi primer lainnya yang dimiliki Adapun langkah-langkah perhitungan pemodelan adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan data historis antara lain data jumlah penduduk, inflasi, PDRB, konsumsi tenaga listrik, jumlah konsumen, tarif tenaga listrik dan rasio elektrifikasi. Data historis harus tersedia paling sedikit dalam periode 10 (sepuluh) tahun, apabila memungkinkan data tahun terbaru (tahun dasar) merupakan data 1 (satu) tahun sebelum tahun perencanaan (P-1), namun apabila terdapat kesulitan dalam pengumpulan data maka dapat diberikan toleransi paling lama data 2 (dua) tahun sebelum tahun perencanaan (P-2).

11 2015, No.1151 Format data mengacu pada tabel berikut: Data Historis Untuk Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik URAIAN SATUAN (PDRB dalam Rp Juta) P 10 P 9... dst. P 1 Penduduk Jiwa Pertumbuhan Penduduk % Rumah Tangga KK Pertumbuhan Rumah Tangga % Indeks Harga Konsumen Inflasi % PDRB Nominal (Atas Dasar Harga Berlaku) PDRB Real (Atas Dasar Harga Konstan) Pertumbuhan PDRB Real % Deflator PDRB Perubahan Deflator % PDRB/kapita PDRB Real (Atas Dasar Harga Konstan): 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian

2015, No.1151 12 URAIAN SATUAN (PDRB dalam Rp Juta) P 10 P 9... dst. P 1 a. Pertambangan Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan Bukan Minyak & Gas Bumi c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Minyak dan Gas Bumi 1) Pengilangan Minyak Bumi 2) Gas Alam Cair (LNG) b. Industri Bukan Minyak dan Gas Bumi 1) Makanan, Minuman dan Tembakau 2) Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3) Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 4) Kertas dan Barang Cetakan 5) Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet 6) Semen dan Barang Galian bukan Logam 7) Logam Dasar Besi dan Baja 8) Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 9) Barang Lainnya 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih a. Listrik b. Gas Kota c. Air Bersih

13 2015, No.1151 URAIAN SATUAN (PDRB dalam Rp Juta) P 10 P 9... dst. P 1 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran a. Perdagangan Besar dan Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi a. Pengangkutan 1) Angkutan Rel 2) Angkutan Jalan Raya 3) Angkutan Laut 4) Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan 5) Angkutan Udara 6) Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1) Pos dan Telekomunikasi 2) Jasa Penunjang Komunikasi 8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estate e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa a. Pemerintahan Umum

2015, No.1151 14 URAIAN SATUAN (PDRB dalam Rp Juta) P 10 P 9... dst. P 1 1) Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan 2) Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 1) Sosial dan Kemasyarakatan 2) Hiburan dan Rekreasi 3) Perorangan dan Rumah Tangga PDRB DENGAN MINYAK DAN GAS BUMI PDRB TANPA MINYAK DAN GAS BUMI JUMLAH MINYAK DAN GAS BUMI DAN HASIL-HASILNYA PDRB Komersial (Bisnis) PDRB Lainnya Komposisi Komponen PDRB: % Pertanian Pertambangan Industri pengolahan minyak dan gas bumi Industri pengolahan nonminyak dan gas bumi Komersial (bisnis) Publik Lain-lain Total (cek) Konsumsi tenaga listrik: GWh

15 2015, No.1151 URAIAN SATUAN (PDRB dalam Rp Juta) P 10 P 9... dst. P 1 TOTAL a. Rumah Tangga b. Bisnis c. Publik d. Industri Konsumen: pelanggan TOTAL a. Rumah Tangga b. Bisnis c. Publik d. Industri Tarif Rata-Rata (Nominal): Rp/kWh a. Rumah Tangga b. Bisnis c. Publik d. Industri Tarif Rata-Rata Real: Rp/kWh a. Rumah Tangga b. Bisnis c. Publik d. Industri Rasio Elektrifikasi %

2015, No.1151 16 Keterangan: P adalah tahun awal perencanaan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), data tersebut terdiri dari beberapa lapangan usaha dan lapangan usaha tersebut bersifat dinamis, sehingga dalam periode beberapa tahun jumlah lapangan usaha dapat berubah. Namun demikian tidak seluruh lapangan usaha atau sublapangan usaha dimasukkan ke dalam perhitungan pemodelan melainkan hanya jenis lapangan usaha atau sublapangan usaha yang mengkonsumsi tenaga listrik saja. 2. Melakukan perhitungan dalam pemodelan menggunakan metoda ekonometri. Perhitungan dilakukan secara regresi menggunakan tools tertentu dengan memperhitungkan variabel-variabel antara lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah penduduk, rasio elektrifikasi, skenario tarif dan variabel lain yang mempengaruhi konsumsi tenaga listrik, dimana kriteria berpengaruh atau tidaknya dapat dibuktikan secara statistik. Dengan tools yang ada maka akan diperoleh formula regresi. Perhitungan dalam pemodelan tersebut dibagi menjadi 4 (empat) sektor pemakai, yaitu rumah tangga, bisnis, publik (penerangan jalan umum, sosial, dan gedung pemerintah), dan industri, sehingga model akan menghasilkan 4 (empat) formula regresi. Formula regresi yang diperoleh kemudian digunakan untuk perhitungan proyeksi kebutuhan tenaga listrik dengan memasukkan beberapa asumsi dan target. Asumsi dan target yang digunakan dalam perhitungan harus berdasarkan KEN bagi RUKN, RUKN bagi RUKD Provinsi atau sumber lainnya yang relevan dan dikeluarkan oleh instansi atau lembaga yang berkompeten (sesuai tugas dan fungsinya). 3. Perhitungan dalam pemodelan akan menghasilkan proyeksi kebutuhan tenaga listrik (GWh) menurut sektor pemakai yaitu rumah tangga, bisnis, publik (penerangan jalan umum, sosial, dan gedung pemerintah), dan industri. Berdasarkan proyeksi kebutuhan tenaga listrik dapat dihitung kebutuhan tambahan daya/pembangkit pada suatu daerah. Prosesnya adalah dengan menghitung prakiraan produksi tenaga listrik (GWh) kemudian menghitung prakiraan beban puncak (MW) maka diperoleh prakiraan kebutuhan daya/pembangkit (MW). Akhirnya dengan menghitung selisih antara kebutuhan daya dengan kapasitas yang telah ada (eksisting) maka akan diperoleh kebutuhan tambahan daya/pembangkit (MW). Terkait kapasitas pembangkit maupun kebutuhan tambahan daya dilakukan

17 2015, No.1151 pemisahan antara sistem PT PLN (Persero) dan sistem nonpt PLN (Persero). Prakiraan produksi energi listrik diperoleh dengan memperhitungkan losses dan pemakaian sendiri, prakiraan beban puncak diperoleh dengan memperhitungkan load factor, dan prakiraan kebutuhan daya/pembangkit diperoleh dengan memperhitungkan cadangan daya (reserve margin). Kriteria cadangan daya dalam pengembangan pembangkit dapat menggunakan metoda deterministik maupun metoda probabilistik. Penentuan cadangan dengan metoda deterministik adalah dengan menentukan cadangan dalam MW, dalam persentase atau ditentukan dengan menggunakan skenario kapasitas terbesar tidak beroperasi. Penentuan cadangan dengan metoda probabilistik adalah dengan menghitung Loss of Load Probability (LOLP). LOLP adalah probabilitas dari suatu sistem pembangkitan berada pada kondisi dimana kapasitas pembangkitan yang tersedia lebih kecil daripada beban yang dilayaninya. Apabila menggunakan metoda probabilistik maka LOLP paling besar adalah sebesar 0.274%, artinya probabilitas beban puncak lebih besar dari kapasitas pembangkitan paling lama 1 (satu) hari. Karena perencanaan dalam RUKN dan RUKD Provinsi bersifat umum atau tidak spesifik pada suatu sistem tenaga listrik tertentu, maka kriteria cadangan daya dapat menggunakan metode deterministik dalam persentase, cadangan daya ditargetkan paling sedikit sekitar 35% (tiga puluh lima persen) untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan dengan basis Daya Mampu Netto (DMN). Hasil proyeksi kebutuhan tenaga listrik RUKN atau RUKD Provinsi mengacu pada format seperti yang terlihat pada tabel berikut:

2015, No.1151 18 Tabel Poyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Uraian Satuan P P+1 dst P+19 Kebutuhan GWh - Rumah Tangga GWh - Bisnis GWh - Publik GWh - Industri GWh Pertumbuhan % Pemakaian Sendiri dan Losses (T&D) % - Pemakaian Sendiri % - Losses (T&D) % Produksi Beban Puncak (Non Coincident) GWh MW Reserve Margin % Kebutuhan Daya Kapasitas exsisting *) MW MW - Sistem PLN MW - Sistem NonPLN MW Kebutuhan tambahan daya (kumulatif) MW - Sistem PLN MW - Sistem NonPLN MW Kebutuhan tambahan daya (tahun berjalan) MW - Sistem PLN MW - Sistem NonPLN MW Total Kapasitas MW - Sistem PLN MW - Sistem NonPLN MW *) DMN P-1

19 2015, No.1151 4. Rencana pengembangan listrik perdesaan (hal ini hanya untuk RUKD Provinsi), dengan mengacu pada tabel sebagai berikut: Rencana Pengembangan Listrik Perdesaan No. Provinsi/ Kabupaten/Kota Desa Seluruhnya P P+1 dst. N+19 1. 2. 3.... dst Total VI. KEBUTUHAN INVESTASI PEYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL/DAERAH Kebutuhan investasi penyediaan tenaga listrik yang akan dituangkan dalam RUKN dan RUKD Provinsi, antara lain sebagai berikut: 1. kebutuhan investasi untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik, beserta sarana pendukungnya; 2. kebutuhan investasi untuk pembangunan transmisi tenaga listrik beserta sarana pendukungnya; 3. kebutuhan investasi untuk pembangunan distribusi tenaga listrik beserta sarana pendukungnya; 4. kebutuhan investasi untuk pengembangan listrik perdesaan; dan 5. sumber pendanaan pembangunan infrasturtur penyediaan tenaga listrik, misalnya: APBN, APBD, Loan/Hibah, dan swasta. MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, SUDIRMAN SAID