BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I PENDAHULUAN. politik yang sama sekali tidak demokratis. Di dalam masa transisi menuju

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I PENDAHULUAN. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan Daerah Istimewaan yang berbeda dengan Provinsi yang lainnya,

PERATURAN BUPATI BERAU

mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh presiden sebagai pemegang kekuasaan

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang, banyak pengalaman dan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentang Otonomi Daerah, yang dimulai dilaksanakan secara efektif

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

PELAKSANAAN PENGAWASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KOTA PADANG TAHUN 2011

PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 (dilihat juga dalam

Kinerja Pengawasan DPRD Dalam Pelaksanaan APBD Tahun 2013 Di Kabupaten Halmahera Barat. Nama : Risal Hady Nim :

PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

Undang-Undang No. 32. Tahun 2004 Pelimpahan. wewenang. pemerintahan oleh. Pemerintah kepada. Gubernur sebagai. wakil pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan negara (pemerintah) serta memberi perlindungan hukum bagi rakyat. Salah

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

TULISAN HUKUM. Transparansi-dan-Akuntabilitas-Pengelolaan. m.tempo.co

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. membuat undang undang ditingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota. 1 DPRD menurut Undang-

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA SEBAGAI PENEGAK PERATURAN DAERAH Sejarah Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro)

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENINGKATAN KEMAMPUAN SUMBER DAYA LEGISLATIF SUATU STUDI DI DPRD KABUPATEN KAPUAS HULU. Ade M. Yuardani dan Mahendra Jaya

BAB I PENDAHULUAN. diserahkan kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak sekedar

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB I PENDAHULUAN. Peran strategis Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebagai lembaga

I. PENDAHULUAN. sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya. kecamatan (Widjaya, HAW 2008: 164). Secara administratif desa berada di

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan yang menganut asas

EKSPOSE POKOK POKOK PIKIRAN DPRD KABUPATEN KAMPAR MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA HIMPUN PEMEKON BUPATI LAMPUNG BARAT

RGS Mitra 1 of 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG ASPIRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. telah dilaksanakan 4 tahun silam. Sebanyak 50 anggota dewan dari berbagai partai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya tidak dapat dilakukan secara terpusat. Hal ini karena banyaknya pulau-pulau yang berada di Indonesia yang membuat pemerintah mengalami kesulitan dalam menjalankan sistem pemerintahan daerah. Sehingga Indonesia membaginya atas daerah-daerah provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing daerah memiliki pemerintahan daerah masingmasing serta bentuk susunan pemerintahannya diatur dengan undang-undang. Negara Republik Indonesia merupakan negara yang berlandaskan atas hukum yang senantiasa menjunjung tinggi keadilan, kebenaran, dan kepastian hukum dalam menjamin kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Keadilan, kebenaran, kepastian hukum merupakan masalah yang dianggap sangatlah penting untuk menciptakan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) Negara Republik Indonesia memberikan hak, wewenang dan kewajiban kepada setiap pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan medebewind diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan 1

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia 1. Dalam era otonomi daerah saat ini ada beban berat yang ditumpukan kepada pemerintahan daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), yakni upaya untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah, mensejahterakan,menyerap dan menjalankan harapan dan keinginan masyarakat serta membingkai perilaku serta aktivitas pejabat daerah dalam sebuah peraturan yang sesuai dengan koridor hukum. DPRD merupakan unsur pemerintahan daerah yang melaksanakan demokrasi berdasarkan atas Pancasila oleh karena itu didalam melaksanakan tugas dan fungsinya, DPRD berpegang teguh pada prinsip-prinsip otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah merupakan titik awal untuk mencapai demokrasi dan kesejahteraan, di mana undang-undang ini memposisikan pemerintah daerah sebagai instrumen pendidikan politik di tingkat lokal yang mendukung terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa serta mempercepat terwujudnya masyarakat madani dan civil society. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 25 poin (d) yang menyatakan bahwa kepala daerah mempunyai tugas dan wewenang menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk di bahas dan ditetapkan bersama 2. Hal ini dapat berarti kedudukan DPRD sebagai badan legislatif sekaligus menjadi mitra kerja pemerintah daerah. 1 Widjaja Haw. Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia, Raja Grafindo Perkasa:Jakarta, 2005,hlm.37. 2 http;/www.kpu.go.id/dmdocuments/uu_32_2004_pemerintahan%2520daerah.pdf diakses pada tanggal 30 oktober 2014 pada pukul 06.30 WITA 2

DPRD sebagai elemen perwakilan masyarakat yang terlembagakan secara formal memiliki 3 fungsi utama yakni : legislasi, anggaran,dan pengawasan. Salah satu tugas wewenang DPRD yang akan dibahas dalam tulisan ini yakni adalah mengenai fungsi anggaran. Tugas dan wewenang tersebut merupakan tugas yang harus benar-benar serius dilakukan oleh DPRD karena anggaran merupakan hal terpenting didalam mewujudkan pemerintahan daerah yang baik good governance. Keberhasilan DPRD sebagai lembaga legislatif adalah kemampuan para anggota dewan dalam menghasilkan produk kebijakan dalam bentuk peraturan daerah yang berorientasi pada kepentingan publik.kinerja DPRD ini tidaklah semata-mata ditentukan oleh jumlah kuantitas produk kebijakan yang dihasilkan melainkan juga sangat ditentukan kualitas perda itu sendiri.artinya bahwa sejauh mana kebijakan yang dihasilkan bersama dengan eksekutif atau kepala daerah benar-benar berorientasi pada kepentingan masyarakat. DPRD Provinsi Gorontalo merupakan bentuk lembaga perwakilan rakyat daerah di Gorontalo yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah bersama dengan pemerintah daerah Gorontalo. Dalam menjalankan salah satu fungsinya yakni fungsi anggaran, DPRD Provinsi Gorontalo berwenang dalam membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah APBD yang diajukan oleh kepala daerah serta mengawasi pelaksanaan APBD Provinsi Gorontalo. Untuk itulah diperlukan peranan anggota DPRD Provinsi Gorontalo yang memiliki kredibilitas tanpa mementingkan kepentingan partai politik, komunikasi yang baik dan keseriusan dalam upaya membahas anggaran yang ada. 3

Hal ini turut di dukung pula dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 (MPR,DPR,DPD,DPRD) dalam Pasal 72 huruf (g) yang menyatakan tentang salah satu tugas anggota DPRD yaitu menyerap, menghimpun, menampung, dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat, Pasal 75 menjelaskan tentang pelaksanaan wewenang dan tugas anggota DPRD yang memiiki kemandirian dalam menyusun anggaran yang dituangkan kedalam program dan kegiaatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Pasal 107 sampai dengan 112 yang menjelaskan tentang Badan Anggaran 3. Kenyataan yang terjadi di lapangan anggota DPRD selalu menambahkan program yang diambil dari sebagian aspirasi masyarakat. Akan tetapi anggaran yang disediakan sangat terbatas, sehingga terjadilah tarik-menarik kepentingan politik yang terjadi antar sesama anggota parpol hal ini disebabkan oleh masing-masing anggota parpol memiliki aspirasi yang dibawa dapil masing-masing. Sedangkan anggaran yang telah disediakan untuk APBD satu tahun kedepan terbatas, sehingga tidak semua aspirasi anggota parpol tertampung. Di pihak lain anggota parpol berkeinginan besar agar aspirasinya diloloskan kedalam APBD, akan tetapi dalam meloloskan program yang dibawa anggota parpol akan dilihat program mana yang lebih prioritas untuk kepentingan publik. Tentu saja permasalahan diatas menyebabkan anggota DPRD dihadapkan pada permasalahan untuk memilih antara meloloskan program dari masing-masing anggota parpol atau melahirkan produk kebijakan yang benar-benar berorientasi pada kepentingan publik menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 3 http://www.parlemen.net/sites/difault/files/dokumen/naskah%20ruu%20md3%2010juli14.pdf diakses pada tanggal 30 oktober 2014 pada pukul 06.30 WITA 4

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang bagaimana peranan anggota DPRD Provinsi Gorontalo khususnya pada periode 2009-2014 dalam melaksanakan fungsi anggaran terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta apa saja kendala yang di temui oleh anggota DPRD Provinsi Gorontalo periode 2009-2014 dalam proposal yang berjudul Pelaksanaan Fungsi Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Gorontalo Terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Periode 2009 2014. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah peranan Anggota DPRD Provinsi Gorontalo Periode 2009-2014 dalam rangka melaksanakan fungsi anggaran terhadap anggaran pendapatan belanja daerah (APBD)? 2. Apakah kendala Anggota DPRD Provinsi Gorontalo Periode 2009-2014 dalam rangka melaksanakan fungsi anggaran terhadap (APBD)? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi peranan DPRD dalam rangka melaksanakan fungsi anggaran terhadap anggaran terhadap anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) di Provinsi Gorontalo Periode 2009-2014. 2. Untuk mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisa kendala anggota DPRD Provinsi Gorontalo Periode 2009-2014 dalam melaksanakan fungsi anggaran terhadap (APBD). 1.4. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Hukum Tata Negara, khususnya pengkajian 5

terhadap pelaksanaan fungsi anggaran budgetary Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi awal bagi aparat penegak hukum dan juga diharapkan sebagai bahan kajian dan masukan dalam rangka pengawasan pelaksanaan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Provinsi Gorontalo. 6