PROFIL TENTANG ANXIETY PADA ATLET TENIS

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENERAPAN IPTEKS TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA. Indah Verawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan

ASPEK PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN ATLET TENIS MEJA. A.M. Bandi Utama, M,Pd. FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

KECEMASAN DALAM OLAHRAGA. Nur Azis Rohmansyah. PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

Penyusun: Dr. Danu Hoedaya & Dr. Nitya Wismaningsih [ Tim Psikologi Pelatda PON XVI Jawa Barat ]

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Andri Setiadi, 2013

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

PSIKOLOGI PELATIHAN FISIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

MENTAL TRAINING UNTUK PELARI

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

DAMPAK KECEMASAN PADA ATLET BOLA BASKET SEBELUM BERTANDING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

KETAHANAN MENTAL Pengantar Ketahanan Mental Pengertian

KECEMASAN MEMPENGARUHI PERFORMA ATLET DALAM BERTANDING. Oleh: Galih Dwi Pradipta. S.Pd, M.Or (UNIVERSITAS PGRI SEMARANG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

#### Selamat Mengerjakan ####

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. khususnya olahraga prestasi. Olahraga prestasi yang dimaksud dalam

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyak kegiatan olahraga berkembang dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

Transkripsi:

PROFIL TENTANG ANXIETY PADA ATLET TENIS Oleh: Tite Juliantine Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Demi mencapai suatu prestasi yang tinggi, tentu diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menguasai semua keterampilan yang diperlukan dalam cabang olahraga tenis. Selain faktor keterampilan tinggi yang harus dikuasai, juga diperlukan pengorbanan serta kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan berlatih dan bertanding. Masalah-masalah itu dapat bermacam-macam bentuknya, salah satunya adalah anxiety. Anxiety diartikan sebagai ciri ketakutan atau emosi yang hubungannya dekat (teror, tanda bahaya, takut, gemetar) yang dialami secara subyektif. Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga maka anxiety atlet sebaiknya tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi pada waktu pertandingan. Agar anxiety atlet tidak terlalu tinggi pada waktu pertandingan, maka atlet harus mempunyai pengalaman bertanding yang banyak, karena dengan banyak pengalaman bertanding atlet akan terbiasa dengan situasi dan kondisi yang dapat menimbulkan perasaan cemas, takut atau khawatir, tegang dan sebagainya, baik yang datangnya dari lawan, kawan, penonton, wasit, cuaca yang kurang mendukung, dan sebagainya. Selain ada teknik-teknik yang dapat digunakan untuk menurunkan atau mengurangi anxiety, antara lain: (1) Dengan cara meyakinkan kembali akan kemampuan atlet, (2) Dengan cara memberikan informasi yang bermanfaat kepada atlet, (3) Dengan latihan relaksasi, (4) Dengan teknik yang dikemukakan oleh Jacobson dan Schultz, (5) Dengan teknik memberikan humor, (6) Dengan memberikan jaminan sosial ekonomi, (7) Dengan latihan visualisasi. Kata kunci : Anxiety Dra. Hj. Tite Juliantine, M.Pd adalah dosen FPOK-UPI (Universitas Pendidikan Indonesia).

PENDAHULUAN Cabang olahraga tenis merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak penggemarnya, karena dapat dimainkan oleh pria dan wanita dan dari segala tingkatan usia. Bahkan dari cabang olahraga tenis, diharapkan akan muncul pemain-pemain yang berprestasi yang dapat membawa nama harum bangsa dan negara Indonesia yang tercinta ini. Demi mencapai suatu prestasi yang tinggi, tentu diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menguasai semua keterampilan yang diperlukan dalam cabang olahraga tenis ini. Selain faktor keterampilan tinggi yang harus dikuasai, juga diperlukan pengorbanan serta kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan berlatih dan bertanding. Masalah-masalah itu dapat bermacam-macam bentuknya. Ada masalah yang ditimbulkan dari faktor eksternal, yaitu masalah yang berasal dari luar diri atlet, seperti misalnya adanya lawan, wasit, penonton, lingkungan sekitar (misalnya keadaan lapangan tempat bertanding, cuaca). Juga masalah yang dapat timbul karena faktor internal, yaitu masalah yang berasal dari dalam diri atlet itu sendiri, seperti misalnya masalah emosi, motivasi, intelegensi, anxiety yang tinggi, stres yang berlebihan). Semua masalah itu tentu akan berpengaruh terhadap prestasi atlet. Namun dalam kesempatan ini penulis hanya akan mengambil salah satu masalah yang ditimbulkan dari faktor internal yaitu masalah anxiety. Penulis cenderung memunculkan masalah anxiety dengan pertimbangan bahwa anxiety memegang peranan penting dalam kegiatan berlatih dan bertanding. Hal ini diperjelas oleh pendapat Harsono, (1988 : 265) yaitu:

Lapangan olahraga senantiasa penuh dengan anxiety dan konflik-konflik, penuh dengan ketakutan-ketakutan dan bentrokan-bentrokan mental. Jarang sekali seorang coach dapat merasa pasti bahwa timnya sudah 100 % kuat mental maupun fisiknya. Jarang pula ada seorang atlet, meski dia seorang juara sekalipun, yang dapat mengkontrol dan menyesuaikan segala emosinya, anxietiesnya dan konflik-konfliknya dalam menghadapi suatu pertandingan, apalagi pertandingan tersebut adalah pertandingan yang menentukan. Jarang sekali ada seorang atlet yang dapat dikatakan telah mencapai maturitas olahraganya (athletic maturitynya) secara komplit. Dari kutipan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mencapai prestasi yang tinggi, seorang atlet tenis harus mampu menghadapi dan sekaligus mengatasi masalah-masalah seperti tersebut di atas, yaitu mengenai anxiety dan selain itu juga tentu masih banyak masalah lain yang harus menjadi perhatian pula. Berdasarkan pengalaman penulis menjadi atlet dari cabang olahraga tenis juga hasil observasi dalam suatu pertandingan, maka penulis berpendapat bahwa anxiety dapat memberikan pengaruh negatif terhadap prestasi, dan juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap prestasi atlet tenis. Dari pernyataan tersebut timbul suatu permasalahan, yaitu seberapakah anxiety tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan positif terhadap prestasi atlet tenis dan bagaimana upaya pemecahan masalah tersebut. Menurut penulis anxiety sangat besar pengaruhnya dalam usaha untuk mencapai prestasi atlet tenis namun anxiety dalam diri atlet sangat kurang mendapat perhatian dari para pelatih dan pembina. Oleh karena itu masalah anxiety sangat penting untuk dibahas.

PENGERTIAN ANXIETY Anxiety menurut Lewis (1970) dalam Kasiyo (1993 : 75) diartikan "ciri ketakutan atau emosi yang hubungannya dekat (teror, tanda bahaya, takut, gemetar) yang dialami secara subyektif". Dalam kegiatan olahraga, anxiety selalu ada dalam diri setiap atlet. Penulis dapat berkesimpulan seperti itu, karena penulis pernah mengalami sendiri pada waktu mengikuti banyak pertandingan tenis. Misalnya atlet merasa takut kalau tidak memenuhi harapan atau tuntutan pelatih, tim manajer, teman satu regu, penonton, orang tua. Dan memang seperti yang dikatakan ahli-ahli ilmu jiwa yang dikemukakan oleh Cratty (1973) dalam Harsono, (1988 : 265) yaitu "To be without fear would be a sign of disordered personality", atau dengan terjemahan bebas,"hanya orang-orang yang kurang waras yang tidak pernah akan takut." Lapangan tenis penuh dengan bentrokan-bentrokan mental yang dapat menimbulkan anxiety pada atlet tenis. Seperti dikatakan Harsono, (1986 : 97) "Anxiety sebenarnya adalah reaksi terhadap perasaan; khawatir akan terancam sekuriti kepribadiannya." PROSES TERJADINYA ANXIETY Anxiety merupakan gejala psikologis yang sifatnya subyektif dan tidak dapat terlihat secara nyata. Proses terjadinya anxiety, terutama dalam situasi pertandingan yang bersifat kompetitif, dapat digambarkan seperti pada bagan berikut ini:

Trait - Anxiety kompetitif Tuntutan Situasi Kompetitif Objektif Persepsi terhadap Ancaman Reaksi State Anxienty ( Stimulus ) ( Mediator) ( Respons ) Sumber : Cox (1985) Dalam bagan dapat dilihat bahwa seorang atlet sebelum bertanding telah menerima tuntutan situasi kompetitif obyektif dari pelatih, pengurus dan pembina. Misalnya pelatih mengharapkan agar atlet binaannya berhasil memenangkan pertandingan tersebut. Selanjutnya tuntutan ini sebagai stimulus bagi atlet yang bersangkutan, kemudian dipersepsikan oleh atlet sebagai ancaman terhadap egonya. Pada saat atlet mempersepsi stimulus tadi sebagai suatu ancaman, sementara "trait-anxiety" yang dimilikinya mempengaruhi persepsinya secara emosional, maka akhirnya muncul reaksi kecemasan (state-anxiety) pada penampilan atlet sebagai respons terhadap tuntutan situasi obyektif tadi. Yang dimaksud dengan "trait-anxiety" adalah sifat cemas yang dimiliki oleh atlet dalam kepribadiannya. Jenis anxiety ini relatif tetap sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang. Sedangkan yang dimaksud dengan "state-anxiety" adalah keadaan cemas yang dirasakan oleh seseorang atau atlet pada saat-saat tertentu, yaitu bisa saat sebelum, sedang dan sesudah pertandingan. Jenis anxiety ini bersifat sementara. Ada beberapa gejala anxiety yang diikuti dengan terjadinya ketegangan pada diri atlet, yaitu sebagai berikut :

Gejala fisik, antara lain : 1. Adanya perubahan dramatis pada tingkah laku atlet, seperti gelisah (tidak tenang), susah tidur, dan sebagainya. 2. Terjadinya peregangan pada otot pundak, leher, perut, sekitar mata dan rahang. 3. Terjadi perubahan irama pernafasan. 4. Debaran jantung, tekanan darah dan denyut nadi meningkat. 5. Kepala pusing, terasa mulas, dan sering buang air kecil maupun buang air besar, serta dahi sering mengkerut. Gejala psikis, antara lain : 1. Adanya gangguan pada perhatian dan daya konsentrasi. 2. Perubahan emosi, gampang tersinggung, dan mudah marah. 3. Menurunnya rasa percaya diri dan harga diri. 4. Timbul berbagai obsesi pada pikiran. 5. Rendahnya motivasi. PENGARUH ANXIETY TERHADAP PRESTASI OLAHRAGA Telah disinggung pada uraian sebelumnya bahwa anxiety dapat berpengaruh negatif dan positif terhadap prestasi. Anxiety dapat berpengaruh positif, hanya pada batas-batas tertentu, dan setelah batas itu, maka anxiety yang dirasakan oleh atlet dapat berpengaruh negatif terhadap prestasinya. Anxiety yang relatif tinggi dapat berpengaruh positif, bagi atlet-atlet yang berpengalaman, sedangkan anxiety yang relatif tinggi dapat berpengaruh negatif bagi atlet-atlet yang belum cukup berpengalaman dalam bertanding. Sebab atlet yang kurang berpengalaman

biasanya sulit dalam mengendalikan anxietynya. Oleh karena itu penulis sependapat dengan Harsono, (1983 : 28) yang mengatakan,... betapa pentingnya pengalaman-pengalaman bertanding bagi setiap atlet. Oleh karena banyak pengalaman bertanding itu kita telah atau pernah mengalami berbagai macam situasi yang dapat menimbulkan anxiety seperti adanya lawan, penonton, situasi sekitar yang kurang mendukungnya. Seperti wasit, cuaca, ruang atau lapangan tempat bertanding. Dan apabila hal tersebut dijumpainya lagi, maka atlet telah terbiasa, sehingga emosinya dapat diatasi atau ditekan sekecil mungkin. Untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga maka anxiety atlet sebaiknya tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi pada waktu pertandingan. Agar anxiety atlet tidak terlalu tinggi pada waktu pertandingan, maka atlet harus mempunyai pengalaman bertanding yang banyak, karena dengan banyak pengalaman bertanding atlet akan terbiasa dengan situasi dan kondisi yang dapat menimbulkan perasaan cemas, takut atau khawatir, tegang dan sebagainya, baik yang datangnya dari lawan, kawan, penonton, wasit, cuaca yang kurang mendukung, dan sebagainya. Dalam hubungan ini Kantono, (1974 : 28) menjelaskan sebagai berikut : Di dalam kegiatan berolahraga pengalaman-pengalaman bertanding sangat menentukan pula terhadap perkembangan emosi karena dengan bertanding itu atlet selalu dapat rangsangan-rangsangan emosi yang beraneka ragam, baik yang datang dari penonton, lawan bertanding ataupun dari wasit dan sebagainya yang kadang-kadang rangsangan itu terlalu kuat bagi seseorang atlet tetapi begitu lemah terhadap atlet yang lain. Dari kutipan di atas, jelas bahwa pengalaman bertanding sangat penting bagi seorang atlet karena dengan banyak bertanding atlet dapat lebih baik mengendalikan emosinya, sehingga anxiety yang ditimbulkan dari emosi tersebut

dapat berkurang atau dapat ditekan sekecil mungkin. Dengan demikian keterampilanya pun akan lebih baik sehingga prestasiny a pun akan meningkat. HUBUNGAN ANXIETY DENGAN STRES DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI OLAHRAGA Anxiety dan stres keduanya merupakan gejala psikologis yang berasal dari emosi. Dengan demikian hubungannya adalah sangat erat antara keduanya. Anxiety yang dialami oleh atlet dapat menimbulkan ketegangan pada otot, sehingga berpengaruh terhadap keterampilan dan juga terhadap prestasi menjadi menurun, lebih-lebih atlet yang belum berpengalaman dalam bertanding dan kepercayaan dirinya masih sangat kurang. Dalam hal ini Harsono, (1983 : 34) juga menjelaskan bahwa "atlet dengan tingkat anxiety tinggi akan lebih terganggu keterampilannya pada waktu berada dalam stres dibandingkan dengan atlet yang rendah anxietynya." Selanjutnya menurut Cratty (1973) dalam Harsono, (1988 : 267) mengatakan bahwa :... atlet yang relax dan yang mempunyai a low anxiety level (tidak begitu tegang) serta high achievement needs (hasrat besar untuk sukses) biasanya akan dapat memperlihatkan prestasi yang tinggi. HUBUNGAN ANXIETY DENGAN UMUR Anxiety yang dialami oleh atlet berbeda antara satu dengan yang lain. Salah satu penyebabnya adalah dari faktor umur. Mengenai hubungan anxiety dengan umur, Cattel dan beberapa penyelidik lainnya Cratty (1973) dalam Harsono, (1988 : 268) menyimpulkan bahwa :

a. Anxiety akan makin memuncak pada waktu umur dua puluhan (later adolesence years). Hal ini disebabkan karena pada umur dua puluhan tersebut manusia sedang mendekati puncak potensi-potensi fisiknya (physical potentials-nya) dalam olahraga, yaitu tahun-tahun yang paling produktif dalam karier seorang atlet. b. Akan tetapi pada umur 30-an, anxiety cenderung akan menurun. c. Setelah umur 60 tahun, anxiety biasanya mulai naik lagi. Dari kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa atlet pada umur 20-an harus betul-betul mendapat perhatian, karena pada umur tersebut anxiety bisa memuncak cukup tinggi dan juga merupakan tahun-tahun yang sangat produktif untuk berprestasi dalam olahraga. Untuk itu para pelatih dan pembina agar memperhatikan perbedaan umur para atlet. Anxiety selalu ada pada diri manusia namun pada umur-umur tertentu akan meningkat dan menurun. Pada usia 20-an anxiety meningkat, hal ini disebabkan emosinya belum stabil mereka masih mencari jati diri, tetapi pada umur 30-an anxiety cenderung akan menurun disebabkan emosinya sudah mulai stabil karena mereka sudah menemukan jati dirinya (sudah mendapat pekerjaan dan sudah menikah), namun pada usia 60-an anxiety meningkat lagi, hal ini disebabkan rasa tidak percaya diri yang ditimbulkannya (karena sudah pensiun dan merasa sudah tidak berguna lagi). HUBUNGAN ANXIETY DENGAN PERTANDINGAN Anxiety selain dipengaruhi oleh umur, dapat juga dipengaruhi oleh keadaan pertandingan, baik sebelum, selama maupun mendekati akhir pertandingan. Hal ini digambarkan oleh Cratty (1973) dalam Harsono (1988 : 270) sebagai berikut: Anxiety sebelum pertandingan biasanya cukup tinggi, disebabkan karena atlet menganggap bahwa pertandingan yang akan dilakukannya

terasa berat, terutama pada pertandingan yang menentukan (semi final atau final). Selama pertandingan berjalan anxiety biasanya menurun, disebabkan karena atlet sudah mulai mengadaptasikan dirinya dengan situasi pertandingan sehingga keadaan sudah dapat dikuasainya. Sedangkan mendekati akhir pertandingan anxiety mulai naik kembali, terutama apabila skor pertandingan sama atau saling kejar-mengejar. CIRI-CIRI ATLET YANG MENGALAMI ANXIETY Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Apa yang terdapat dalam jiwa biasanya akan tercerminkan dalam tingkah laku atau pembicaraannya. Harsono, (1988 : 272) menyebutkan ada 5 ciri atlet yang mengalami anxiety, yaitu sebagai berikut :... rasa takut atlet biasanya akan tercerminkan di dalam tingkah laku atau pembicaraannya. Misalnya : 1. Atlet yang takut biasanya mudah merasa terganggu (risi) oleh misalnya baju kaosnya yang agak longgar aatau agak ketat, kaos kaki yang agak kurang cocok, suara-suara yang agak keras, dsb. 2. Dibandingakn dengan atlet-atlet yang kurang takut, atlet-atlet yang takut biasanya lebih banyak memperbincangkan kekurangan dan kelemahan mereka. Misalnya dia akan mengatakan bahwa kondisinya kurang baik, smesnya masih lemah, bahwa dia kurang latihan dsb. 3. Atlet yang takut, apabila memasuki ruang pertandingan atau lapangan yang masih asing baginya, biasanya akan mengeluh mengenai kondisi ruang dan lapangan yang masih asing tersebut, meskipun kondisi lapang dan ruang tersebut baik sekali. Misalnya penerangan kurang baik, bolanya terlalu keras, lapangannya tidak rata. Dengan keluhan keluhan tersebut dia sebenarnya agak gelisah. 4. Atlet yang mempunyai anxiety biasanya kurang menyenangi pelajaranpelajaran skill yang baru. Dia tidak senang kalau posisinya diubah. Dia juga merasa agak risi kalau tiba-tiba pelatihnya mengubah strategi atau taktiknya, apalagi kalau dilakukan pada saat-saat menjelang akhir pertandingan. 5. Dalam percakapan-percakapannya, atlet yang mempunyai anxiety yang tinggi biasanya lebih emosional dibandingkan dengan mereka yang rendah

anxietynya, misalnya dalam menggambarkan dirinya, situasi dan event yang diikutinya. Selain yang dikemukakan oleh Harsono, menurut penulis masih ada ciri-ciri lain untuk mengetahui atlet yang anxietynya tinggi, yaitu biasanya pada malam hari menjelang pertandingan esok, atlet tersebut akan mengalami gangguan tidur (sulit tidur) dibandingkan dengan atlet yang rendah anxietynya, selain itu juga sering buang air. Penjelasan tersebut setidaknya dapat dijadikan patokan bagi pelatih untuk memperkirakan apakah atletnya sedang mengalami anxiety atau tidak. TEKNIK-TEKNIK UNTUK MENURUNKAN ATAU MENGURANGI ANXIETY 1. Dengan cara meyakinkan kembali akan kemampuan atlet. Hal ini penting dilakukan oleh pelatih karena dengan meyakinkan akan kemampuan yang dimiliki atlet asuhannya atau dengan mengingatkan kembali pada prestasiprestasi yang lalu, akan menambah motivasi pada diri atlet, selain itu pelatih harus memberi dorongan semangat, juga tidak lupa untuk berdoa kepada Tuhan YME, agar dapat memberikan keselamatan dan kemenangan dalam pertandingan. Keyakinan akan kemampuan diri atlet sangat besar pengaruhnya terhadap kepercayaan dalam diri atlet. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1986 : 96) sebagai berikut : Atlet yang takut, yang ketegangannya, tiap menit kian bertambah, membutuhkan support, dukungan bantuan, Proses pembentukan self - confidence dalam diri atlet demikian merupakan bagian integral dari proses conditioning. Coach disini dapat merupakan tokoh yang menjadi pusat emosional security daripada atlet-atletnya, sehingga hubungan antara coach dan atlet merupakan faktor yang menentukan bagi perkembangan atlet.

2. Dengan cara memberikan informasi yang bermanfaat kepada atlet. Kita tahu bahwa atlet biasanya suka membayangkan mengenai tugas atau pertandingan yang akan datang. Hal ini akan dapat menimbulkan anxiety pada atlet tersebut. Untuk itu atlet harus diberi informasi yang bermanfaat, agar halhal yang akan menimbulkan ancaman terhadap dirinya dapat dicerna dalam akal pikirannya, sehingga untuk menghadapi pertandingan yang akan datang dapat lebih baik. Informasi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : a. Informasi sosial. Misalnya : siapa bakal lawannya, siapa penyelenggaranya (baik atau tidak), bagaimana media persnya (suka mengkritik atau tidak). b. Situasi material. Misalnya : keadaan udara atau suhu udara daerah atau negara yang akan dikunjunginya, keadaan lapang tempat bertanding, dan juga mengenai transportasi (jarak dari penginapan ke tempat pertandingan). c. Situasi personal. Misalnya : apa kelemahan dan kekuatan lawan, pola-pola apa yang digunakan untuk mengatasi ancaman tersebut. 3. Dengan latihan relaksasi. Maksud dari latihan relaksasi yaitu untuk melatih atlet agar bisa merilekskan otot-ototnya apabila berada dalam situasi yang menegangkan. Untuk memaksa agar otot dalam keadaan rileks tidak gampang. Salah satu bentuk latihan rileksasi adalah atlet disuruh duduk atau berbaring dengan rileks, lalu salah satu anggota tubuhnya misalnya lengan ditegangkan selama 10 detik dengan tegangan isometrik, setelah 10 detik lalu pelatih menginstruksikan agar lengan tersebut rileks seolah-olah otot-otot dalam lengan tersebut dapat kita kontrol. Setelah itu kita lakukan kepada bagian

tubuh yang lain dengan instruksi yang sama. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga apabila timbul ketegangan pada suatu saat kita dapat mengatasinya dengan contoh tersebut. Selain itu latihan rileksasi juga dapat diberikan dalam bentuk lain, misalnya atlet dikumpulkan dalam suatu ruangan lalu atlet disuruh membayangkan bahwa dia sedang berada dalam situasi yang menyenangkan misalnya berada di pesisir pantai dengan memandang birunya laut diiringi dengan suara lambaian nyiur kelapa serta hembusan angin sepoi-sepoi. Dari apa yang dibayangkannya diharapkan atlet akan kembali dalam suasana yang rileks. 3. Dengan teknik yang dikemukakan oleh Jacobson dan Schultz yang dikutip oleh Harsono, (1988 : 283) sebagai berikut : Ketegangan, kata mereka, dapat dikurangi dengan cara (1) mengurangi arti pentingnya pertandingan dalam bek atlet, dan (2) mengurangi ancaman hukuman-hukuman bagi atlet apabila ia gagal. Misalnya pelatih dapat mengatakan kepada atlet "Anggaplah pertanddingan yang akan datang sebagai kesempatan untuk mencari pengalaman saja", atau "Saya tidak meminta kau jadi juara, asal prestasimu sama dengan prestasi latihan, saya sudah senang. 4. Dengan teknik memberikan humor. Dengan memberikan suasana humor, atlet biasanya akan lebih santai (relax), akan tetapi humor tersebut harus pada batas-batas tertentu, artinya jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Apabila menyinggung perasaan orang lain maka yang terjadi hanyalah sebaliknya, yaitu akan menimbulkan ketegangan, sehingga tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hubungan ini Harsono, (1986 : 24) juga menjelaskan sebagai berikut : Kemampuan untuk membuat orang lain merasa relax dengan jalan memberikan humor atau lelucon yang sehat dan menyegarkan merupakan

faktor penting guna mengurangi ketegangan dan membangkitkan optimisme baru, baik dalam latihan maupun sebelum dan sesudah pertandingan. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa humor dapat mengurangi ketegangan pada atlet dalam menghadapi suatu pertandingan. Perlu diketahui bahwa untuk menciptakan suasana humor tersebut dapat dilakukan oleh sesama teman dan pelatih, baik dalam perjalanan maupun ketika hendak menghadapi atau menyongsong pertandingan yang akan datang. Cohtohnya : pada waktu di perjalanan menuju ke tempat pertandingan pelatih atau sesama teman melucu dengan canda yang menggelikan atau pada waktu hendak terjun ke lapang pertandingan pelatih memberikan komentar-komentar lucu dan menggelikan, sehingga atlet yang hendak bertanding berkurang ketegangannya. 5. Dengan memberikan jaminan sosial ekonomi. Setiap atlet mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, antara atlet yang satu dengan yang lain. Atlet yang masih sekolah harus memenuhi keperluan alat-alat sekolahnya. Dan atlet yang sudah berkeluarga harus mempunyai penghasilan untuk kebutuhan keluarganya. Bila yang menjadi kebutuhan pokok mereka tidak terpenuhi maka akan mengganggu pikirannya. Dan hal ini biasanya akan terbawa ke lapangan pertandingan, sehingga dapat pula menambah ketegangan pada atlet tersebut. Oleh karena itu pelatih harus dapat membebaskan mereka dari masalah tersebut, sehingga pikirannya tidak terganggu ketika akan melaksanakan pertandingan.

6. Dengan latihan visualisasi. Dalam latihan visualisasi ini, atlet membayangkan pertandingan itu sedang berlangsung. Christ Evert seorang petenis dunia selalu menerapkan latihan ini pada saat sebelum bertanding. Dia membayangkan bahwa dihadapan beriburibu penonton dia mampu membuat babak belur lawan dengan pukulanpukulan jitu yang dimiliknya. Sehingga pada waktu dia terjun ke arena pertandingan yang sebenarnya dia sudah merasa siap fisik dan mental. Penerapan latihan visualisasi dalam latihan tenis misalnya atlet berkumpul dalam satu ruangan, lalu pelatih memberi instruksi kepada para atlet untuk berkosentrasi dan membayangkan bahwa dia sedang bertanding. Waktu yang diberikan untuk berkonsentrasi dan membayangkan pertandingan tersebut adalah 15 menit. Suasana latihan ini harus dalam keadaan hening. Setelah waktu yang diberikan habis, maka pelatih memanggil satu persatu atletnya untuk ditanya siapa yang memenangkan pertandingan yang kau bayangkan dan jelaskan jalannya pertandingan tersebut. KESIMPULAN Dari paparan di atas maka akhirnya penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Anxiety yang dialami oleh atlet dapat memberikan dampak positif dan negatif pada atlet. Anxiety dapat memberikan dampak yang positif kepada atlet yang banyak pengalamannya sedangkan anxiety dapat berdampak negatif kepada atlet-atlet yang kurang pengalaman bertanding. Hal ini disebabkan karena

atlet yang kurang pengalaman, masih sulit mengendalikan emosinya apabila dihadapkan pada situasi-situasi yang menegangkan sehingga berpengaruh terhadap penampilannya dan prestasinya akan menurun. Sebaliknya bagi atlet yang banyak pengalaman bertanding, dia sudah terbiasa menghadapi situasi yang menegangkan sehingga emosinya dapat diatasi dan ditekan sekecil mungkin. Hal ini akan mendukung terhadap penampilannya sehingga prestasinya pun akan meningkat. 2. Anxiety tinggi yang dialami atlet, umumnya akan berpengaruh negatif terhadap prestasinya, lebih-lebih pada atlet yang belum cukup pengalaman dalam bertanding, sedangkan anxiety rendah umumnya berpengaruh positif terhadap prestasinya. Anxiety rendah biasanya dimiliki oleh atlet yang banyak pengalaman dalam bertanding. 3. Agar anxiety atlet tidak terlalu tinggi pada waktu pertandingan maka diperlukan teknik-teknik untuk menurunkan atau mengurangi anxiety tersebut. Untuk itu bantuan dari pelatih sangat diperlukan, yaitu dengan melatih atlet pada kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan pertandingan secara berulangulang pada waktu latihan. DAFTAR PUSTAKA Cox, Richard H, (1985), Sport Psychology, Concept and Application, USA : Wn. C. Brown Publishers Dubuque, Iowa. Harsono, (1983), Ilmu Jiwa Kepelatihan, Diktat, FPOK IKIP Bandung. Harsono, (1986), Ilmu Coaching, KONI Pusat Jakarta. Harsono, (1988), Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta : C.V. Tambak Kesuma.

Kantono, (1974), Ilmu Jiwa Olahraga, Direktorat Jendral Olahraga dan Pemuda, Departemen P & K RI, Jakarta. Kasiyo, Dwijowinoto, (1993), Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan, IKIP Semarang Press. Singgih Gunarsa, (1996), Psikologi Olahraga, Jakarta : BPK Gunung Mulia. Rusli Ibrahim, (1994), Beberapa Upaya Peningkatan Motif Berprestasi dan Pengendalian Tingkat Kecemasan Para Atlet, FPOK IKIP Bandung. Robert S. Weinberg, (1988), The Mental Advantage Developing Your Psychological Skill in Tennis.